6. PERHATIAN?

6.5K 372 2
                                    

Gadis berjilbab putih itu terus memegangi perutnya, berharap dengan cara itu ia dapat mengurangi rasa sakit yang melilit perutnya. Senin ini merupakan hari pertamanya mendapat tamu bulanan.

"Ra, loe mending nggak usah ikut upacara dulu, istirahat di UKS, ntar kalau selesai upacara baru balik lagi ke kelas," saran Kirana pada Farah. Ia tidak tega melihat temannya yang menampilkan wajah kesakitan itu.

"Biasanya tu nggak sesakit ini Na, tapi tumben aja ni, sampai bikin nggak tahan gini," adu Farah pada Kirana.

Disti dan Vanya belum tiba juga di kelas mereka, sepertinya kedua gadis itu akan terlambat.

"Iya, makanya mending sekarang loe ke UKS, istirahat. Ayok, gue anterin." ajak Kirana.

Farah pun mengikuti saran temannya itu. Kirana kemudian membantu Farah bangun dari tempat duduknya dan membantunya berjalan menuju ke UKS. Suasana UKS sekarang sepi, satu-satunya pasien yang ada sekarang hanya Farah, selain itu ada 3 orang anggota PMR yang berjaga di ruangan itu.

"Mau diambilin obat?" tanya seorang gadis cantik berkulit putih pada Farah. Dia merupakan salah satu anggota PMR yang berada di ruangan itu. Gadis itu melihat Farah yang pucat dan selalu memegangi perutnya.

"Aku minta minyak angin aja. Buat diolesin di perut," jawab Farah.

Gadis itu mengambil minyak angin seperti yang diminta Farah. Farah memang tidak terbiasa mengkonsumsi obat untuk menanggulangi nyeri ketika haid. Ia jarang merasakan sakit perut ketika haid, bisa dibilang hampir tidak pernah. Farah mengoleskan minyak itu pada perutnya dan kemudian mencoba menenangkan dirinya untuk dapat tertidur tenang sebentar saja, ditengah-tengah rasa nyeri yang masih dirasakan bagian perutnya.

Sekitar satu jam lebih berlalu, Farah memutuskan untuk meninggalkan UKS. Rasa sakit diperutnya juga sudah tidak terlalu terasa. Ketika itu upacara juga baru saja selesai. Farah memasaang sepatunya kemudian berjalan pelan menuju kelas.

"Nggak ikut upacara?" sebuah suara menginterupsi langkahnya yang baru setengah jalan.

Suara itu berasal dari belakang tubuhnya, tanpa sapaan. Ia menoleh ke belakang dan mendapati Alvaro berdiri sambil memasukkan tangannya ke kantong celana. Alvaro kemudian maju, dan berdiri mensejajarkan dirinya dengan Farah.

"Ini segeng sama apa ya sifatnya, nggak pernah ngucap salam atau sapaan 'Hi', 'Halo' gitu kalau mau ngomong sama orang di jalan. Langsung aja ngomong," batin Farah.

Kemarin Reza yang langsung saja memperkenalkan namanya, sekarang Alvaro yang bertanya padanya tanpa aba-aba apapun. Aneh saja rasanya menurut Farah.

"Nggak kak," jawab Farah setelah tadi sedikit lama merenung.

"Kenapa? Lagi sakit?" tanya Alvaro.

"Mmm.. Maaf ya kak. Tapi Aku rasa itu bukan urusan kakak. Kita juga nggak sedekat itu untuk saling berbagi masalah kita," jawab Farah mencoba untuk sopan meskipun tiba-tiba saja dia menjadi kesal.

Farah heran saja, dari kemarin kenapa rasanya geng most wanted boys ini seakan selalu muncul mengitarinya. Terutama Reza dan sekarang juga Alvaro. Hal yang membuatnya cukup kesal adalah, ketika bersama mereka maka dia akan mendapati para gadis menatapnya sinis, Farah tidak senang mendapati hal itu ditujukan pada dirinya. Dia tidak senang menjadi pusat perhatian untuk hal yang tidak penting seperti ini.

FARAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang