Part 35 Aku Atau Dia

2.6K 72 1
                                    

Yasmin, Wulan dan Karin sedang hang out di mall. “lemes banget sih, Laaaan?!semangat dong…kan dua hari lagi Roman balik Jakarta!” Karin menyenggol bahu Wulan. “sumpah ya…lima hari aja berasa lamaaaaa banget…gara-gara dia susah dihubungi!” jawab Wulan lesu. “kan biar lo makin kangen nanti!” Yasmin menggoda sahabatnya yang lagi bete. “begitu ketemu…gue bakal…” “bakal apa?” Karin melirik jail. “iya…bakal apa coba?” tambah Yasmin ikutan jail. Wulan melengos. Karin dan Yasmin tertawa senang.

Wulan berjalan di depan, mendahului Karin dan Yasmin. Tiba-tiba Wulan berhenti, lalu memberi isyarat agar Yasmin dan Karin mengikutinya, bersembunyi di balik tembok. “apaan sih, Lan?pake ngumpet segala?” “sssstt…” Wulan celingukan, “tadi gue liat Nico!” Yasmin ikut celingukan, “mana?kalo ada Nico ko kita malah ngumpet?” Yasmin berjalan keluar dari persembunyian. “sini dulu, Yas!” Karin buru-buru menarik Yasmin ke balik tembok lagi. “Nico sama cewe!” bisik Karin. “iya betul, Yas…Nico bareng sama cewe!” Wulan meyakinkan. Yasmin melongo, “masa sih?” ungkapnya tak percaya.

Tak lama Nico lewat di dekat mereka. Betul, dia bersama seorang wanita. Mereka tampak akrab. Malah saat hendak menaiki eskalator, Nico merangkul wanita itu. Yasmin hampir menangis menyaksikan kelakuan pacarnya. “lo sabar dulu Yas…lo kan belom tau siapa cewe itu!” Karin berusaha menenangkan. “iya bener Yas…lo sabar dulu ya!” Wulan memeluk sahabatnya itu. “gue mau pulang!” Yasmin masih terisak. Wulan dan Karin saling pandang. “gue anter lo pulang ya!” Karin menawarkan diri. “ya udah, kalian balik duluan aja…gue masih harus cari buku.” kata Wulan. “sori ya, Lan…gue bener-bener keilangan mood nih!” “santai aja lagi!lo yang sabar ya!” Wulan menggenggam tangan Yasmin. Lalu mereka berpisah.

Wulan tinggal sendirian di mall. “gue mending langsung ke toko buku….atau...” gumamnya sambil celingukan, “tapi Nico sama cewe itu juga udah ngga keliatan!langsung ke toko buku aja deh.” Wulan melangkah ke toko buku. Di toko buku, Wulan asik mencari buku untuk tugas kampus. Tiba-tiba, “buggg” Wulan menabrak seseorang. “eh…sorii…sorii…gue ngga…” kata-kata Wulan terhenti. Ia kaget sekali. “Alfa?!” Wulan setengah teriak. Alfa berdiri di depannya, tersenyum. “kalo jalan liat-liat dong…untung yang lo tabrak itu gue!” katanya santai. “iya sori…gue lagi asik cari buku nih!” Wulan menunjuk ke rak buku. “tapi…ko lo bisa di sini?” tanyanya penasaran.
“ya sama lah…gue juga cari buku…buat tugas Pak Anwar kan?” Wulan mengangguk. “tumben lo sendiri…sahabat lo mana?” tanya Alfa sambil celingukan. “Yasmin balik duluan…dia kurang enak badan.” jawab Wulan datar. “ya udah…kita cari bukunya barengan aja ya!” Alfa nyengir. Mereka selesai di toko buku, hendak pulang. “lo bawa mobil?” “engga…gue naek taxi aja..” “biar gue anter!” “ngga usah, biar gue naek taxi aja!” Wulan ngeloyor pergi. Alfa mengejar dan menangkap tangan Wulan. “Lan…biar gue anter aja…ya…” wajahnya memelas. Wulan jadi tak tega. Akhirnya setuju untuk diantar pulang oleh Alfa.

Di jalan, mobil Alfa terhenti karena lampu merah. Wulan menikmati alunan lagu dari radio di mobil. “loh…cowo itu kayanya gue pernah liat di kampus kita deh!” Alfa menunjuk sebuah motor sport berwarna merah di sebelah mobilnya. Wulan menoleh. “itu Nico!” seru Wulan. “Faa…kita harus ikutin motor itu..buruan” kata Wulan panik. “emangnya dia siapa sih?” Alfa penasaran. “udah buruan ikutin aja!” paksa Wulan. “okey…okey…” Alfa menuruti perintah Wulan.

Motor Nico berhenti di sebuah rumah. Wanita yang diboncengnya turun dari motor. Mereka berbincang sebentar, lalu Nico pergi. “cewe itu siapa sih?!” Wulan menyipitkan matanya, mengamati dari dalam mobil. Alfa memandangi Wulan yang daritadi asik ngomong sendiri. “masa iya baru pacaran sebentar udah selingkuh??” Wulan ngomel sendiri. “Lan…heloow!” Alfa menyadarkan lamunan Wulan. “cowo tadi itu siapa…dan cewe ini siapa?” Alfa minta penjelasan. “Nico…cowo tadi itu namanya Nico…pacarnya Yasmin!” Alfa manggut-manggut. “dan cewe itu selingkuhannya?” Alfa menyimpulkan. Wulan menggeleng. “justru itu yang mau gue cari tau!”

Wulan membuka pintu mobil. Alfa cepat-cepat menarik tangan Wulan, “lo mau ngapain?” tanyanya serius. “gue mau turun!” “lo mau nyamperin cewe itu dan nanya sama dia gitu?” Wulan mengangguk yakin. “yang bener aja…kalo dia emang selingkuhan…ya ngga bakalan ngaku lah!” Wulan terdiam. Dahinya mengernyit, ia menimbang-nimbang. “iya juga ya!” gumamnya. “tapi kayanya ngga ada salahnya dicoba!” Wulan turun dari mobil. Alfa ikut turun. Mereka berdua menghampiri wanita tadi. Mengobrol beberapa saat, lalu pergi dari sana.

“udah puas?” tanya Alfa sambil melirik Wulan. “iyaa!” Wulan tersenyum puas. “gue harus buru-buru ngasitau Yasmin nih!” katanya bersemangat. Alfa tertawa melihat tingkah Wulan. “ini ada apa sih…tumben macet banget gini?!” “jam pulang kantor kali…tambah mendung banget gini…pasti macet lah!” Wulan berdecak. Ia merogoh tasnya, mengambil handphone. “yah…handphone gue mati lagi!” “di charge aja…itu di dashboard ada charger.” Alfa menunjuk ke arah dashboard. “gue nebeng charge yaa…” Wulan nyengir.

Mereka sampai di rumah Wulan. “thanks yaa!” kata Wulan sambil bersiap turun. “iya, sama-sama!” Alfa tersenyum. Wulan melambaikan tangannya lalu bergegas membuka pagar. Mobil Alfa melaju pergi. Tiba-tiba ada sebuah taxi berhenti di depan rumah Wulan. Wulan menoleh dengan bingung. “siapa ya…ko naik taxi?” gumamnya penasaran. Seseorang keluar dari dalam taxi. Wulan mengamatinya dengan seksama. Tiba-tiba wajah Wulan terbelalak kaget. “Romaaaaan!!” jeritnya. Ia langsung berlari memeluk si pacar.
“gue kangen banget sama lo!” peluknya erat. Roman membalas pelukannya dengan erat juga. “gue juga kangen banget sama lo!” bisiknya. Wulan melepas pelukannya, “eh…tapi…ko lo udah pulang?bukannya dua hari lagi?” Wulan menaikkan sebelah alisnya. “jadi ngga seneng nih gue pulang lebih awal?” Roman mendelik. “iiiih…ngaco!” Wulan refleks memukul lengan Roman. “aaww…” Roman mengusap lengannya yang dipukul,”pacarnya baru pulang…malah dipukulin!” katanya manja.

Wulan menatap Roman dengan seksama. “lo sehat kan?” tanyanya sambil memeriksa seluruh tubuh Roman dengan teliti. “iya sehat, Bu Dokter!” jawab Roman jail. “lo abis dari mana?ko jam segini baru balik?” “tadi gue…mm…abis beli buku…!” “sendirian?” Wulan mengangguk, lalu menggeleng. Roman mengernyit bingung. “tadi gue pergi bertiga sama Yasmin dan Karin…tapi di tengah jalan Yasmin harus pulang bareng Karin.” Wulan menjelaskan, “jadi ya gue sendirian!” katanya ragu. Roman tersenyum.

Sedang asik mengobrol, sebuah mobil BMW putih berhenti di dekat mereka. Seketika Wulan terpaku. Jantungnya seakan mau copot. Ya, Alfa keluar dari dalam mobil. Roman memandangi Alfa mendekat. “hai, Man…apa kabar?” sapa Alfa sambil mengulurkan tangan. Roman menjabat tangan Alfa, “baik!” jawabnya singkat. “ini…handphone lo ketinggalan di dashboard!” Alfa menyerahkan handphone pada Wulan. Roman terdiam. Tubuhnya mendadak jadi panas. Ada nyeri yang menjalar ke relung hatinya. Wulan jadi gugup. “ya udah deh, gue langsung ya…!” Alfa pamitan, langsung melaju pergi. Tinggal Roman dan Wulan yang saling tatap di situ.

Roman menatap dengan diam. Raut kekecewaan terpancar dari matanya. “Maaan….gue bisa jelasin!” kata Wulan terbata. “lo abis jalan sama Alfa?” suara Roman sedingin es. Wulan terengah, tubuhnya gemetar. “jadi tadi itu…” “lo abis jalan sama Alfa?” Roman mengulangi pertanyaannya, memotong omongan Wulan. Wulan mengambil tangan Roman, menggenggamnya erat, “Maaan….gue...” tiba-tiba ucapannya terhenti. Roman melepaskan genggaman Wulan dari tangannya. “gue balik!” katanya sambil membalikkan badan hendak pergi.

“Man…tunggu!” langkah Roman terhenti. “lo harus denger penjelasan gue dulu!” suara Wulan bergetar, ia mulai menangis. Roman memejamkan matanya, menarik nafas panjang dan menghelanya perlahan. “please…lo ngga usah nangis!” kata Roman lirih. “gue cape, Lan!gue perlu istirahat!” Roman siap melangkah lagi. Tapi Wulan menghambur, memeluknya dari belakang. “tapi lo ngga boleh pergi kaya gini!” Wulan memohon. Tangan Roman terkepal, ia menahan kecewa dan amarah. “Maaaan…please….lo jangan kaya gini!!” Wulan mengeratkan pelukannya dan terus menangis.
Roman menggenggam pelukan si pacar. Air mata menetes di pipinya. “gue beneran cape, Lan….” kata Roman pelan, “gue butuh waktu untuk istirahat…” ia menengadah ke langit, “dan gue rasa….lo juga butuh waktu…untuk mastiin perasaan lo!” Roman menyelesaikan kalimatnya. Seketika hujan turun. Roman melepaskan pelukan Wulan. Ia membalikkan badannya, menatap Wulan lekat. “gue sayang sama lo, Wulandari!” Roman mengusap pipi Wulan, “makanya…gue mau kasih lo waktu!” lanjutnya. Wulan semakin terisak. Digenggamnya tangan Roman yang membelai pipinya. Ia menggeleng kuat, “lo ngga boleh pergi kaya gini!” Wulan meratap.

Roman melepaskan tangannya. “lo masuk gih!” pinta Roman. Lalu berbalik dan berjalan pulang. Wulan memandangi Roman menjauh, “Romaaaaan!” panggilnya sambil menangis. Tapi Roman tidak menoleh, terus berjalan menjauh.
aku memang cinta,
tapi cintaku tak buta.
hatiku penuh rasa,
tapi aku tak suka memaksa.
kau bebas memilih,
jadi tak perlu berdalih.
jika kau pilih dia,
aku akan mencoba rela.
tapi jika kau pilih aku,
berjanjilah selamanya satu.”
Roman berjalan di bawah guyuran hujan. Hatinya sungguh terluka.

Roman Picisan season 2 (fanfiction) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang