“yah…pagi-pagi ko udah ujan!” Roman menengok keluar jendela kamarnya. Handphone nya tiba-tiba berbunyi. “si pacar!” katanya girang. “halo, pacar!pagi-pagi udah nelepon…kangen yaa?” Roman menjawab telepon dengan semangat. “iiiih…si pacar…pagi-pagi udah kegeeran!” Wulan protes. Roman terkekeh. “lo gue jemput aja ya!” Wulan menengok keluar jendela, “ujannya lumayan..daripada basah-basahan!” “ngga usah deh, gue pake jas ujan aja…kasian lo harus muter kalo jemput gue dulu!” “jangan bawel!bentar lagi gue berangkat, lo siap-siap ya!” Wulan menutup telponnya.
Lima belas menit kemudian, Roman sudah siap di teras. Ia bersiul-siul sambil menunggu si pacar datang. “alamak…semangat kali kau nampaknya!” Martin muncul dari dalam. “eh, Tin!mau pergi juga kau?” Martin duduk di kursi teras, mengikat tali sepatunya. “iya aku mau ke kampus, tapi hujan kek gini malah!” “iya hujannya lumayan deras, makanya aku tak bawa motor!” “enak kali kau ada yang jemput!gini ini lah kalo masih jomblo!” Martin berdecak. Roman tertawa, “makanya, kau carilah pacar yang bener, jangan main-main terus kau sama cewe!” Martin tertawa. Tak lama Wulan datang, lalu Roman pamitan.
“mau gue yang bawa?” tanya Roman. “mm…ngga apa-apa, gue aja…sekali-sekali lo duduk santay aja, okey?” Wulan mengedipkan sebelah matanya. Roman tersenyum senang. “lo kebiasaan yaa!” kata Roman sambil mengamati Wulan. Wulan jadi berkali-kali melirik ke arah Roman, “apaan?” tanyanya. “kebiasaan ngga pake jaket!udah tau ujan!” Roman menasehati, Wulan nyengir. “abisnya emang kebiasaan sih…!” “kebiasaan apa?” Roman balik bertanya. “kebiasaan dipakein jaket sama lo!” Wulan tertawa. “dasarrr!” Roman ngucek-ngucek kepala Wulan.
“lo langsung parkir di Fakultas Kedokteran aja…” “ya engga lah, gue anter lo dulu!” “ngga usah!” “tapi ini kan ujan, Roman Arbani!ngga apa-apa gue anter lo dulu!” Roman menahan stir supaya mobil tidak berbelok. “kalo lo ngotot, gue turun di sini sekarang!” Roman mendelik. “iya…iya…gue langsung parkir di Fakultas Kedokteran aja!” Wulan menurut. Mereka sampai di parkiran. Turun dari mobil, mereka berlari ke tempat teduh. Roman menggandeng tangan Wulan, “yuk gue anter sampe kelas!” katanya sambil tersenyum. Wulan mengangguk nurut.
Mereka sampai di kelas Wulan. Roman langsung celingukan. “nyariin siapa sih?” tanya Wulan penasaran. “mm…Yasmin ko belom datang ya?” “emang kenapa lo nyariin Yasmin?” Roman menoleh, “ya mau nitipin lo lah sama dia!” “iiih Romaaaaan!” Wulan refleks memukul lengan si pacar. “emangnya gue barang apa…pake dititipin segala!?” Wulan cemberut. “cieeeee yang udah baikaaaan!” tiba-tiba Yasmin muncul dari belakang mereka. Roman dan Wulan tersenyum malu. “gue udah di sini…jadi lo bisa tenang ninggalin pacar lo sekarang!” Yasmin nyengir. “ya udah, gue pamit yaa!” Roman melepas gandengannya, melambaikan tangan lalu pergi.
Di depan kelas, tanpa sengaja Roman bertemu dengan Alfa. Mereka saling berhadapan, dan saling bertatapan tajam. Alfa tersenyum, lalu berjalan melewati Roman. Roman menangkap lengannya, “tunggu dulu!” katanya menghentikan langkah Alfa. Sekarang mereka berdiri bersebelahan. “gue minta dengan sangat sama lo, ngga usah gangguin Wulan lagi!” kata Roman tegas. “lo tau kan, dia itu masih pacar gue…..dan seterusnya bakal begitu!” lanjutnya. Alfa tersenyum sinis. “lo ngga usah takut, Man!gue udah tau di mana posisi gue!” jawab Alfa santai. “dan satu lagi…thanks ya, lo udah nemuin gue sama Wulan semalem!” Roman melirik Alfa. Alfa melirik Roman juga, “santai aja!” Lalu mereka sama-sama melangkah pergi.
“cieee yang romantisan di atap!” Yasmin masih menggoda sahabatnya. Tawa mereka terhenti saat Alfa datang mendekat. Yasmin dan Wulan saling tatap. Alfa duduk di depan Wulan, seperti biasa. “gue ngga nyangka…ternyata lo bisa berbesar hati juga ya…!” Yasmin berbicara pada Alfa, “gue salut sama lo!” lanjutnya. Alfa menoleh, tersenyum pada Yasmin. Yasmin membalas senyumnya. “Faa…” Wulan menepuk pundak Alfa. Alfa menoleh. “thanks yaa…lo udah nemuin gue sama Roman semalem!” ucap Wulan tulus. Alfa tersenyum. “kalian emang jodoh!” Alfa bergumam dalam hati.
Di loby Fakultas Kedokteran, Roman bertabrakan dengan seorang wanita. Barang bawaannya berhamburan. “sori, sori…gue ngga sengaja!” kata Roman sambil membantu memungut barang-barang yang jatuh. “iya…ngga apa-apa!” wanita itu pun sibuk memungut barang-barangnya. “ini barang lo!” Roman menyerahkan setumpuk buku ke wanita itu. Ia melongo, “Nadine!” “Roman!” mereka saling panggil. “astaga…gue pikir orang lain!” Nadine tertawa. “iya…gue pikir juga bukan lo!” Roman tertawa juga. “lo ngapain di sini?kaya buru-buru banget lagi!?” “mm…gue janjian sama temen gue…ngasiin ini!” Nadine melirik tumpukan buku dan barang-barang bawaan lainnya.
“mm…mau gue bantu bawa?” Roman menawarkan. “boleh deh kalo lo ngga keberatan!” Nadine nyengir. Roman mengambil tumpukan buku dari tangan Nadine, “ngga ko…kelas gue masih sejam lagi!” jawabnya. “ya udah yuk ke sini…” Nadine mendahului berjalan. “Wulan apa kabar?” tanya Nadine. “oh..Alhamdulilah, dia baik ko!” “lo sendiri?” “Alhamdulilah, gue juga baik…lo gimana?” “gue…Alhamdulilah baik juga…cuma...” “Cuma apa?” Roman mengernyit. “nyokap gue lagi dirawat di Rumah Sakit.” jawab Nadine lesu. “nyokap lo sakit apa?” tanya Roman kaget. “typhus…kecapean ngurusin radio!” Nadine menjelaskan.
“dirawat di mana?” “lo mau nengokin?” “insya Allah, gue nanti nengokin, bareng Wulan!” “oh…di Rumah Sakit Jakarta Internasional!” jawab Nadine tersenyum. “nah itu temen gue!” Nadine menghampiri temannya. “nih titipan lo!” ia menyerahkan barang yang dibawanya, juga buku-buku yang dibawakan Roman. “Nad…kalo gitu gue langsung ya!” Roman pamit. “oh..iya...iya…thanks ya, Man udah bantuin gue!” Roman mengangguk lalu pergi dari sana. “itu cowo lo?” teman Nadine bertanya. “bukan!” jawab Nadine sambil menggeleng.
“pacar!lo udah di kelas?” Wulan mengirim pesan pada Roman. “udah, baru aja duduk!kenapa?udah kangen ya?” “iiiih…ngaco!kirain aja lo ke mana dulu gitu!” “engga!oya, tadi gue ngga sengaja ketemu Nadine, katanya nyokapnya sakit.lo mau ngga nemenin gue nengok nanti siang?” “gue kan ada kelas tambahan sampe jam empat!” “ya udah, abis lo beres kelas, baru kita nengok, gimana?” “okey!” “belajar yang rajin ya, pacar!” “iyaaa bawel!lo juga yaa!i love you!” “I love you too!” Mereka berdua sama-sama nyengir bahagia.
Jam tiga, di loby Fakultas Kedokteran. Roman duduk di dekat tangga, menunggu si pacar. “Romaaan!” tiba-tiba ada suara menyapanya. Roman buru-buru menoleh. “Susan!” katanya kaget melihat siapa yang menyapanya di sana. “lo ngapain di sini?” tanya Roman penasaran. “iiih…ya lo juga ngapain di sini?” Susan bertanya balik. “pacar gue kan kuliah di sini…gue lagi nungguin dia!” “ooh…iya ya…Wulan kan kuliah kedokteran!” Susan garuk-garuk kepala sambil nyengir. “lo ngapain di sini?” Roman bertanya lagi. “gue mau nemuin cowo gue…eh…temen cowo gue maksudnya!” jawab Susan. “gue boleh ngga nunggu di sini bareng lo?” Roman mengangguk. “makasih yaa!” Susan langsung ikutan duduk.
Jam empat lewat. Kelas terakhir Wulan hari itu selesai. Ia bergegas ke loby bersama Yasmin. “Susan!!” kata mereka berbarengan. Roman dan Susan langsung berdiri. “ko lo ada di sini?” Wulan penasaran. “emangnya ngga boleh gue ada di sini?” jawab Susan sewot. “ya bukan gitu…” “dia lagi nunggu temen cowonya!” Roman yang menjawab. “hah?temen cowo?anak Kedokteran?” Yasmin jadi kepo. Susan memanyunkan bibirnya. “aaaah…itu dia!” Susan berlari menghampiri teman cowonya. “Alfa?!!” mereka bertiga kompak menoleh dan terkaget.
“haii…lo ko di sini?” tanya Alfa ke Susan. “ehe…iyaa…gue sengaja ke sini mau nemuin lo!” Susan malu-malu. “sejak kapan kalian temenan?” tanya Wulan spontan. Alfa menatap Wulan tajam, “udah cukup lama ko!” jawabnya pasti. Wulan mengalihkan pandangannya. “ya udah yuk!” Roman langsung menggandeng tangan Wulan. “Yas..gue sama Wulan duluan ya!” Roman pamit. “iyaa…ngga apa deh gue ditinggal…sama yang baru baekan!” Yasmin tertawa jail. “apaan sih!” Wulan mencubit Yasmin. “awww…becanda…becanda!” Yasmin masih terkekeh. “duluan yaa!” Roman mengacungkan tangan, pamit pada Alfa juga. “dadah!” Wulan melambai pada Yasmin.
“emang nyokapnya Nadine sakit apa?” “thypus katanya.” “hmm…pasti kecapean tuh!orang jaman sekarang kalo kerja suka ngga inget jaga kesehatan…” Wulan berdecak. “dewasa banget sih pacar gue!” Roman melirik jail. “iiih…” Wulan memukul lengan Roman, “gue serius tau!!” “iya iyaa…” Roman merangkul si pacar. “mana kuncinya, biar gue yang bawa!” Wulan merogoh tasnya, lalu menyerahkan kunci mobil pada Roman. “jangan ngebut-ngebut ya!” Wulan tersenyum. “beress!” Roman mengedipkan sebelah matanya.
Di Rumah Sakit. “permisi…Tante, Nadine…” Roman membuka pintu kamar dan masuk. “Roman!Wulan!ayo masuk.” sambut Nadine. “eh..ada Roman!” “iya Tante.” Roman mengangguk. “ini siapa?” mama Nadine bertanya. “mm…saya Wulan, Tante…” “ini pacar saya, Tante.” Roman langsung nambahin. Wulan tersipu. “mereka ini pasangan fenomenal loh Ma!” Nadine ikutan. “oya?pinter kamu, Roman…pacar kamu cantik!” mama Nadine memuji. “makasih, Tante.” Wulan jadi malu. “iya Tante…Wulan perempuan paling cantik buat saya!” Roman bikin Wulan salah tingkah. Mama Nadine tersenyum.
Mereka berbincang ringan. “oya, Ma..mumpung ada Roman di sini…gimana kalo project di Anyer itu Mama minta tolong sama Roman aja?” kata Nadine. Mama Nadine manggut-manggut. “eh…project apaan ya?” Roman bingung. “iya…Tante ada project pelatihan penyiar weekend ini. Acaranya diadain di Anyer. Tante bingung mau minta tolong siapa untuk ngurusin semuanya…kebanyakan project!” “makanya mama sampe sakit gini!” Nadine nambahin. “oh…boleh tuh Tante…kalo emang Tante percaya sama saya, insya Allah saya bisa bantu.” Roman bersemangat. “iyaa, Man..fee nya lumayan banget loh!” Nadine ngga kalah semangat. Roman saling tatap dengan Wulan. Wulan mengangguk. “iya Tante, saya mau!” Roman setuju.
“Alhamdulilah!makasih banyak loh ya, Roman…Tante lega deh bisa percayain project ini sama kamu!” “justru saya yang terima kasih sama Tante, ini bakal jadi pengalaman berharga buat saya.” Roman sumringah sekali. “temen-temen lo bisa lo ajakin juga buat jadi panitia, soalnya butuh banyak orang juga…iya kan Ma?!” “iyaa…pokonya semuanya saya serahin sama kamu, Roman…kamu atur-atur aja baiknya kaya gimana. Kalo Nadine mau, dia bisa ikut bantu kamu!” “gue sih siap aja buat bantu…!” Nadine nyengir, “lo juga pasti bantu kan, Lan…project besar buat pacar lo loh ini…!” Wulan tersenyum dan mengangguk mengiyakan. Jam setengah tujuh, mereka pamit pulang.
“ngga nyangka banget gue…!” Roman tersenyum lebar. “apa?” “ya ini…tiba-tiba dapet kesempatan untuk pegang project besar!” Roman sangat bersemangat. “ko lo diem aja sih?apa ngga ikut seneng sama gue?” Roman menyenggol lengan Wulan dengan sengaja. “hmm…ya gue seneng sih…” kata Wulan sambil berlalu. Tiba-tiba Wulan membalikkan badan menghadap Roman. “tapi gue juga takut!” lanjutnya sambil pasang tampang cemberut. Roman menghampiri si pacar. “kenapa lo takut?” tanyanya. Wulan melirik Roman. “nanti lo pasti jadi sibuk dan bareng terus sama Nadine!” Wulan memanyunkan bibirnya.
Roman tertawa. “iiiih…malah ketawa lagi!” kata Wulan ngambek. “jadi ada yang cemburu nih?” Roman membungkuk dan menghadapkan wajahnya ke depan wajah Wulan. Wulan mendelik, masih cemberut. “cemburu yaa?” ulang Roman jail. “ngaco!” kata Wulan sambil melotot. “cieee ngambek!” Roman mencolek hidung Wulan sambil tertawa puas. Wulan ngeloyor pergi. “eh…eh…pacar…tungguin gue!” Roman mengejar Wulan. Menangkap tangannya dan memaksanya berhenti. “Lan…!” kata Roman terengah. “jangan ngambek dong…!” Roman nyengir. “gue ngga bakal ganjen!janji!” telunjuk dan jari tengahnya teracung tanda janji. Wulan tersenyum. “udah yuk!” Roman merangkul Wulan, dan berjalan bersama ke parkiran.
Di mobil. “loh…ko ini jalannya ke rumah gue?” Wulan protes. “iyalah…masa ke rumah Nadine?” Roman melirik jail. “Romaaaaaaaaan!!!” teriak Wulan. “haha…iya iya ampun…gue cuma bercanda!” Roman nyengir. “iya ini tapi ko bukan ke kost lo?” “gue bisa naek angkot!yang penting pacar gue udah gue pastiin sampe ke rumah dengan selamat!” jawabnya serius. Wulan terharu. “lo emang pacar paling baik di dunia!” gumamnya dalam hati. Mereka sampai di rumah Wulan. “ya udah, gue langsung yaa!” Roman pamit. “iya…ati-ati ya, Roman Arbani!” Wulan tersenyum manis. “selamat istirahat, bidadari!” Roman mengedipkan sebelah matanya, lalu berlalu pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Roman Picisan season 2 (fanfiction)
Fanficini hanya sekedar cerita (halu), untuk melanjutkan sebuah kisah cinta, karena Roman sudah tidak Picisan lagi.. ??