“Alhamdulilah…semester tiga beres jugaa!!” Sam mengusap wajahnya penuh syukur. “”Alhamdulilah!” jawab yang lain bersamaan. “liburan semester mau ke mana nih?” Darren membuka topik. “eh…eh…kemaren Sisi sama Ibob jalan ke mall, ada promo tiket ke Singapore loh!” “wahh…seru tuh!” Ghina langsung nyamber. “aaah…Singapore…gue mau bangett!!!” Yasmin ngga kalah semangat. “boleh juga tuh, kalo ke Singapore…mungkin gue bisa bilang sama bokap gue untuk pinjem rumah dinas di sana!” kata Wulan. “mantap itu sudah!” Karlo nyengir.
“lo ko diem aja sih, Man?” tanya Karin. “eh…mm…iya seru tuh…tapi budgetnya pasti lumayan kan!” Roman tertunduk lesu. “otot sakit kepelintir, jalanan macet karna si Komo. Sudah tidak perlu kawatir, karna ada tiket promo!” Bobi nyengir. “cakep tuh Bob!” Sam menepuk pundak Bobi. “udah, Man…ngga usah pusing…kan ada gue!” Sam menaik turunkan alisnya. “jadi fixed nih ke Singapore?” Karin memastikan. “fixed!” jawab semua kompak.
Jumat pagi, semua sudah berkumpul di bandara. “yuk kita check-in!” ajak Sam. Semua mulai mengantri masuk. “eh, Karlo masih di toilet!kalian masuk duluan deh, biar gue nungguin dia!” kata Darren. “aku bareng kamu aja ya!” Ghina tidak ikut dengan yang lain. Tak lama Karlo muncul. “lama banget lo ke toilet!yuk buruan!” ajak Darren. Tapi Karlo malah melongo. “Karlooo!” Ghina setengah berteriak. Karlo tetap melongo. “lo kenapa sih?kaya liat hantu gitu!” “itu hantu bukan…malaikat sudah!” jawab Karlo masih sambil melongo.
Darren dan Ghina menoleh ke arah tatapan Karlo. Mereka berdua ikut melongo. “Tika!!” kata mereka kompak. Tika kaget mendengar suara mereka yang cukup keras. Ia menghentikan langkahnya. Darren, Ghina dan Karlo menghampirinya. “iiiih….ngapain kalian di sini??” tanya Tika sinis. “elo ngapain di sini?” balas Ghina. “gue mau liburan ke Singapore!” jawab Tika sombong. “haaaah??” mereka bertiga sama-sama kaget. “apaan sih…malah teriak-teriak ngga jelas!kampungan tau!!” Tika masih juga judes.
“liburan Singapore saya juga mau!” jawab Karlo malu-malu. “idiiiih…ngga usah ngikutin gue deh!” Tika jadi sewot. “sori ya Tik…kita emang udah ngerencanain main ke Singapore dari kemaren!jadi lo ngga usah ke geeran!” Ghina membela Karlo. “udah udah, yuk kita chek in aja!” Darren mengajak lagi. “Tika gabung kita sama mau?” Karlo menawarkan. “no, thanks!ngga usah yaa…gue sendirian aja!!” Tika ngeloyor pergi. “udah yuk ah, kita masuk!” Darren menarik tangan Karlo.
“maaf, Mba..ini over baggage.” Petugas memberitau Tika. “hah??aduh…jadi gimana ya Mba?” jawab Tika panik. “Mba bisa bayar extra baggage atau, kalo Mba satu grup dengan teman-temannya ini, bisa digabung. Karna masnya ini masih di bawah batas.” Petugas menjelaskan. Tika melirik ke arah Karlo. “duuuuh…Bella…titipan lo banyak banget sihh!!kalo gue bayar extra baggage, jatah belanja gue berkurang dong…tapi kalo join sama Karlo…tengsin kan gue!!” Tika menimbang-nimbang dalam hati. “gimana, Mba?” petugas mengagetkan Tika.
“udalah…gabung aja…ngga usah gengsi-gengsi segala!” kata Darren sambil melirik Tika. “iya, Tik…gabung aja sama kita, ngga apa-apa ko!” tambah Ghina. “iya, Tika, saya gigit tidak!gabung sudah!” kata Karlo tulus. “mm…ya udah deh, saya gabung ko Mba sama mereka!” Tika menyerah. Karlo senang sekali. “cieeeeh ada yang dapet temen!” Darren menggoda sahabatnya itu. Ghina tertawa, “asik nih….udah ngga jadi nyamuk lagi!” Karlo juga ikut tertawa.
Di ruang tunggu, “loh…ko ada Tika?” Wulan kaget. Semua langsung menoleh ke arah Tika. “haii…gue gabung ya sama kalian, di pesawat doang ko!” kata Tika terpaksa. Sam langsung menggenggam tangan Karin, hawatir pacarnya itu mengira yang macam-macam. “apaan sih!” bisik Karin sambil tersenyum. Sam balas tersenyum. Panggilan untuk boarding terdengar. Mereka semua bergegas memasuki pesawat. “jangan jauh-jauh dari gue!” kata Roman sambil merangkul si pacar. Wulan juga merangkul pinggang Roman.
Sekitar satu jam dua puluh menit penerbangan, pesawat landing di bandara Changi. Mereka selesai mengambil koper mereka dan melalui pemeriksaan imigrasi. Saat mendekati pintu keluar, mereka semua terkejut. “Bellaaaaaa!” Tika berlari sambil berteriak memanggil Bella. Mereka semua langsung menoleh. “Devon??! Bella??!” kata mereka kompak. Bella dan Devon juga sama terkejutnya. “Wulan?!” seru Devon. “Roman!!” Bella menghampiri Roman dan langsung memeluknya. Wulan langsung mendelik dan menarik Roman mendekat padanya.
“sori, Bell…Roman cowo gue!” katanya dingin. Bella menatap Wulan tajam. “ngga usah sok deh lo!” katanya kesal. “udah yu, Tik…kita pergi aja!” ia buru-buru menggandeng Tika dan Devon, lalu berjalan pergi. “galak bener si pacar!?” bisik Roman. Wulan langsung mendelik, “jangan ganjen deh!!” katanya galak. “mana bisa ganjen sih kalo dijagain sama bidadari gini?” Roman mencolek hidung Wulan. Wulan menangkap telunjuk Roman. “awas aja kalo ketauan ganjen!” ia memperingatkan. Roman nyengir.
“non Wulan ya?” seorang Bapak menghampiri Wulan. “iya, Pak…mm..Pak Feri ya?” “iya, Non..saya ditugasin jemput Non dan temen-temen Non. Mari..” si Bapak menuntuk mereka ke parkiran. Di sana sebuah mobil fan besar sudah tersedia. “kita mau ke rumah dinas dulu ato gimana, Non?” “mendingan kita cari makan dulu deh!” Sam menyela. “kita cari makan dulu ya, Pak!” kata Wulan sopan. Mobil melaju ke daerah China Town. “silakan cari makan di sini banyak pilihan, saya bawa barang-barang ke rumah dulu, nanti saya jemput lagi ya, Non!” “iya, Pak, makasih!” rute pertama mereka adalah China Town!
“kita pencar aja deh, biar ngga saling tunggu!dua jam dari sekarang, kumpul lagi di sini ya!” Sam mengusulkan, yang lain setuju. “kita ke sana aja yuk!” Nico menggandeng Yasmin ke sebuah kedai buah potong. “kita ke mana nih?” tanya Ghina pada Darren. “kita bareng aja yuk!” ajak Sisi. Akhirnya Darren, Ghina, Sisi, Bobi dan Karlo memutuskan jalan bersama. “gue sama Karin mau berduaan aja ya!” Sam menggandeng Karin sambil tersenyum. “duluan yaa!” Karin pamit lalu pergi dengan Sam. Tinggal Roman dan Wulan di sana.
Mereka saling tatap, lalu tersenyum. “ko kita malah ditinggal gini ya?” kata Wulan. “kan biar bisa pacaran!” Roman menggoda si pacar. “ngaco!” Wulan refleks memukul lengan Wulan. “aduh!” Roman memegangi lengannya. “lagi liburan juga tetep aja ya gue dipukulin!” ia protes. Wulan tertawa manja. Lalu ia menggandeng tangan Roman mesra. “yuk, kita juga jalan-jalan!” ajaknya. Roman mengangguk, mereka mulai menyusuri jalanan di China Town.
Wulan membeli beberapa buah potong. Sambil berjalan mereka memakan buah potong. Sesekali saling menyuapi. Saat melewati toko souvenir. Roman mengambil sebuah bando dengan hiasan Minnie Mouse. “coba lo pake!” katanya sambil memakaikan bando itu ke kepala Wulan. “tambah cantik kan!” ia memotret si pacar dengan handphone nya. Gantian Wulan mengambil kacamata dan memakaikannya ke wajah Roman. “nah gitu lebih cakep!” ia juga memotret Roman dengan handphone nya.
Tepat dua jam kemudian, mereka sudah berkumpul lagi di tempat semula. “astaga, Sii…ini baru mulai loh…tapi belanjaan lo udah segitu banyak??” Yasmin terbelalak. “iya, abis banyak barang lucu-lucu…jadi Sisi beli deh!” jawab Sisi nyengir. “lo udah beli apa, Lan?” tanya Karin. “engga, gue belom beli apa-apa..cuma jalan-jalan sambil jajan..” Wulan tersenyum. “udah yuk…tuh Pak Feri udah jemput!” Roman mengajak semua ke mobil. “ke mana kita lanjut?” tanya Karlo. “katanya kalo sore gini enaknya kita ke Merlion Park, terus jalan sampe ke Garden By The Bay!” Ghina memberi usul. “ada kue isi keju…” kata Bobi. “setujuuuuu!” jawab mereka semua kompak.
Sesampainya di Merlion Park, mereka semua sibuk berfoto. Sambil perlahan berjalan menuju Garden By The Bay. Langit sudah gelap saat mereka sampai di sana. “yuk duduk di sini, sebentar lagi pertunjukan lampu dan musical dimulai!” kata Ghina. Mereka semua duduk di hamparan rumput sambil mendongak melihat supertree grove. Roman merangkul Wulan, Wulan bersandar ke dadanya. Musik mulai melantun, lampu-lampu mulai menyala bergantian. “keren ya!” kata Wulan. “lo suka?” “suka banget!” jawabnya sambil memandangi supertree grove dengan serius. Roman tersenyum melihat si pacar. Ia menyandarkan kepalanya ke kepala Wulan.
Setelah pertunjukan selesai, mereka semua langsung ke rumah dinas milik Papa Wulan, untuk beristirahat. Laki-laki tidur dalam satu kamar, begitu juga yang perempuan. Semua sudah masuk ke kamar masing-masing. “eh, Man!” Wulan menahan Roman saat akan masuk ke kamar. “kenapa, Lan?” tanya Roman sambil menghampiri si pacar. “lo udah mau tidur ya?” Roman mengamati Wulan dari dekat. “kenapa…si pacar masih mau gue temenin yaa?” katanya sambil senyum. “gue belom ngantuk!” jawab Wulan sambil menatap Roman. “ya udah sini…” Roman menuntun Wulan ke meja makan.
“duduk sini aja…” Roman menarik kursi supaya Wulan duduk, lalu ia duduk di sampingnya. “lo emangnya belom ngantuk?” Wulan memastikan. “mm…kalo buat nemenin lo…gue belom ngantuk ko!” Roman senyum lagi. “iiiih…gombal!” Wulan tersipu. Roman menggenggam tangan Wulan di atas meja makan. “lo harus tidur tau…besok kan full day di USS!nanti lo malah sakit!” Roman menatap Wulan penuh perhatian. Wulan mengangguk. “ya udah, lo juga tidur yaa…!” Roman menggandeng tangannya, mengantar sampai ke depan kamar. “selamat tidur, bidadarinya Roman Arbani!” bisiknya sambil mengedipkan sebelah mata. “selamat tidur, pacar!” jawab Wulan sambil tersenyum.
Jam sembilan pagi, mereka semua sudah mengantri di gerbang USS. Sedang asik mengobrol dalam antrian, tiba-tiba ada yang mengejutkan mereka. “heh, Rompis!ngapain lo di sini?” Devon tersenyum sinis. Bella dan Tika mengikuti di belakang. “udah deh lo ngga usah bikin rusuh di sini!” Sam menghadang Devon. “heh, Mr. Kecoa!mendingan lo jauh-jauh deh dari rombongan gue!” Darren ikut sewot. “udah udah, ngga usah ditanggepin!” kata Roman mengingatkan. “iyaa, kita kan ke sini mau senang-senang…jangan sampe mood kita ancur gara-gara orang ngga penting!” Karin melirik ke arah Devon.
“udah deh, Von, lo ngga usah gangguin kita…bisa?” Wulan menatap Devon sinis. “santay aja kali…pake otot banget!” Tika menyela. “ya gitu deh…sok cantik…sok ngatur!” Bella ikutan. “cukup, Bell!” tiba-tiba Roman menyela. “omongan lo semua ngga ada yang bener!kalo kalian cuma mau bikin ribut, mending jauh-jauh aja deh sana!” katanya tegas. “iiiih, Roman….kenapa sih lo selalu nyalahin gue??kan emang Wulan duluan yang…” “gue bilang cukup, Bell!” Roman menyentak. “santay!” Devon menyenggol bahu Roman dengan bahunya, lalu mengajak Bella dan Tika meninggalkan mereka.
Gerbang dibuka. Mereka bergegas masuk. Seperti biasa, Sam memimpin. Ia membuka peta lokasi. “wahana mana dulu nih yang mau dinaikin?” tanyanya. “kita mulai dari sini aja, diurut satu-satu sampe kita balik lagi ke gerbang ini, gimana?” Karin mengusulkan. “ya udah deh gitu aja!” Wulan setuju. Yang lain juga setuju. Sekitar jam enam sore, mereka selesai dan sudah kembali ke gerbang USS. “sambil nunggu pertunjukkan Wings of Time, kita makan dulu yuk!” ajak Wulan. “iya betul tuh, Sisi udah laper banget ini…” Sisi mengelus-ngelus perutnya. “Song of the Sea, sayang!” kata Roman sambil merangkul Wulan. “iya, sekarang namanya diganti jadi Wings of Time!” Wulan menjawab sambil mencolek hidung Roman.
Jam setengah delapan, mereka semua sudah siap di tempat pertunjukan. “gue ke toilet bentar ya!” Roman pamitan. “jangan lama-lama, udah mau mulai!” jawab Wulan. Roman mengangguk sambil tersenyum. Selesai dari toilet, Roman mengisi botol minumnya di tempat pengisian air minum, di depan toilet. “haii, Roman!” Bella tiba-tiba menggandengnya dari belakang. “Bella!” Roman berusaha melepaskan gandengan Bella, tapi Bella menggandengnya dengan kuat. “apa-apaan sih lo?lepasin gue!” Roman terus berusaha, sampai akhirnya Bella terdorong dan jatuh. “aaww!” Bella menjerit, “Romaaaaaan!lo tega banget sih!” lalu Devon muncul, membantu Bella berdiri.
“yang sopan dong lo sama cewe!” Devon mendekatkan wajahnya ke wajah Roman. “ngga bisa apa ngga kasar??” Roman berusaha tenang, tangannya sudah terkepal. “sori, Bell, gue ngga sengaja!” kata Roman sambil melihat Bella. “gue ngomong sama lo!” Devon mendorong bahu Roman dengan tangannya. Roman menatap Devon lekat. “kalo lo ngga tau apa-apa, mendingan lo diem deh!ngga usah jadi pahlawan kesiangan!” kata Roman tegas. Devon memajukan dadanya, menantang Roman. Tapi tiba-tiba ada tangan yang menarik Roman menjauh. “Man!” Wulan memanggilnya.
“pertunjukkannya udah mulai, yuk buruan balik!” ajak Wulan. “oh, iya ayo!” Roman mengikuti Wulan. “awas aja lo, Rompis!” Devon bergumam. “ya udah yuk, kita juga balik ke sana!” ajak Bella. Devon berjalan dengan Bella. “thanks ya, Von!” kata Bella malu-malu. “makanya, ngga usah keganjenan deh!lo tuh cewe, seengganya harus jaga gengsi lah!” ucapan Devon membuat Bella menghentikan langkahnya. Ia memandangi Devon, “gue ngga nyangka, Von…ternyata lo bisa ngomong kaya gitu sama gue!” ia membatin terharu. Lalu ia berlari mengejar Devon, berjalan di belakangnya.
“ko lo bisa nyusulin gue sih?” Roman penasaran. “abis lo lama sih…ya gue susulin aja!” Wulan tersenyum. Roman menatap si pacar. “apa Wulan liat kejadian tadi ya?” ia membatin. “soal Bella tadi…” belum selesai Roman bicara, Wulan mendaratkan telunjuknya di bibir Roman. “sssstt…pertunjukkannya udah mulai!” Wulan menghadapkan wajah Roman ke depan. Roman melirik Wulan sambil tersenyum. Ia menggenggam tangan Wulan erat. “thanks ya!” ia berbisik di telinga Wulan. Wulan tersenyum sambil mengangguk. Selesai pertunjukkan, mereka kembali ke rumah dinas.
“aaaah…cape banget sumpah hari ini!” kata Yasmin sambil memasuki rumah. “iya bener, gue pengen cepet mandi trus tidurrr!” Ghina ikutan. “ah iya tuh, mandi pake air anget, terus tidur…nikmat banget pasti!” Sisi juga ngga mau ketinggalan. “ya udah sana kalian mandi duluan, kan harus gantian!” Karin mengingatkan. Roman menahan tangan Wulan yang hendak berjalan masuk ke dalam rumah. “mau jalan-jalan dulu ngga?” tanyanya. Wulan mengernyit. “sambil nunggu yang lain beres mandi!” Roman nyengir. “boleh!yuk..!” Wulan menggandeng Roman dan mereka berjalan ke luar pagar.
“heh heh…kalian mau ke mana tuh?” Sam menegur mereka. “jalan sekitaran sini doang ko!” jawab Roman. “gue titip cemilan sama minuman seger dong!” “saya mau juga!” Karlo ikutan. “masa iya lo ngga inget sama kembaran lo ini, Man!” Bobi nyengir. “iya iya…nanti kita beliin!” Wulan menjawab sambil melambai. Mereka mulai menyusuri jalan. “jam segini masih rame aja ya!” “iya, orang-orang masih banyak yang di jalanan!” “eh tuh ada kedai minuman, kita beli dulu di sana!” Wulan menarik tangan Roman ke arah kedai.
Mereka melihat-lihat menu, lalu mulai memesan. “mam, i need three cups of guava juice, and three cups of strawberry milk juice!” “okay, all for forty-two dollars!” Wulan mengeluarkan uangnya, tapi Roman menahannya. “gue aja!” katanya sambil mengeluarkan uang dan membayar. “wait a minute, please!” lalu mereka menunggu di kursi yang sudah disediakan. “kenapa lo yang bayar?” Roman menatap Wulan serius, “soalnya gue cowo!” jawabnya. “tapi kan…” “Lan…cowo itu udah kodratnya untuk tanggung jawab..apalagi kalo udah berumah tangga nanti” ia tersenyum. Wulan menggenggam tangan Roman. “gue beruntung banget, Man jadi pacar lo!” katanya dalam hati.
“lo seneng ngga?” Roman membelai rambut Wulan. Wulan mengangguk. “seneng banget malah!” jawabnya. “bagus deh!” Roman tersenyum hangat. “cepet banget ya, besok kita udah balik Jakarta lagi!” “kapan-kapan kan bisa ke sini lagi!” kata Roman lembut. “janji yaa…” Wulan menyodorkan kelingkingnya, “kapan-kapan kita bakal ke sini lagi!” lanjutnya. Roman memandangi kelingking Wulan, lalu melirik jail. “Romaaaaan!” Wulan merajuk. “iya…iya…janji!” Roman mengaitkan kelingkingnya ke kelingking Wulan. Pesanan selesai, mereka langsung berjalan kembali ke rumah.
Jam delapan pagi, mereka sudah bersiap. “paling males itu ya gini…packing untuk pulang!” kata Yasmin sambil membereskan barang-barangnya. “iya ih…perginya gampang, pulangnya ko kaya ga muat gini kopernya!” Sisi manyun. “ya iyalah, Sii…secara belanjaan lo banyak banget gitu!” Ghina tertawa. “sini, kalo ngga muat titip koper gue masih longgar!” Wulan menawarkan. “yuk…packing yang cepet, supaya kita sempet makan dulu di bandara!” Sam mengingatkan yang lain. “iyaaa…” jawab mereka kompak.
Jam sepuluh mereka sudah sampai di bandara. Makan di sebuah restoran cepat saji, lalu check-in. Tepat jam sebelas lima puluh, pesawat sudah lepas landas. Sesampainya di Jakarta, mereka langsung berpisah. Roman dan Wulan memakai satu taxi. “akhirnya sampe Jakarta juga!” kata Roman senang. “seneng banget sih?” Wulan melirik penasaran. “iyalah, biar gimana juga, negara sendiri itu pasti ngangenin!” Roman melihat ke luar jendela. Wulan tersenyum, ia menyandarkan kepalanya ke bahu si pacar. “pacar gue emang Indonesia banget!” mereka berdua tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Roman Picisan season 2 (fanfiction)
Fanfictionini hanya sekedar cerita (halu), untuk melanjutkan sebuah kisah cinta, karena Roman sudah tidak Picisan lagi.. ??