"selamat pagi, pacar...nanti siang jalan yuk!" Roman mengirim pesan pada Wulan. "selamat pagi juga, pacar..mau jalan ke mana nih?" balas Wulan. "pokonya kita ngedate..mau ngga?" "mm...iya mau.." "jam tiga gue jemput ya.." "jangan, kita ketemu di cafe Alamanda aja, gue ada janji dulu sama Yasmin.." "oh, okey, jam tiga di cafe Alamanda...see you, pacar!" Wulan meletakkan handphone nya di kasur sambil tersenyum. Ia melirik jam di meja, lalu beranjak untuk bersiap-bersiap.
Jam dua siang, Roman sudah berangkat menuju cafe Alamanda. Ia tidak ingin Wulan sampai harus menunggu dirinya, sehingga ia pergi lebih awal. Jalanan sangat padat, tidak seperti biasanya. "aduuh...macet apaan sih ini?" Roman celingukan. Suara klakson mobil dan motor semakin ramai terdengar. Roman berupaya menyelip-nyelip. "ini ada apa sih, Pak?" tanya Roman pada pengemudi mobil di sampingnya. "itu, Mas, ada mobil mogok kayanya, daritadi ngga jalan-jalan, padahal udah diklakson!" jawab si pengemudi sewot.
Roman jadi penasaran. Ia berusaha menyelip hingga dapat melihat cukup dekat mobil yang dimaksud. Roman mengernyit. Ia menurunkan kacamata hitamnya, melihat ke arah mobil dengan seksama. "itu ko kaya mobilnya Om Andika sih.." ia membatin. Roman melajukan motornya semakin dekat ke mobil. "astagfirullahaladzim..." Roman tercekat. "itu beneran Om Andika!" Roman langsung menepi. Ia memarkir motornya, lalu menghampiri Andika di dalam mobil.
Roman mengetuk kaca mobil. Andika menoleh perlahan, lalu membuka kaca jendela. "Roman..." panggilnya lirih. "Om...Om ngga apa-apa?" tanya Roman cemas. Andika tak menjawab. Ia terus saja memegangi kepalanya, wajahnya meringis menahan sakit. "Om, biar saya bantu ke pinggirin mobilnya ya, Om..." Roman membantu Andika pindah ke kursi belakang, lalu dengan sigap ia menepikan mobil. "Om, obat Om ada di mana?" Roman berusaha tidak panik. "di sa...na..." jawab Andika terbata sambil menunjuk ke bagian bawah.
Roman mencari obat itu, dan menemukannya sudah tercecer di bawah. Ia segera mengambilnya, "ini, Om, diminum dulu..." katanya sambil menyerahkan obat dan sebotol air mineral. Andika buru-buru meminum obatnya. Sekitar lima belas menit, kondisi Andika sudah lebih baik. "terima kasih ya, Roman. Kalau tidak ada kamu, entahlah. Sekali lagi terima kasih ya!" ucapnya tulus. "iya, Om, sama-sama..saya kebetulan lewat sini Om." Roman tersenyum lega. "tapi, Om kenapa bisa kaya tadi?Om yakin ngga apa-apa?" tanya Roman penasaran.
"ah...saya tidak apa-apa, hanya saja saya terlambat minum obat..." jawab Andika kikuk. "oiyah, Roman, saya mohon, kamu jangan kasihtau Wulan soal ini...saya tidak mau dia khawatir.." Andika menatap Roman serius. "saya minta maaf, Om...tapi saya ngga mau bohong lagi sama Wulan..." jawab Roman jujur. "tapi ini demi kebaikan Wulan juga, kamu harus mendukung saya!" Andika memaksa. Roman terdiam. Tatapannya kosong, ia menerawang kejadian-kejadian silam.
"jadi selama ini lo udah tau, dan lo sembunyiin itu semua dari gue??" Wulan menangis, tatapannya penuh rasa kecewa. "Roman?!" suara Andika membuyarkan lamunan Roman. "eh iya, Om..." jawabnya kaget. "kamu setuju kan untuk merahasiakan semua ini dari Wulan?" Andika semakin mendesak. "mm...gini aja, Om...sekarang saya anter Om ke dokter, kalo nanti dokter bilang Om ngga kenapa-kenapa, saya mau rahasiain ini dari Wulan..." Roman mengajukan syarat. "kamu ini..." Andika menghela nafas. Sesaat ia diam berpikir.
"ya sudah, kamu boleh antar saya ke dokter sekarang. Tapi, motor kamu bagaimana?" "oh...motor saya biar dititip di warung dulu, Om, sebentar ya.." Roman bergegas turun, dan menitipkan motornya pada pemilik warung di pinggir jalan. Setelah itu ia kembali ke mobil, dan membawa Andika ke Rumah Sakit. Sesampainya di Rumah Sakit, Roman menuntun Andika menuju ruangan dokter. Sementara dokter memeriksa Andika, Roman memeriksa jam di handphone nya. "astaga...lima menit lagi udah jam tiga...Wulan bisa-bisa udah nungguin gue nih...tapi Om Andika juga ngga mungkin gue tinggalin kan.." Roman mengacak-ngacak rambutnya frustasi.
"Lan, gue kayanya bakal telat nih..lo tunggu gue di sana ya, gue pasti ke sana ko!" ia mengirim pesan pada si pacar. Tak lama, Andika selesai diperiksa. "gimana, Dok keadaan Om Andika?" tanya Roman pada dokter. "kecapean aja, terlalu banyak pikiran. Dan yang pasti, terlambat minum obat!" terang dokter. "tuh, kan...saya sudah bilang, cuma telat minum obat saja!dasar anak muda jaman sekarang, terlalu curiga sama orang tua.." Andika tertawa lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
Roman Picisan season 2 (fanfiction)
Fanfictionini hanya sekedar cerita (halu), untuk melanjutkan sebuah kisah cinta, karena Roman sudah tidak Picisan lagi.. ??