Chapter 40

4.5K 309 20
                                    

Urusan perasaan seringkali kalah dengan gengsi!

- Blue Lova -

***

“Alvaro enggak hadir rapat lagi?” tanya Alif ketika mereka mengadakan rapat terakhir kalinya untuk persiapan kemah besok.


Farah hanya menganggukkan kepalanya mengiyakan pertanyaan Alif.

“Tsk. Tapi divisi lo aman kan?” tanya Alif mencoba memastikan.

“Iya, aman kok kak,” jawab Farah.

Meskipun Alvaro tidak pernah hadir dalam rapat umum, tapi dia dan Farah tetap saling kontakan untuk segala persiapan divisi mereka dalam acara kemah besok. Pada akhirnya, Farah yang akan selalu melaporkan segala persiapan, kebutuhan, juga kekurangan dalam divisi mereka ketika rapat umum, karena Alvaro memang selalu absen.

“Ya udahlah,” ucap Alif pasrah.

 Mau diperpanjang juga percuma, dan juga masih banyak hal yang harus didiskusikan dibanding meributkan keabsenan Alvaro.

Rapat berjalan cukup lama karena mereka memang harus mempersiapkan segalanya semaksimal mungkin hari ini. Alif tidak ingin ada kekacauan besok sehingga membuang-buang waktu keberangkatan.

“Sebenarnya kenapa sih Alvaro enggak pernah bisa hadir rapat?” Farah menghentikan langkahnya menuju parkiran motor ketika mendengar pertanyaan Alif. Dilihat dari raut wajahnya, Alif benar-benar merasa terganggu dengan absennya Alvaro. Sebenarnya wajar, karena Alvaro tidak pernah hadir rapat sekalipun.

“Aku juga enggak tahu kak,” jawab Farah jujur.

“Seriusan lo enggak tahu?”

“Beneran deh kak.”

“Lo pernah ngajakin dia buat ikut rapat umum?”

“Enggak, kan udah ada pemberitahuan yang di sebar di group setiap mau rapat.”

Alif mengangguk-anggukkan kepalanya sebentar. “Gue cuman mikir aja sih, kayaknya kalau lo ngajakin, dia bakal datang, soalnya kan dia mau kerjasama bareng lo, yang gue tahu sih Alvaro anaknya enggak mudah di ajak kerjasama.”

“Jadi…”

“Sok tahu banget.”

Alif dan Farah segera menoleh ke arah datangnya suara berat itu.

Pemilik suara itu sangat mudah ditebak. Pentolan Bakti Mulya yang selalu bertingkah semaunya. Farah sedikit heran, di sore hari yang sebentar lagi menjadi senja ini, untuk apa Reza ada di sekolah.

“Dari tampang lo ni, bentar lagi pasti lo bakal sinisin gue kan?” ucap Reza sok menebak ketika dia sudah berdiri di samping Farah.

“Terus menurut lo kenapa teman lo enggak datang rapat?” tanya Alif pada Reza tanpa peduli Reza yang mengabaikan kehadirannya.

“Karena ketua OSIS-nya lo, bukan gue,” jawab Reza santai.

Bagaimanapun, sebenarnya Alif cukup beruntung karena Reza membalas pertanyaannya, dibanding Reza mengabaikannya sama sekali kan?

Tapi tetap saja Alif menghela nafas kesal mendengar jawaban Reza.

“Iya enggak?” Reza menyenggol-nyenggol tangan Farah dengan sikunya dan membuat Farah segera menjauhkan diri dari Reza.

Kalaupun Farah menjauh, Reza tidak peduli, udah biasa. “Lo tu harusnya berterimakasih sama gue, karena gue mau nungguin lo sampai selesai rapat, lo tanya sama cewek-cewek satu sekolah, enggak ada sejarahnya gue nungguin cewek.”

FARAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang