Seorang pria paruh baya, tengah duduk di kursi kebanggaan sembari mengetik ratusan huruf di layar laptopnya. Ia terkejut ketika mendapati pintu ruangannya dibuka dengan kekuatan besar. Seorang pria berpakaian putih dengan dasi yang di longgarkan berdiri di depan pintu dengan wajah tak bersahabat.
Beberapa saat kemudian, seorang wanita muda mengenakan kemeja biru muda serta celana panjang berbahan, datang dengan nafas yang sulit untuk diatur.
Wanita itu menunduk ketika mendapati pria tua yang berperan sebagai atasannya menatapnya tajam. "Maaf tuan, tapi dia memaksa untuk masuk."
Pria itu mengangguk. Ia mengerakkan tangannya pelan, dengan gestur mengusir. "Kembalilah berkerja!"
"Baik tuan," sekali lagi wanita itu menunduk sebelum pergi dari hadapan pria tua tersebut.
Setelah kepergian sekretarisnya, pria tua itu beranjak dari dudukknya. Ia berjalan menghampiri pria berumur awal tiga puluhan yang masih berdiri marah dengan asap yang keluar dari kepala pria tersebut.
Pria paruh baya tersebut mendekatinya, memeluknya dengan pelukan hangat yang dibumbui dengan sikap palsu para penjilat.
"Apa yang membuatmu kemari, nak?" ucapnya ramah.
Pria muda itu menatapnya, memandangnya dengan sorot kebencian. Yang ditatap tidak menghiraukan apa yang dilakukan oleh pria di hadapannya. Ia malah tersenyum sambil membawa tubuh pria muda itu untuk masuk dan duduk di dalam ruangannya.
"Duduklah. Tidak enak jika kita berbicara sambil berdiri di depan pintu."
Pria itu menatapnya tajam, lalu berkata. "Aku tidak membutuhkan kepalsuanmu, pak tua!"
Pria tua tadi tertawa renyah, "Oh ayolah, apa kau harus berbicara seperti itu kepada calon mertuamu."
"Aku bukan penjilat sepertimu!"
"Kata-katamu melukai hatiku nak," ucapnya lagi sambil terkekeh kecil.
Setelahnya mereka diam tanpa mengeluarkan suara. Pria tua itu diam sambil menahan amarah yang akan keluar jika ia tidak menahannya dengan baik.
Oh... siapa yang berani mengejek orang terpandang seperti dirinya. Hanya orang bodoh yang akan melakukkan itu. Beruntunglah karena dirinya, pria ambisius di hadapannya masih hidup sampai sekarang.
Sedangkan pria yang lebih muda diam, untuk tidak melayangkan tinjunya ke wajah tanpa dosa pria tua di hadapannya. Seakan-akan ia hanyalah bayi polos yang tak pernah memiliki kesalahan. Ia benci para penjilat! Ia sangat tidak menyukai orang-orang pengejar uang seperti pria di hadapannya. Orang yang akan menghalalkan seribu cara demi mendapatkan keuntungan.
Dasar para budak dolar! Cemoohnya dalam hati.
"Aku tidak akan berbasa-basi. Tujuanku datang bukan untuk bersantai-santai tapi untuk memberimu peringatan!"
"Aku lebih senang jika kau datang untuk memberiku uang," setelahnya pria itu itu kembali tertawa.
Gila harta!
Hanya itulah kata yang mendeskripsikan apa yang ia lihat dari pria tua di hadapannya. Bahkan ia rela menggunakan putrinya sebagai bayarah hanya untuk uang. Cih, mengapa orang-orang seperti dirinya masih hidup di dunia ini! Dunia memang kejam di zaman sekarang.
"Dan aku tidak suka kau permainkan!"
Pria itu memasang wajah terkejutnya. Tantu saja itu bakan kebenarannya. Biasanya orang-orang seperti dirinya sangat pandai berakting yang tak pantas untuk menjadi seorang pengusaha melainkan lebih baik untuk mejadi aktor yang hebat.
"Aku tidak selicik itu!"
"Lalu mengapa aku tak juga bisa meraihnya?"
"Semuanya tidak bisa kau dapatkan secara instan, nak."
"Lalu yang kau lakukan, apa itu bukan cara instan?"
"Kita berdua berbeda, aku memberikanmu imbalan. bukankah itu harga yang harus kubayar karna pekerjaanmu?"
"Brengsek!"
Setelah mengatakan itu, pria tadi keluar dengan langkah lebar. Pintu cokelat dibantingnya begitu kuat sehingga menimbulkan bunyi dentuman yang begitu kasar.
***
James tau ini terlalu siang untuk pergi ke bar. Melihat Elle bersama Christian membuat hatinya dibakar api cemburu. Ia terlalu lemah untuk mendapatkan wanita itu. James tau, ia tidak ada apa-apanya jika di bandingkan oleh Christian yang memiliki segalanya.
Tempat yang dikunjunginya sepi, tidak ada orang-orang yang datang untuk bersenang-senang. Hanya beberapa pekerja yang menyiapkan meja dan membersihkan lantai dansa dengan sapu dan pel.
James duduk di depan meja bar. Kunci motor yang ia gunakan dibanting dengan begitu keras di atas meja. Matanya tertutup, mencoba meredakan rasa amarah dan rasa cemburu yang menggerogoti dirinya.
"Bourbon please," ucapnya dengan suara yang tertahan.
Seorang bartender perempuan dengan pakaian terbuka serta rambut diikat asal, mengangguk mengerti. Ia kembali dengan membawakan sebotol bourbon dengan sloki di hadapan James. Senyum miring menggoda hadir di antara mereka, perempuan tadi tidak lupa mengelus jambang tipis yang tumbuh di sekitar James dengan gerakkan menggoda.
"Selamat menikmati, tampan." suaranya terdengar sensual. Menggoda satu hal yang berharga mik James, membuat adiknya yang tidur di bawah sana terbangun seketika.
James tidak naif. Dirinya membutuhkan pelepasan. Sedalam apapun cintanya pada Elle, dirinya tetap lah pria yang membutuh wanita untuk mememuhi kebutuhan hidupnya. Dan kali ini, saat semuanya berputar di otaknya, menambah beban dalam hidupnya, di saat itulah semuanya dibutuhkan. Sebuah pelepasan hebat dalam waktu beberapa jam.
Setelahnya ia akan pergi, melemparkan uang di hadapan wanita itu, lalu berlari kembali mengejar Elle---wanita yang menjadi obsesinya. Nama yang tertulis dipikirannya untuk melepaskan sebuah fantasi liar yang menggerogoti jiwa.
"Wanna play with me?" suaranya serak, menahan gairah yang sudah mengepul di udara. Matanya di penuhi kabut berwarna abu-abu. Tangannya menggengam keras sloki kecil sehingga menimbulman retak.
"Aku bekerja," perempuan tadi berdiri di hadapan James. Tubuhnya di senderkan pada rak minuman di belakangnya.
James menggerang. "Beberapa jam tidak akan mengurangi penghasilanmu, nona."
"Dua kali lipat," perempuan tadi menggigit bibir merahnya. Membawa James semakin dalam pada fantasinya.
"Tiga kali lipat," tawar James.
Perempuan tadi mendekat, membawa tubuhnya berhadapan dengan jarak dekat. Tangannya menyentuh bibir penuh milik James, membuat pria itu lagi-lagi menggerang. "Deal!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire's Cold
RomansaBagian diprivate acak, silahkan follow sebelum membaca. ____________________________________ Berkerja sebagai sekertaris di sebuah perusahan terkenal di Amerika Serikat adalah impian seorang wanita polos bernama Elle Watson. Hal itu terwujud setelah...