“Man, nanti siang gue harus ke perpustakaan umum dulu, ada buku yang harus gue cari untuk bahan tugas.” “oh, okey, jadi gue jemput lo jam berapa?” “mm…gue bakal bareng Yasmin sih, jadi abis dari perpus gue balik lagi ke Fakultas Kedokteran. Jam 5an aja, okey?” Wulan membulatkan dua jarinya tanda oke. Roman membalas lambang oke yang sama, “oke!” lalu Roman meninggalkan Wulan, menuju Fakultas Sastra.
Jam setengah empat. Wulan dan Yasmin selesai di perpustakaan umum. Mereka berjalan menuju Fakultas Kedokteran. Tali sepatu Wulan lepas, ia berjongkok untuk memperbaikinya. Yasmin terus berjalan, lebih pelan, “buruan…lama gue tinggal nih!” canda Yasmin. Lama Yasmin menunggu, Wulan tidak juga mengejarnya. Ia menoleh ke belakang. Wulan tidak ada di sana. Yasmin berbalik sambil mencari-cari, “Lan…. Wulan….!becanda mulu ya, gue tinggal nih!” Yasmin agak berteriak. Tapi Wulan tetap tidak muncul. “ngga lucu!keluar dong Lan…!” Yasmin mulai panik. Ia berlari sambil celingukan, tapi tetap tidak menemukan Wulan.
“halo…iya Yas?” “Wulan ilang!!” Roman langsung tersentak, “apa Yas?Wulan ilang???” “iyaa…tadi dia jalan bareng gue, trus tali sepatunya lepas, pas gue nengok dia udah ga ada!” suara Yasmin betul-betul panik. “sekarang lo di mana?” “di depan perpustakaan umum.” “tunggu gue, gue ke sana!” Roman bergegas menemui Yasmin. “Man!” Yasmin melambai melihat Roman berlari ke arahnya. “gue udah coba telponin tapi ngga dijawab. Gue takut Man..” Yasmin mulai menangis. “Ya Allah, cobaan apa lagi ini?” gumam Roman.”tadi di sekitar kalian ada yang aneh ngga?maksud gue apa ada orang yang mencurigakan ato…” “gue ngga merhatiin Man, karna gue jalan sambil ngobrol sama Wulan. Pas tali sepatunya lepas, dia ketinggalan bentar doang di belakang gue, dan gue noleh dia udah ngga ada.”
Tiba-tiba handphone Roman berbunyi. “Tante Tiana!” Roman segera menjawab telponnya, “halo..ya Tante?” “Roman….tolongin Tante…” ucap Tiana sambil menangis. “Tante…ko nangis?ada apa Tante?” Roman makin panik. “Wulan…” “Wulan, Tante??Wulan kenapa Tante??” “Wulan diculik Mas Gunawan!” Roman seketika membeku. Wajahnya menahan ngeri, “apa Tante?Wulan….Wulan diculik Om Gunawan??” nafas Roman tersendat. Yasmin yang mendengar pun langsung histeris.
Roman dan Yasmin langsung menuju rumah Wulan, lalu bersama dengan Tiana mencari Wulan. Di dalam mobil. “Roman…tolong Tante…selamatin Wulan…”, tangis Tiana pecah. “iya Tante, Tante tenang dulu ya, kita pasti bisa selamatin Wulan.” Roman berusaha konsentrasi menyetir, “ini kita ke mana Tante?” “ke gudang tua, ini alamatnya” Tiana menyerahkan handphone nya pada Roman. Yasmin memeluk Tiana, mereka saling menenangkan.
Mereka sampai di gudang tua. Roman dan Yasmin bersembunyi, sementara Tiana memanggil Gunawan untuk keluar. “hai Tiana, lama kita ngga ketemu!” Gunawan tersenyum jahat. “Mas, urusan kita udah selesai, cepat lepaskan Wulan!” Gunawan tertawa jahat. “jadi kamu ke sini Cuma buat Wulan?bukan buat aku, Tiana??” wajah Gunawan berubah bengis. Roman dan Yasmin berhasil masuk lewat pintu belakang. Mereka menemukan Wulan tergeletak di lantai dengan tangan dan kaki terikat. Wulan pingsan. Roman melepaskan ikatan Wulan, lalu menggendongnya keluar bersama Yasmin.
Melihat Wulan sudah aman bersama Yasmin dan Roman, Tiana mencoba mengalihkan perhatian Gunawan. Tapi tiba-tiba Wulan sadar dan seketika menjerit. Ia meronta, mengira yang menggendongnya adalah si penculik. Wulan lepas dari gendongan Roman, ia berlari, dan Gunawan berhasil menangkapnya. Wulan kembali disandera. Gunawan mengeluarkan pisau, mengacungkannya ke arah Wulan. Wulan menangis ketakutan. Roman panik, tapi ia berusaha tenang. “keselamatan Wulan nomor satu!” katanya dalam hati.
Perlahan Roman mendekatkan posisinya pada Gunawan. Matanya memberi isyarat pada Yasmin. Yasmin mengangguk tanda mengerti. Roman mulai menganggukan kepalanya perlahan, tanda hitungan, “satu…dua….” Dan pada anggukan ketiga Yasmin lari ke sisi kanan Gunawan, membuat Gunawan pecah konsentrasi. Seketika itu Roman langsung menyergap Gunawan. Dipegangnya tangan Gunawan kuat-kuat, menjauhkan pisau itu dari Wulan. “Lan…lariiii!!!” Roman memberi instruksi. Wulan segera lari ke arah Yasmin dan Tiana.
Roman dan Gunawan adu tenaga. Mereka bergulingan di tanah. Tapi sayang, lengan Roman terkena sabetan pisau. Gunawan berhasil melepaskan diri, dan berjalan menuju ketiga wanita itu. Roman tidak menyerah. Dari belakang disergapnya Gunawan. Mereka adu kuat lagi. Lengan Roman semakin berdarah-darah. Roman berhasil merampas pisau dari tangan Gunawan, lalu melemparkannya jauh-jauh. Sekuat tenaga dikepalnya tinju dan didaratkan ke wajah Gunawan. Gunawan ambruk. Ia terkekeh jahat. Roman jatuh berlutut di sampingnya, dengan nafas tersengal.
“kamu…kenapa selalu muncul mengacaukan rencana saya?” kata Gunawan sambil menunjuk muka Roman. “dulu kamu rela tertimpa pohon dan kritis demi dia…” sekarang Gunawan menunjuk Wulan. “dan sekarang kamu rela terluka demi dia juga!!” Gunawan tertawa lagi. “karna saya mencintai Wulan!” jawaban Roman membuat Gunawan diam. “karna saya mencintai Wulan…saya akan memastikan keselamatannya, memastikan kebahagiannya…” Gunawan termangu. “cinta tidak menciptakan siksa, karna ia tidak memaksa. cinta tidak menciptakan tangis, karna ia tidak egois.” Gunawan menangis. Kata-kata Roman membuka hati dan pikirannya. “kalau Om memang mencintai Tante Tiana, harusnya Om bisa merelakan Tante Tiana bahagia dengan pilihannya.”
Wulan berlari ke arah Roman. Dipeluknya erat-erat. “lo apa-apaan sih!” Wulan menangis, “luka lo harus diobatin, cepet, darah lo makin banyak keluar!” Wulan membantu Roman berdiri. Dituntunnya dengan hati-hati ke mobil. Tiana menghampiri Gunawan. “Mas….aku minta maaf kalau aku bikin kamu sakit. Tapi aku mohon, cukup sampai sini. Aku udah dengan pilihanku. Kuharap, kamu juga memulai kehidupan kamu yang baru.” Lalu Tiana beranjak dari situ. Dan mereka membawa Roman ke Rumah Sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Roman Picisan season 2 (fanfiction)
أدب الهواةini hanya sekedar cerita (halu), untuk melanjutkan sebuah kisah cinta, karena Roman sudah tidak Picisan lagi.. ??