Part 9 Kejutan Yang Manis

4K 112 9
                                    

Beep beep…handphone Roman berbunyi, ada pesan masuk, dari Bidadari. “Man, nanti ngga usah jemput gue yaa, gue belom tentu ke kampus, badan gue lemes banget nih…” Roman hawatir, ia langsung menelepon si pacar. Telepon Roman berkali-kali direject. “apaan sih ni si pacar, telepon gue ko ga dijawab.” Roman sedikit kesal, “gue whatsapp aja deh.” “kenapa telepon gue ngga dijawab, pipi bakpao!lo kenapa, sakit?mau gue anter ke dokter?” pesan Roman dibaca, tapi tidak dijawab. Roman jadi serba salah. Karena hampir telat, ia memutuskan ke kampus.

Di kelas Roman tidak bisa konsentrasi. Pikirannya terus menerka-nerka, hawatir tentang Wulan. “hey, pacar…lo udah baikan kan?jawab dong whatsapp gue, jangan bikin panik!” Roman mengacak-ngacak rambutnya dengan kesal, lagi-lagi tak ada respon dari Wulan. Pelajaran selesai. Roman langsung bergegas ke parkiran, menyalakan motornya dan meluncur ke rumah Wulan. Tapi nihil, Wulan tidak ada di rumahnya. Menurut si Mbo, Wulan pergi ke kampus. Roman semakin ngga karuan. Telepon dan whatsappnya masih tidak direspon. Akhirnya ia memutuskan ke kampus untuk mencari Wulan.

Di Fakultas Kedokteran Roman bertanya pada beberapa orang, tapi tidak ada yang tau keberadaan Wulan. “ya Allah, Lan…lo di mana sih??bikin gue hawatir aja deh!” Roman bergumam. Roman berlari ke sana ke mari mencari Wulan, tapi nihil. “ini kan udah ampir gelap, lo di mana sih Lan…..” Roman mulai frustasi. Tiba-tiba ia teringat sesuatu. “kenapa gue ngga telpon Yasmin!ah, dasar…Roman,Roman!” katanya pada diri sendiri. “halo, Yas…lo bareng Wulan ngga?” tanya Roman tergesa. “engga Man, ini gue udah di rumah ko..tadi beres kelas gue pulang duluan.” “hah?kelas?jadi Wulan kuliah?” “ya kuliah lah, tadi kan ada tes, ga mungkin lah Wulan ga masuk.” Roman melongo, dia ngga percaya Wulan bohong padanya.

“tapi tadi dia bilang badannya lemes, dan ga bakal ke kampus.” Roman semakin panik. “hah?sakit?engga ah…tadi Wulan sehat-sehat aja ko. Sumringah banget malah keliatannya.” “mmm…kira-kira lo tau ngga dia ke mana?” “tadi sih beres kelas katanya dia mau ke Fakultas Sastra nyamperin lo.” “hah??” Roman semakin bingung. “yaelah, lo telpon aja deh biar jelas.” “gue itu udah telpon dan whatsapp dia berkali-kali, Yas, tapi dia ga respon.” “kalian ga lagi berantem kan??” Yasmin memastikan. “engga ko.” jawab Roman singkat. “gini deh Man, lo coba cari dia di Fakultas Sastra, soalnya tadi dia bilang mau ke sana.” “okey deh Yas, thanks yaa.” Roman menutup telponnya.

Di Fakultas Sastra. Roman bertanya pada satpam, barangkali melihat Wulan. Tapi kampus sudah sepi, tidak ada kelas malam hari ini. Roman benar-benar frustasi. Dia coba telepon lagi, tapi kali ini lebih parah, handphone Wulan tidak aktif! Jantung Roman berdegub kencang, nafasnya sangat tak beraturan. “Wulaaaaaaaaaan!!!” batin Roman menjerit. Roman duduk di tangga, kepalanya menunduk, ia sudah sangat putus asa. Tiba-tiba seorang satpam menghampiri, “udah coba cari ke atap, Dek?” seketika Roman seperti mendapat titik terang. Ia bangkit lalu berlari menaiki tangga. “makasih, Pa!” seru Roman sambil berlari.

Roman sampai di atap. Matanya mencari sekeliling, gelap, tidak ada siapapun. Ia kecewa, matanya mulai basah, “Wulandari…..lo ke mana sih?” suara Roman bergetar menahan tangis. “Wulaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan…..!!” Roman berteriak sambil menengadah ke langit. Lalu ia membalikkan badannya, hendak meninggalkan atap. Tubuhnya seketika membeku, matanya membelalak, jantungnya pun seolah berhenti sesaat. Wulan berdiri tepat di hadapannya. Tersenyum dengan manisnya, “hay, Roman Arbani…” sapanya dengan santai.

Roman langsung memeluk wanita di depannya itu dengan sangat erat. “lo dari mana aja sih?” tanyanya lirih, ia terisak. Wulan balik memeluk pacarnya dengan hangat. Roman melepaskan pelukannya. Ditatapnya mata Wulan lekat. “lo itu bikin gue hawatir tau, bikin gue panik, lo…” kata-kata Roman terhenti, Wulan mendaratkan kecupan hangat di pipinya. Muka Roman memerah, ia menyentuh pipinya yang baru saja dikecup. Ia melongo, masih tak percaya pada apa yang terjadi. “selamat tanggal enam, pacarnya Wulandari..” bisik Wulan membuyarkan lamunan.

“astaga…gue ko bisa lupa ya hari ini tanggal enam??” Roman menutup wajahnya dengan dua tangan. “karna lo lupa, lo harus dihukum!” kata Wulan sambil mendelik jail. “dihukum?” “iyaaa harus dihukum!” tegas Wulan. “lo juga harus dihukum!” “loh, kenapaa??” “soalnya lo udah bikin gue panik seharian!” Roman mencubit pipi Wulan. “apa hukumannya?” tanya Wulan. Roman menatap tajam, “hukumannya….lo harus terus mencintai gue, selamanya!” “pengen banget yaa??” goda Wulan. “ga usah lo minta pun, gue bakal selalu cinta sama lo!” Wulan memeluk Roman dari belakang. Roman tersenyum bahagia, “selamat tanggal enam yang ke sebelas, pacarnya Roman Arbani!” kata Roman.

Roman Picisan season 2 (fanfiction) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang