Bab 21

63.4K 2.3K 6
                                    

Playlist
Irene, Drive Home

************************

Waktu sudah menunjukkan pukul 11.56 PM, hampir tengah malam beberapa menit lagi. Namun, Elle dan Christian masih berada di rooftop tersebut.

Mereka duduk dalam diam sambil menikmati lampu-lampu menyala di depan mereka. Angin malam yang berembus serta desiran air laut yang terdengar di kesunyian malam membuat melodi indah di telinga Elle dan Christian. Sesekali menutup mata sambil menghirup dalam udara yang menyegarkan.

"Christian."

"Elle."

Tanpa diduga mereka bersuara bersamaan. Sedetik kemudian mereka selang terkekeh kecil menatap satu-sama lain.

"Kau duluan," ucap Christian.

"Tidak. Kau saja."

"Kau tau apa makna kata ladies firts, Elle?"

"Baiklah," wanita itu menghembuskan nafas lalu kembali menariknya melalui hidung.

"Kau tau, hanya ada kita berdua di sini. Padahal terdapat banyak meja lainnya."

Christian tersenyum miring, matanya menatap serius ke wajah Elle yang merasa gugup. "Tentu saja aku menggunakan uangku untuk semua ini."

Elle mencibir perkataan sombong Christian. Terkadang Elle kesal dengan pria itu, ia selalu menyombongkan harta yang dimilikinya.

Pria yang menyebalkan!

"Apa kau kedinginan?"

Elle hanya mengangguk. Udara di rooftop benar-benar dingin, di tambah udara laut yang beterbangan kearahnya. Rasanya seperti paku yang menusuk tulangnya, dingin sekaligus menyakitkan. Ditambah lagi dengan pakaiannya yang tidak mengenakan lengan sehingga kini ia merasakan bahunya membeku seperti es di dalam kulkas.

Tiba-tiba Elle merasakan suatu benda mengenai bahu terbukanya. Ia dapat melihat jas abu-abu Christian tersampir menutupi bahu dan tubuh bagian atasnya. Matanya menatap kearah Christian yang memasang wajah datarnya seakan tak melakukan apa-apa.

Pria itu tetap diam sambil terus menatap ke depan. Lalu bersuara. "Pakai saja, aku tahu kau lebih membutuhkannya dari pada aku."

Elle hanya tersenyum sambil mengeratkan jas Christian di tubuhnya. Rasanya bersama Christian dalam diam pun sangat menyenangkan, bahkan tidak ada kantuk yang menyerangnya.

"Christian," panggilnya.

"Hmmm..."

"Apa aku boleh bersandar di bahumu?"

Christian menatapnya dalam. Pria itu masih tidak mengucapkan apapun, namun matanya terus mengunci bola mata berwarna coklat milik wanita itu.

Tanpa berucap apapun, Christian menyenderkan kepala Elle di dalam pelukannya. Wajah Elle menempel di dada bidang pria itu. Salah satu tangan Christian memeluk tubuhnya dengan erat.

"Kau tidak perlu meminta untuk melakukannya. Jika kau ingin bersender, maka lakukanlah."

Hati Elle semakin menghangat mendengar penuturan pria itu. Jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Senyum tak pernah pudar dari wajah cantik Elle.

The Billionaire's ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang