Chapter 36

4.9K 313 22
                                    

Masalahnya, hati itu lemah.

- Blue Lova -

***

A/N: Mulai sekarang aku enggak pakai judul ya. Suka bingung, jadi biar gampang, pakai 'Chapter' aja 😂🙏

***

Playlist di mulmed: Ashira Zamita - Ku Cinta Nanti

***

Kak Reza: Sorry tadi gue nggak nyamperin lo, Keira tiba-tiba ngambek.

Farah membaca satu pesan dari Reza dengan wajah tanpa ekspresi. Laki-laki itu pasti memilih mengirim pesan karena tahu Farah sangat jarang online. Farah sedikit menghela nafas untuk menenangkan dirinya, sikap Reza yang seperti ini seakan membuatnya bingung. Memangnya apa pentingnya juga Reza menghampirinya, dia tidak berharap.

Serius.

Dia tidak berharap.

Tapi dia baper.

Lah.

Gini, Farah gadis normal. Reza itu ganteng, most wanted, keren, yah bisa dibilang Reza itu cowok yang jelas dambaan hampir semua cewek remaja. Siapa yang tidak silau dengan hal itu, jadi sama Reza otomatis naikin gengsi dan bikin iri banyak cewek yang membuat siapapun yang bersama dengan Reza seakan berada di atas angin.

Sebenarnya itu khayalan yang indah, tapi tetap saja itu salah.

“Ck! Apaan sih!” decak Farah merutuki dirinya sendiri. Tiba-tiba dia malah berharap hal ‘yang tidak seharusnya’ seperti itu bersama Reza.

Gila!

Bukankah Reza selalu membuat posisinya sulit, sebutkan orang yang paling berjasa di SMA Bakti Mulya yang membuat Farah kesulitan, maka hitungan nano detik Farah akan dengan mantap mampu menyebutkan ‘siapa’ orang itu. Tapi terkadang ketika Reza tiba-tiba baik dan perhatian Farah malah mudah luluh, meskipun dia mampu menyembunyikan itu dari banyak orang.

Lalu apa Farah salah?

Lalu dia harus bagaimana?

Bukankah Reza yang membuat perasaan Farah terombang-ambing. Laki-laki itu tidak membiarkan Farah tenang dengan terus merecoki hidup Farah, padahal jika saja Reza mengabaikannya tentu perasaan ‘tidak seharusnya’ yang bagi Farah akan menyakiti hatinya tidak akan muncul.

Bukan cinta!

Hanya perasaan seakan menjadi seorang istimewa untuk seseorang, dan itu berarti banyak di hati Farah.

“Istigfar, Ra!” tukas Farah pada dirinya sendiri.

Buku catatan dihadapannya yang biasa digunakan Farah untuk mencatat apa yang mengisi pikirannya malah tiba-tiba jadi menganggur karena pesan Reza yang membuat pikiran Farah yang awalnya berhasil dia alihkan dari pengabaian Reza saat di sekolah tadi kembali berkeliaran memikirkan sikap cowok itu.

FARAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang