Jam delapan pagi, di kost Roman. Beep beep. Handphone Roman terus berbunyi. Roman membuka mata dengan malas, tangannya menggapai-gapai handphone di meja. Sambil mengerjap-ngerjapkan mata, ia melihat ke layar handphone. "selamat pagi, pacar!" jawabnya manja. "ah, iya, selamat pagi, Roman!" suara dari sebrang telepon mengagetkan Roman. Ia langsung terjaga dan cepat-cepat duduk. Dilihatnya lagi layar handphone nya dengan seksama. "astaga...ternyata Om Andika!" gumamnya dalam hati.
"se..selamat pagi, Om...maaf, saya tadi salah liat, saya kira..." "kamu pasti mengira anak saya yang menelepon kamu kan?" Andika memotong. "eh...iya, Om, maaf..." jawab Roman sambil menggaruk-garuk kepala. "ada apa ya, Om?" tanyanya lagi. "begini Roman, ada hal yang harus saya bicarakan sama kamu. Sore ini bisa mampir ke rumah saya?" Roman terbelalak. "oh..mm..iya Om, bisa..selesai kelas nanti saya ke rumah Om." "baiklah..kalo begitu sampai ketemu sore nanti, Roman..terima kasih." "iya, Om.." "assalamu alaikum." "waalaikum salam." lalu telepon ditutup.
"Roman... Roman... bisa-bisanya salah orang, tengsin kan jadinya!" Roman menggaruk-garuk kepalanya sambil bergumam. "kira-kira ada apa ya Om Andika pengen ketemu gue?" ia mengernyit. Tak lama handphone nya kembali berbunyi. Kali ini panggilan masuk dari si pacar. "halo pacar!" jawabnya semangat. "Romaaaaaaaaan!!" Wulan berteriak dari sebrang telepon. "apa-apaan sih lo, Lan..telinga gue sakit tau!" protes Roman. "gue tungguin kabar lo dari semalem, sampe gue ketiduran...tapi lo ngga ngabarin juga?!" Wulan masih sewot.
"iya iya...soriii..." "lo jahat tau..." "ko gue jahat?" "iya, lo jahat...biarin gue nunggu kabar dari lo..." suara Wulan bergetar. "Lan...lo ngga nangis kan?" tanya Roman cemas. Wulan tidak menjawab. "Lan...jawab gue dong...lo ngga nangis kan?" Roman mulai panik. Tiba-tiba terdengar isakan Wulan. "Lan...lo jangan nangis dong..pliiisss...iya gue minta maaf...tapi lo jangan nangis ya...gue bukan sengaja ngga ngabarin lo, tapi gue ketiduran...maafin gue ya, Lan...lo jangan nangis ya..." Roman terus membujuk. "iyaa..gue ngga nangis ko.." jawab Wulan lemah.
"maafin gue ya, pacar..." Wulan mengangguk. "hari ini lo mulai koas kan?udah siap?" "udah, sebentar lagi gue berangkat...dianter sama Bapak..lo juga ke kampus kan?" "iya, gue baru bangun, sebentar lagi siap-siap ke kampus. Lo ati-ati ya koasnya...kalo ada apa-apa jangan lupa langsung kabarin gue!" "iyaaa..." "jangan lupa sarapan dulu, nanti kalo sakit maag lo kambuh, siapa yang mau nolongin lo, gue kan jauh!" "mm...di Rumah Sakit juga kan banyak dokter yang bisa tolongin gue..." "ngga!pokonya lo harus jaga diri lo, jangan sampe lo ditolongin sama dokter ato perawat cowo di sana.." "cieeeeh...cemburu yaa?" Wulan tertawa jail.
"iiih...siapa juga yang cemburu...geer banget sih?" "ya udah, kalo ngga cemburu, biarin aja dong gue ditolong sama dokter cowo di sini..." "awas aja kalo berani macem-macem!" Wulan terbahak. "berarti...lo cemburu kan?" "iya, gue cemburu...puas?" jawab Roman sewot. "Wulan...ayo cepat, nanti kau terlambat!" suara Beni terdengar. "itu Bapak ya?" "iya, gue udah dipanggil Bapak nih, udah dulu ya.." "iyaa, jaga diri lo ya!jangan bikin gue hawatir!" "iyaa, baweeel! Gue pergi dulu, dadah!" "Dah..." lalu telpon ditutup.
Roman menerawang. Senyum tersungging di wajahnya. Ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. "terima kasih ya, Pak..lega rasanya, ada Bapak yang jagain Wulan di sana!" ucapnya lirih. Lalu ia beranjak dari tempat tidurnya, membuka tirai jendela. "wah..matahari cerah banget hari ini.." katanya sambil tersenyum lega. "astaga, jam berapa ini?!" Roman langsung memeriksa handphone nya. "ampir jam sembilan!! bisa telat gue!" ia buru-buru menyimpan handphone nya, lalu bergegas bersiap ke kampus.
Jam dua belas siang, di kampus. Roman sudah selesai kelas pertama. Sambil menunggu kelas berikutnya, ia memutuskan untuk ke basecamp. "hai, Roman Arbani..." sambut Sisi yang sedang menjaga meja kasir. "hai, Sisi.." jawab Roman sambil tersenyum. "tanding silat sama preman, rambut dibob biar ganteng. Coba lihat teman-teman, kembaran Ibob udah dateng!" sambut Bobi juga. "waaaah...ada yang datang dari jauh nih..." Sam langsung menghampiri sahabatnya itu dan memeluknya erat. "apa kabar, Sam!" Roman balas memeluk Sam sambil melepas kangen. "baik ko kita semua, lo juga baik kan?" jawab Sam sambil menaikturunkan alisnya. Roman mengangguk semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Roman Picisan season 2 (fanfiction)
Fanfictionini hanya sekedar cerita (halu), untuk melanjutkan sebuah kisah cinta, karena Roman sudah tidak Picisan lagi.. ??