27. Kamis Gerimis

4.6K 345 20
                                    

Love is blind
Love is bloody

***

Baru pukul delapan malam, namun Farah sudah berada di dalam selimut kesayangannya. Farah hanya berbaring lurus dengan tatapan menghujam tembok kamar dihadapannya. Kejadian di sekolah Rabu ini benar-benar diluar dugaannya. Harapannya tentang akhir dari semua hubungannya dengan Reza seakan telah terkubur pada kedalaman seribu kaki.

Menjadi pembantu? Semua itu mungkin akan sedikit baik-baik saja jika tidak ada anak-anak yang meledek dan merendahkannya. Tapi, apa? Di kelas, di kantin, ketika berjalan di parkiran semua yang bertemu dengannya, semuanya menertawainya. Menertawai nasibnya yang menyedihkan.

Apa gue bilang, dia bukan tipe Reza, cuman buang-buang waktu iri sama cewek kayak dia, Reza cuman mau jadiin dia babu, and see, gue bener kan?”

Ejekan juga suara tawa Sherly dan dua temannya ketika menjumpai Farah di tengah lapangan menuju parkiran benar-benar membayang-bayangi Farah. Geram membuat Farah melampiaskan pada tempat tidurnya. Kedua kakinya dipukul-pukulkan di atas tempat tidurnya mencoba meluapkan seluruh emosi dalam benak dan pikirnya.

Di ambilnya ponsel di atas nakas miliknya. Tujuannya adalah aplikasi dengan judul “pesan”, yah dia akan mengirimkan pesan pada laki-laki yang sudah merusak seluruh harapan masa SMA nya. Kolom pesan dengan tujuan “Kak Reza” itu masih kosong. Farah masih berpikir, haruskah dia berbasa-basi atau langsung emosi saja ketika menuliskan pesannya.

To: Kak Reza
Brhnti bnci? Mnta maaf? Gak da artiny kn smua prmntaan itu? Ujung2ny gak da yg brubh!

Tanpa ragu gadis itu memilih “kirim”, dengan deru nafas yang memburu diletakkannya ponsel itu keras disebelah pembaringannya. Dia tidak mengharapkan balasan, setidaknya cowok itu membaca dan merenunginya. Ah, lagi-lagi ia mengharapkan sesuatu dari seorang Reza.

Dua menit kemudian, ponselnya bergetar.

From: Kak Reza
Krna emg gak ada yg prlu dirubh.

Farah menatap kesal balasan dari Reza, dia benar-benar berharap jika lebih baik Reza tidak usah membalas pesannya dibanding harus dibuat semakin gondok.

Diletakkannya ponsel itu disebelah pembaringannya. Dia berniat tidak akan membalas pesan Reza lagi. Suruh siapa dia nekat membuka obrolan dengan Reza. Bukankah peristiwa di rooftop harusnya bisa dijadikan pengalaman.

Sepuluh menit berlalu, Farah hanya berbaring bolak-balik di tempat tidurnya. Hatinya masih saja kesal. Rasanya belum puas kalau tidak membalas Reza.

Diambilnya ponsel itu dan dilihatnya kembali pesan dari Reza. Lagi-lagi dia memilih membalas pesan itu. Entah kenapa dia selalu tidak tahan mendiamkan kata-kata menyebalkan Reza meskipun seringkali berakhir tragis.

To: Kak Reza
Bnyk!!! Trutama cra mnghrgai prasaan org lain!!!

Tanpa babibubebo, Farah menekan “kirim”. Biarkan saja dianggap tidak selo karena tanda seru yang dibubuhkannya. Dalam hati semoga Reza menggunakan otaknya untuk berpikir dan hatinya untuk merasakan ketika membaca pesan yang dikirimkannya itu.

From: Kak Reza
Prasaan lo?

Melihat balasan itu membuat Farah sedikit mengernyit. “Harus ya nanya lagi? emang ni kakak kelas batu banget,” ucap Farah kesal di dalam kamarnya yang sepi.

FARAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang