"Man..di mana?kok belom pulang sih?" suara Wulan manja. Roman tersenyum di sebrang telepon. "sebentar ya..masih ada yang harus diberesin." jawabnya lembut. "mm..pulangnya sekalian cariin manisan mangga ya.." Roman langsung mengernyit. "manisan mangga?" tanyanya memastikan. "iyaa..tiba-tiba gue pengen banget manisan mangga.." "ya udah, mudah-mudahan ketemu ya manisan mangganya." "iiih..bukan mudah-mudahan, tapi harus..HARUS!emang mau ya anaknya ngeces??" Wulan mulai merajuk. Roman tertawa. "iya, iya..pasti ketemu!apa sih yang engga buat istri sama anak gue??" timpalnya. "makasih yaa, suamiii.." Wulan menutup teleponnya.
Jam sepuluh malam, Roman sampai di apartemen. "Assalamu alaikum.." ia mengucapkan salam sambil menutup pintu perlahan. "Lan..." panggilnya mesra. Tak ada jawaban. "Assalamu alaikum, Lan..." Roman memeriksa kamar. Tapi Wulan tak ditemukannya. Ia mulai panik. "Lan...Wulan.." tiba-tiba langkahnya terhenti di dekat sofa. Wulan tampak terlelap di sana. Roman menghela nafas lega. Perlahan ia berlutut. "Maapin gue ya..lo pasti nunggu kelamaan, sampe-sampe ketiduran." ucapnya lirih sambil membelai kepala si istri. Wulan terusik. Perlahan ia membuka matanya. "heii, baru pulang yaa?" sapanya sambil mengerjapkan mata. "kenapa ngga tidur di kamar?" Roman membantu Wulan duduk. "kan nungguin suami gue pulang..eh, malah ketiduran..maap yaa.." jawab Wulan manja.
Roman tersenyum. Keduanya saling tatap. "udah makan?" tanya Wulan. Roman menggeleng. "tuh kan kebiasaan..kalo telat makan terus bisa sakit tau!" "kan gue maunya makan masakan istri gue.." Roman menyela. Wulan memanyunkan bibirnya. "ya udah, makan yuk.." Wulan langsung ke meja makan dan menyiapkan makanan. "oya, ini pesanannya, bumil cantik.." Roman menyodorkan sekantong manisan mangga. "terima kasih suamiii!" Wulan memberikan kecupan jarak jauh. Roman membalasnya. Selesai makan, keduanya langsung berbenah dan masuk kamar. Seperti biasa, Roman mengusap-usap perut Wulan sambil menyapa calon bayi mereka. Setelah itu mengecup perut Wulan dengan lembut. "Selamat tidur, bidadari..." ucapnya sambil mengecup kening Wulan mesra.
Jam tujuh pagi, di meja makan. "oya, Lan.." Roman membuka pembicaraan di sela sarapannya. Wulan langsung menatap suaminya itu, siap menyimak. "mm..nanti siang gue harus ke Bandung.." lanjut Roman ragu. "ke Bandung?" Roman mengangguk. "acara mendadak sih, tapi harus gue, ngga bisa orang lain.." Roman menatap Wulan penuh sesal. "cuma dua hari kok..yaah?" lanjutnya sambil menggenggam tangan Wulan erat. Wulan mengangguk perlahan. "iya, ngga apa-apa.." jawabnya datar. "jangan ngambek dong.." "iiih..siapa yang ngambek coba?" "kalo ngga ngambek, kok cemberut?" "iiih Romaaaaan..!" "senyum dulu dong.." Roman mencolek dagu Wulan lembut. Wulan pun tersenyum. "Genit ihh..!" timpalnya. Roman tertawa, lega.
Selesai sarapan, Wulan membantu Roman berbenah. "nanti di sana jangan sampe lupa makan ya.." ia mewanti-wanti. "iya, tenang aja.." Roman tiba-tiba memeluk Wulan dari belakang. Wulan menggenggam pelukan Roman. "belom juga pergi, udah kangen-kangenan..manja banget sih suami gue!" "gue hawatir ninggalin lo sendirian.." jawab Roman serius. "selama gue ke Bandung, lo diem di rumah Papa aja ya? di sana kan ada Mama Tiana, ada si Mbok yang bisa jagain lo.." sambungnya lagi. "Roman Arbani..." Wulan melepaskan pelukan Roman dan membalikkan badan. Ia menatap Roman dalam-dalam. "gue pasti baik-baik aja!" tegasnya sambil memegang pipi Roman dengan kedua tangannya. "lo yakin?" Roman memastikan. Wulan mengangguk mantap. "oke.." Roman langsung memeluk tubuh mungil istrinya itu erat-erat.
Esok paginya. "udah sarapan kan?take care yaa..semangat kerjanya!i love you!" Wulan baru saja menutup telponnya. "kamu kangen sama Papa ya, Nak?" Wulan mengelus-elus perutnya yang semakin membesar. "sama..Mama juga kangen, padahal baru ditinggal semalem doang, dan masih harus nunggu semalem lagi.." ia bergumam. "sambil nunggu Papa Roman, kamu harus makan yang banyak ya, biar sehat dan cepet gede!" Wulan tersenyum. Ia beranjak dari sofa, hendak mengambil vitamin. Tiba-tiba dukk! Wulan terpeleset. "Aaaaw....aduhhh!" ia mengerang kesakitan. Wulan langsung memegangi perutnya. Sambil menahan sakit, ia berusaha menggapai handphone di atas sofa. Pandangannya mulai kabur. Sebisa mungkin ia mendial nomor di HP. "Halo, Lan?" "tolongin gue...tolong.." suara Wulan terdengar lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Roman Picisan season 2 (fanfiction)
Fanfictionini hanya sekedar cerita (halu), untuk melanjutkan sebuah kisah cinta, karena Roman sudah tidak Picisan lagi.. ??