Saat itu menyangkut kamu, entah mengapa fikiran dan perasaanku tidak berkerja seperti biasanya
***
"Kenapa Sa?" tanya Alvaro pada temannya yang sedang sibuk menembak bola-bola bernomor masuk ke dalam lubang dalam sebuah meja berbentuk segiempat. Yah, mereka berempat sedang berada di tempat permainan billiard milik Leon. Salah satu hobi favorit dari keempat cowok tampan itu.
"Apanya yang kenapa sih, elah, gue cuman nggak tega liat dia jalan sendirian, loe nggak lihat dia jadi bahan tatapan sinis satu sekolah, dilabrak di tengah jalan kan nggak lucu," jawab Esa yang sekarang berdiri menghadap Alvaro.
"Terus, loe mau jadi pahlawan kesiangannya kalau dia dilabrak, gitu?" delik Reza tiba-tiba pada Esa.
"Kenapa? Nggak boleh?" tantang Esa pada Reza.
"Gue nggak peduli sih, cuman aneh aja, kalau dia dilabrak emang apa urusannya sama loe," balas Reza dengan sorot aneh dan dingin.
"Masak gue harus ngulang kata-kata gue sih Re, gue bilang gue cuman nggak tega aja, masih belum jelas jawaban gue, loe pengennya gue jawab apa emang?" ucap Esa lagi dengan gaya malas-malasan.
Reza hanya diam dan menatap tajam pada Esa, jelas sorot matanya menandakan ketidaksukaan. Esa yang mendapati tatapan seperti itu dari Reza mencoba tidak peduli dan kembali bermain dengan bola-bola bernomor itu.
"Gue nggak tau motif loe apaan Sa, tapi kalau loe emang mau main-main sama tu cewek, sabaran dikit kek, masih dipake taruhan juga sama Reza-Alvaro," ucap Leon santai sambil memainkan smartphone ditangannya.
Sontak suasana didalam ruangan billiard yang hanya berisi keempat manusia itu hening. Reza, Alvaro, dan Esa menatap tajam pada Leon. Lelaki yang dari tadi sibuk dengan smartphone ditangannya itu menjadi bingung mendapati tatapan ketiga temannya terhujam padanya.
"Kata-kata loe bisa lebih difilter kan Yon, gue rasa Farah nggak serendah seperti kata-kata yang keluar dari mulut loe," ucap Alvaro menanggapi kata-kata Leon.
"Gue nggak ngerendahin dia, gue cuman ngomongin fakta. Kalau Esa ngedekatin dia sekarang, gimana sama taruhan loe bedua," jawab Leon masih santai.
Esa tersenyum, kemudian kembali menembakkan salah satu bola kecil berwarna merah yang berada paling dekat dengannya.
"YASSS," ucap Esa keras ketika tiga bola memasuki tiga lubang yang berbeda. Perhatian kemudian tertuju padanya.
"Nggak usah pada serius kali, tu cewek nggak sebegitu berharganya juga kan, nggak ada yang salah sama kata-kata Leon, loe bedua jadiin dia taruhan, gue pengen coba main-main sama dia, good words banget kamus mulut loe Yon," lanjut Esa sambil bertepuk tangan, entah kenapa membuatnya sekarang benar-benar terlihat menyebalkan.
"Iya nggak Re?" tanya Esa dengan senyum miringnya pada Reza yang ternyata sedang menatapnya buas dengan kedua tangan dikepalkan. Reza langsung membuang muka muak dari Esa tanpa menjawab ucapan temannya itu dengan menggeretakkan giginya. Esa kembali tersenyum.
"Gimana Ro? Bener banget kan? Leon Teguh banget kan?" Esa mengalihkan pertanyaannya pada Alvaro yang lagi-lagi menampakkan wajah bersalah setiap membahas Farah dan taruhan yang dibuatnya. Alvaro diam, ia memilih melangkah menuju kulkas dalam ruangan itu dan mengambil minuman yang ada dalam kulkas untuk menghindar memberi jawaban pada Esa.
KAMU SEDANG MEMBACA
FARAH
Teen FictionBaca aja dulu, biasanya nagih 😄 . FOLLOW AKU YAA. UNTUK KENYAMANAN MEMBACA YANG LEBIH BAIK 😆 . COMMENT DAN VOTE BUAT DUKUNGANNYA JUGA READERS 😊 . PLAGIATOR DILARANG MENDEKAT!!! . Cerita ini berkisah tentang masa putih abu-abu seorang gadis yang b...