"KRING.. KRING... KRING," bunyi bel menandakan jam pertama dimulai. Para murid X IPA 3 segera menuju lapangan. Selain mereka, ternyata ada dua kelas lain juga yang menggunakan lapangan itu untuk pelajaran olahraga. XII IPA 1 dan XI IPS 2. Yang menyenangkan buat murid X IPA 3 terutama yang perempuan, karena kakak kelas cogan bertebaran, ditambah XII IPA 1 adalah kelas dari ketua OSIS mereka. Rian Agung Wibowo.
"Nikmat mana lagi yang kau dustakan," ucap Misca, teman sekelas Farah yang sekarang tidak henti-hentinya memperhatikan satu-persatu kakak kelas mereka di lapangan.
"Ngapain capek-capek liat yang jauh? Loe coba dulu liat orang disebelah loe," ucap Genta pada Misca sambil tersenyum menaik-naikkan alisnya
"Aduuh, perut gue mules, minta kresek dong guys," ucap Misca sambil memegangi perutnya dan menirukan gaya orang yang akan muntah.
Teman-temannya hanya terbahak mendengar kata-kata Misca.
Sebenarnya, sudah bukan rahasia kalau Genta menyukai Misca, yah cuman selera Misca bukan teman sekelas tapi kakak kelas. Padahal Genta itu keren, tapi mau gimana lagi, Misca nggak suka pacaran sama teman sekelas, nggak keren kata dia.
"Genta udah bela-belain nonton Dear Nathan supaya bisa ngomong yang buat loe klepek-klepek, kok loe tega sih Ca remehin dia," ucap Abi sok mengasihani, padahal ucapan dan raut wajahnya sangat kontras.
"What? seriusan loe nonton Dear Nathan? Kok loe nggak ngajak-ngajak sih Gen," ucap Olive tiba-tiba histeris, Olive memang Dear Nathan lovers, entah sudah berapa kali ia menonton film itu dengan orang-orang yang berbeda.
"Gue nggak mau ngajak cewek lain, gue tu setia, kalau udah satu ya satu, kalau udah Misca ya tetap Misca," ucap Genta menggoda gadis disebelahnya itu, bukannya tersipu, Misca malah menoyor kepala Genta dengan keras, dan membuat teman-temannya tertawa, alih-alih menaruh prihatin pada Genta.
"Perjuangan Gen, jangan nyerah," ucap Rino memberi semangat.
"Yoi, No, bukan Genta namanya kalau gini aja nyerah,"
"BACOT," ucap Misca yang kemudian beranjak menjauhi Genta.
Disisi lain, bukan hanya Misca yang ternyata jelalatan memperhatikan kakak kelas mereka. Anak perempuan yang lain juga sebenarnya sama aja.
"Duh, fokus amat, hati-hati loe Van kalau ketauan, malu," goda Disti pada Vanya yang sedari tadi tidak melepas pandangannya dari Rian.
"Ciee, iya deh yang bisa liatin doi puas-puasan," Kirana juga ikut menggoda Vanya yang meskipun begitu tetap tidak peduli dan tetap fokus memandangi Rian.
Farah tidak dapat menahan senyum melihat Vanya, temannya itu memang mengagumi sosok Ketua OSIS SMA Bakti Mulya itu, sebenarnya tidak aneh, karena selain kehidupannya yang berkualitas, karisma dan wibawa Rian sulit ditolak, belum lagi ditambah dengan wajah rupawan yang dianugerahi oleh Sang Pencipta. Selain Vanya, banyak anak perempuan lain yang juga dengan jelas menatap ke arah Rian. Nggak heran sih, Ketua OSIS memang akan memiliki tempat sendiri dalam ingatan juniornya, apalagi kalau Ketua OSIS cogan.
"Beruntung mata loe soek, beruntung tu kalau sekarang yang ada di lapangan bareng kita kelasnya kak Reza, itu baru beruntung, kak Rian nggak ada apa-apanya dibanding kak Reza," ucap Elza terdengar kesal menanggapi ucapan salah satu dayangnya (re: maksudnya temannya yang sudah seperti dayang) karena menganggap keberuntungan bisa olahraga bersama dengan kelas ketua OSIS mereka.
"Cih, kak Nando yang cupu aja ogah ngeliat dia, sok-sok ngebandingin kak Rian sama kak Reza," ucap Disti kesal menanggapi ucapan Elza yang menyebalkan.
"Syukur deh, dia nggak tertarik sama kak Rian, malasin kalau harus berurusan sama dia," ucap Vanya tiba-tiba setelah mengabaikan fokusnya dari Rian karena ucapan Elza.
KAMU SEDANG MEMBACA
FARAH
Teen FictionBaca aja dulu, biasanya nagih 😄 . FOLLOW AKU YAA. UNTUK KENYAMANAN MEMBACA YANG LEBIH BAIK 😆 . COMMENT DAN VOTE BUAT DUKUNGANNYA JUGA READERS 😊 . PLAGIATOR DILARANG MENDEKAT!!! . Cerita ini berkisah tentang masa putih abu-abu seorang gadis yang b...