Bab 40

42K 1.5K 13
                                    

Seorang pria sedang duduk berhadapan dengan pria paruh baya di sebuah kedai kopi. Dengan setelah kantor seperti pria kebanyakan, pria itu terlihat gagah saat mengayunkan langkahnya. Tatapannya tajam dan tertuju pada satu arah.

Pria itu mendengus sebelum duduk di hadapan pria paruh baya tersebut. "Aku sudah melakukan apa yang kau pinta," ujarnya tanpa basa-basi.

Pria paruh baya tersenyum. "Aku tahu. Aku sudah melihat beritanya di televisi."

Pria itu berusaha menahan tangannya yang akan melayang di wajah pria paruh baya tersebut. Jika saja pak tua itu tidak memiliki apa yang ia ingunkan, ia bersumpah akan mencekik pria paruh baya itu sekarang juga.

"Kau harus membiarkan putri mu hidup bersamaku. Seperti apa yang kau katakan saat itu!"

Tiba-tiba pria paruh baya tersebut tertawa. Kedai yang sepi membuat tawanya terdengar mengerikan. Tapi ia tidak takut sama sekali, malah sebaliknya, ia menatap tajam dengan tangan yang dihempaskan ke atas meja.

"Aku pikir kau pria yang cerdas, James. Bagaimana bisa aku menyerahkan putri kesayanganku kepada pria yang tidak memiliki apa-apa sepertimu. Kau hanya pekerja biasa di kantor Christian. Dan aku yakin kau akan berhenti dalam waktu dekat. Aku tidak mungkin membiarkan putriku kelaparan hanya karena hidup bersama mu. Aku juga yakin, Elle tidak akan menyukaimu."

James masih menahan dirinya untuk tidak melayangkan tinju. Ia sudah dikhianati di sini. Dan James tidak suka dikhianati. Andrews sudah memanfaatkannya hanya untuk mencapai tujuan pria itu.

"Aku memintamu menghancurkan perusahaan Christian. Bukan menghancurkan ruangan Christian. Keamaan mungkin bisa kau taklukan. Dan kau hanya memberikan beberapa lembar kertas tak berharga kepadaku. Aku tidak membutuhkan seluruh data perusahaan bocah sialan itu. Aku mau kau mengkancurkan kolega bisnisnnya dan membuat citra buruk padanya. Kau gagal, James."

Kali ini James tidak dapat menahan dirinya. Ia memberikan bogeman mentah pada tulang pipi Andrews yang sudah mengeluarkan keriput. Andrews terhuyung ke belakang, tapi James tidak berhasil membuat pria tua itu terjatuh ke lantai. Tangannya mencengkram kuat kerah kemeja berwarna merah maroon yang dikenakan Andrews, hingga membuatnya terasa tercekik.

"Sialan kau Andrews! Kau membodohiku!" James tidak peduli pada beberapa pekerja yang melihat perkelahian mereka. James tidak peduli jika para pelayan tadi mendengar pembicaraan mereka. Tidak akan ada yang melaporkannya, lagi pula ini negara liberal. Semua orang memiliki urusan mereka sendiri sebelum memperdulikan urusan orang lain.

"Itulah taktik, James. Kau harus menguasai berbagam macam taktik untuk membuat hidup malang mu berjalan dengan baik." James semakin marah ketika ia melihat Andrews menyeringai.

"Kau sudah berjanji padaku, pak tua!"

"Janji ada untuk diingkari, James."

"Sialan! Aku sudah melakukan apa yang kau inginkan. Dan kau berjanji akan menyerahkan Elle padaku sebagai gantinya!"

Andrews kembali menyeringai, tidak memperdulikan cengkeraman James yang semakin kuat di leherya. "Putriku bukan barang yang bisa menjadi alat penukar. Aku hanya memanfaatkan kelemahan seseorang untuk mendapatkan apa yang kuinginkan. Jika aku boleh memilih, aku akan setuju jika Elle-ku yang manis menikah dengan Christian. Setidaknya pria itu lebih berguna dari pada dirimu. Tapi sayangnya, aku dan Christian tidak akan pernah bisa bersatu!"

Lagi, James memukul perut Andrews dengan ujung lututnya. Sebelum kembali melayangkan tinju di wajah pria itu. Darah mengalir dari sudut bibir dan hidung Andrews.

James belum mempersiapkan diri ketika Andrews menyerangnya dengan menendang kejantanannya. Satu tinjuan keras yang mengenai ulu hatinya, membuat James tersungkur di lantai. Orang-orang mulai berdatangan dan mengerumbungi mereka tanpa berniat untuk memisahkan. Andrews duduk di atasnya, dengan tangan yang terkepal, meninju wajahnya beberapa kali.

"Jangan pernah bermain-main denganku, Matthew!"

James kehilangan kesadarannya saat Andrews melangkah melewati tubuhnya yang terkulai lemas di atas lantai. Tangan Andrews merapikan pakaian dan kerah bajunya yang berantakan, sebelum pergi meninggalkan kedai kopi dengan mobilnya.

***

Christian memijat pangkal hidungya, ketika memasuki ruang kerjanya. Setangah dari ruang kerjanya habis terbakar dengan beberapa kertas yang mulai menghitam dan berubah menjadi abu.

Lemari tempat ia meletakkan beberapa dokumen terlihat berantakan dengan loker-loker meja yang terbuka. Kertas berserakan di atas lantai dan kursi serta sofanya sudah tidak berada di tempatnya lagi. Beling-beling bekas minuman, bersiap untuk melukai siapa pun yang tidak berhati-hati. Kulkas kecilnya juga ikut terbakar bersama beberapa benda tak berharga yang lainnya.

Christian tidak tahu siapa dalang yang berada di balik ini semua. Tapi ia bersumpah akan membalas atas apa yang dilakukan orang itu.

Ia memeriksa lemari yang biasanya selalu terkunci dan hanya dapat dibuka dengan sidik jarinya. Entah peretas hebat mana yang orang itu sewa untuk membobol keamanan perusahannya.

Ketika Christian tidak melihat map berwarna biru yang berisi mengenai data perusahan, ia semakin di buat menggila. Christian mengacak-acak rambut tembaganya. Semuanya tertulis di map itu. Tahun pembangunan perusahaannya, pendapatan pertahun, taktik yang ia gunakan untuk memenangkan tender besar, serta marketing yang akan ia praktik 'kan dilapangan dalam beberapa minggu ini. Semuanya sudah tertulis di sana, dan sekarang map itu hilang entah kemana.

Christian mendial seseorang melalui ponselnya. Ia akan mendiskusikan ini bersama beberapa petinggi perusahaan dan pemilik saham.

Ketika kepala meneger perusahaan mengangkat teleponnya pada dering terakhir, Christian langsung berkata. "Siapkan ruang rapat untuk satu jam ke depan. Kita akan melakukan rapat dadakan!"

Setelah Christian mendengar jawaban dari orang yang berada di sebarang sana, Christian langsung memutuskan panggilannya. Mungkin seharusnya Elle yang melakukan ini selaku sekretarisnya. Tapi ia tidak akan membuat wanita itu ketakutan dengan kemarahan yang siap meledak saat berada di ruang rapat. Lagi pula Christian tidak akan sanggup menyakiti Elle. Entah perasaan apa yang menguasainya, tapi Christian berharap ia dapat melindungi wanitanya.

Christnan kembali mendial resepsionis yang tadi masih ia lihat ketika sampai di kantornya. "Suruh orang-orang yang bertanggung jawab mengenai masalah ini ke ruanganku sekarang juga!"

The Billionaire's ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang