Jam dua siang di Fakultas Kedokteran. “hai, pacar!” sapa Wulan. Roman tersenyum. “udah lama nunggu ya?” tanya Wulan sambil mengamati wajah Roman. “ini ya yang sakit?” katanya sambil menekan memar di pipi Roman. “aaaaw!” Roman menjerit, “sakit tau!” ia memegangi pipinya. Wulan tertawa jail. “sori sorii…!” ia menggandeng Roman, “ke UKM yuk…gue obatin!” Roman mengikuti Wulan berjalan ke UKM.
“untung cuma memar, kalo lebih parah…gue tuntut si Sam!” Wulan mengompres pipi Roman sambil ngomel. “justru gue harus berterimakasih sama Sam!” Roman menangkap tangan Wulan. Mereka saling tatap. “kalo Sam ngga mukul gue…gue ngga bakal diobatin sama bidadari kaya gini!” Roman tersenyum. Wulan jadi malu. “dasar geniiiit!” katanya sambil menekan kompresan di pipi Roman. “aduduh…sakit!” Roman meringis. “manja ah!” Wulan protes. Ia mengoleskan salep pada memarnya. “udah selesai!” Wulan mengamati wajah Roman seksama. “masih ganteng ko!” katanya sambil mencolek hidung Roman.
Roman menangkap tangan Wulan, menarik tubuhnya mendekat. Wulan mengerjap, jantungnya berlari tak karuan. ”emang gue ganteng kan?!” Roman tertawa jail. “ngaco!” Wulan refleks memukul lengan Roman. “lo masih lanjut kelas sampe jam enam ya?” “iya…kan ada kelas tambahan!” Wulan memanyunkan bibirnya. “sori ya…gue ngga bisa nungguin lo, di radio ada acara dadakan.” “iya…nggapapa ko, gue bisa pulang sendiri!” Wulan senyum meyakinkan. “ya udah, gue cabut ya!semangat belajarnya!” Roman ngucek-ngucek kepala Wulan. “thanks ya, bu Dokter!” Roman mengedipkan sebelah matanya, lalu pamit pergi.
Di kelas. “Lan…besok kan hari minggu…kita lari pagi yuk!” ajak Yasmin. “wah…seru juga tuh…boleh, boleh…nanti gue ajak Roman ya!” “iyaa…gue juga ajak Nico!” Yasmin nyengir. Alfa melirik ke arah mereka. “apaan sih lo…ini double date gue sama Wulan…lo ngga boleh ikut!” kata Yasmin sinis. “iya deh iya…gue ngga bakal gangguin kalian!sukses yaa double date nya!” Alfa nyengir. Wulan tertawa. Jam enam kelas selesai. Yasmin dijemput Nico, dan Wulan langsung pulang.
Malam hari di kamar. “halo, cowo…boleh kenalan?” Wulan menggoda Roman. “ya halo…boleh aja sih…tapi gue udah punya pacar!” “diiih…geer banget lo!gue kan cuma ngajak kenalan…” “yakin?kalo mau lebih dari kenalan…ngga apa-apa ko, asal jangan ketauan sama pacar gue!” “Romaaaaaaaaaan!” Wulan berteriak sewot. Roman tertawa senang. “abis lo iseng duluan sih!” “awas ya kalo beneran genit kaya tadi sama cewe lain!” Wulan mengancam.
“kenapa, pacar?tumben banget nelepon malem gini?” “mana…baru juga jam sepuluh!” Wulan melirik jam tangannya. “ini, Man…besok kan hari minggu…mm…Yasmin ngajakin kita lari pagi!” Wulan bersemangat. “oh…boleh tuh…di mana?jam berapa?” “besok jam enam pagi lo jemput gue yaa…nanti tempatnya nyusul, Yasmin belom ngasitau gue!” “okey!” “ya udah, sekarang buruan tidur…biar besok ngga telat!” “iyaaa, Pacar!” “sampe ketemu besok!” “daaah!” lalu telepon ditutup.
Jam enam pagi, Roman sudah siap di depan rumah Wulan. “good morning, Den!” sapa si Mbok yang membukakan pagar. “selamat pagi, Mbok!” jawab Roman sopan. “ayo masuk, non Wulan masih di kamarnya, dandan dulu biar look beautiful!” kata si Mbok sok inggris. Roman bergegas masuk, mengikuti si Mbok ke ruang tamu. “selamat pagi, Roman!” sapa Tiana. “eh iya, pagi Tante, assalamu alaikum.” Roman mencium tangan Tiana. “waalaikum salam!” Tiana duduk di sofa menemani Roman. “sehat-sehat, Tante?” “Alhamdulilah” “Alhamdulilah” Roman ikut senang.
“Roman mau ke mana sama Wulan?” “mm…saya sama Wulan mau lari pagi, Tante..janjian sama Yasmin dan Nico.” “ooh…” Tiana tampak gelisah. “kenapa, Tante?kayanya gelisah gitu?” Roman penasaran. “hai, Man!hai, Ma…” Wulan tiba-tiba muncul. “lagi ngobrol apa nih, kaya serius banget?!” Wulan juga penasaran. “ini loh, Wulan..Mama ko ngidam ketan bakar yaa…” Wulan dan Roman langsung saling tatap. “Mama ngidam?biar aku beliin ya nanti pulangnya!” jawab Wulan semangat. “iya Tante, nanti kita cariin ketan bakar yang enak buat Tante.” Roman ngga kalah semangat.
“tapii…” “tapi apa, Ma?” “Mama maunya ketan bakar yang di Lembang.” “apa??Lembang??” kata mereka kompak. “iyaa…Mama juga nggatau kenapa tiba-tiba kepikiran dan pengen ketan bakar itu…” Tiana mengelus-elus perutnya. Tiba-tiba handphone Wulan berbunyi. “halo, Wulan, sayang!” suara Andika terdengar dari sebrang telepon. “iya, Pa..” “Wulan, tadi pagi-pagi sekali Mama kamu telepon Papa, katanya ngidam ketan bakar Lembang.” “iya, Pa…barusan Mama juga ngasitau aku.” “oh…gimana, Sayang…apa bisa kamu tolong belikan untuk Mama?” “aku, Pa?ke Lembang?” Wulan meyakinkan.
“iya, Sayang…ini Papa kan masih di Singapore…apa bisa kamu tolong belikan dulu, hari ini kan kamu libur?” Wulan menoleh pada Roman. Mereka saling tatap. Roman mengangguk, seolah paham arti tatapan Wulan. “mm…ya udah deh Pa, aku ke Lembang ya, sama Roman!” Wulan mengiyakan. “ya sudah, Sayang..kamu hati-hati ya!terima kasih sekali ya!” “iya, Pa…sama-sama…kan buat calon adikku juga!” Wulan tersenyum. Lalu telpon ditutup. Wulan langsung menelepon Yasmin, meminta maaf karna terpaksa membatalkan janji dengannya.
Wulan berganti pakaian, bersiap pergi ke Lembang bersama si pacar. “aku pamit ya, Ma!” Wulan mencium tangan dan pipi Tiana. “iya, Sayang…hati-hati ya kamu…langsung pulang kan, ngga nginep!” “iyaa…!” Wulan mengangguk. “saya juga pamit, Tante…assalamu alaikum.” Roman mencium tangan Tiana. “waalaikum salam!” Tiana melambaikan tangan. “Tante titip Wulan ya, Roman!hati-hati!” pesannya. Roman dan Wulan melambaikan tangan juga, lalu mobil melaju pergi.
“kenapa sih…ko lo senyum-senyum terus daritadi?” tanya Roman penasaran. Wulan menoleh pada Roman. “emangnya lo ngga seneng ya?” tanyanya sambil cemberut. “seneng kenapa?” Roman bingung. “ya seneng aja gitu…” Wulan mulai kesal. Roman tersenyum melihat tingkah si pacar. “iya iya…gue seneng ko, bisa pacaran sama bidadari…ke Lembang lagi!” katanya sambil ngucek-ngucek kepala Wulan. Wulan tersenyum malu-malu. “gue ngga nyangka aja, Papa malah nyuruh gue pergi berdua sama lo!” Wulan nyengir.
Wulan menyetel musik di mobil. Dia sibuk memilih track yang sesuai. “sibuk apa sih, pacar?” tanya Roman mesra. “pasang musik, biar ngga sepi!” jawab Wulan cepat. “jangan lagu romantis lah…” “kenapa?” Wulan langsung mendelik. Roman melirik jail, “takut kita baper nanti…” Wulan mengernyit. Tiba-tiba memorinya kembali ke moment-moment romantis mereka berdua. Wulan mengerjap. “iiih…apaan sih Romaaaan!!” ia memukul lengan Roman. Roman tertawa.
Jalanan pagi itu lancar. Sekitar tiga jam, mereka sudah sampai di Lembang. “sekarang jam sebelas…” Wulan melirik jam tangannya. “kita makan dulu kali ya…lo pasti udah lapar kan?” Wulan tersenyum. Roman memarkirkan mobilnya di salah satu restaurant ala sunda di dekat pasar. Mereka turun dan berjalan kaki di sana. Selesai makan, mereka langsung membeli ketan bakar pesanan Tiana. “pesenan Mama udah…sekarang jam setengah satu…” “kita pulang aja yuk, jadi sampe Jakarta sore!” wulan langsung melotot, “pulang???sekarang??engga…. !!!” Wulan cemberut.
“loh…terus?” Wulan mendelik. “iiiiih Romaaaaaaan!!” ia merajuk, “masa iya sih lo mau langsung pulang??” “ya udah, jadi…Wulandari mau ke mana?” Roman merangkul Wulan. “kita main dulu dong!” wajah Wulan memelas. “okey…apa sih yang engga buat si pacar?!” Roman mencolek hidung Wulan. Wulan langsung menggandeng Roman erat, mengajaknya kembali ke mobil. “kita ke tempat yang view nya bagus yaa…!” kata Wulan semangat. Wajahnya sumringah, Roman ikut senang.
Wulan memasang GPS nya. “The Lodge Maribaya” itu tempat wisata yang akan mereka kunjungi. “kita ikutin petunjuk GPS aja deh…ngga jauh sih kalo menurut petunjuknya. Roman manut, ia mengemudi mobil mengikuti arahan GPS. Sekitar dua puluh menit, akhirnya mereka sampai di sana. Setelah memarkir mobil, mereka membeli tiket dan memasuki kawasan wisata. “aaaaaaah….ini keren bangeeeeeeet!!!” Wulan senang sekali melihat pemandangan di sana. Ia buru-buru mengeluarkan handphone nya, “ayo kita foto!!” ajaknya bersemangat.
Ada banyak spot foto di sana. Wulan benar-benar memanfaatkan kesempatannya, banyak sekali foto yang diambilnya di sana.”awas nanti handphone lo meledak!” Roman menggoda pacarnya. “hah…kenapa emangnya?” “kebanyakan nyimpen foto lo!” Roman tertawa sambil berlari pergi. “Romaaaaaaaaan!!!” Wulan mengejar si pacar untuk dipukul. Mereka tampak sangat bahagia. “di sana…kita foto di sana yuk!” Wulan menarik tangan Roman ke tempat yang lebih tinggi lagi. Mereka mengambil beberapa foto di sana.
Wulan berpegangan ke pagar kayu, matanya berbinar, ia begitu menikmati pemandangan hutan pinus dari situ. Tiba-tiba ia merentangkan kedua tangannya. Sambil memejamkan mata, ia menghirup udara pegunungan sebanyak-banyaknya. Roman menghampirinya, memeluk pinggangnya dari belakang. “I love you, Wulandari!” bisiknya. Wulan menggenggam pelukan Roman. Ia menyandarkan tubuhnya ke dada Roman. “I love you too, Roman Arbani!” jawabnya mantap.
Gerimis mulai turun. “Lan, pulang yuk!udah jam lima!” ajak Roman. Wulan mengangguk, ia menggandeng Roman. Lalu mereka berlari ke mobil. Di dalam mobil, Roman mengambil jaketnya di kursi belakang, lalu memakaikannya pada Wulan. “pake nih, biar lo ngga kedinginan.” Wulan tersenyum. “emang lo ngga dingin?” tanyanya. “dingin sih…tapi gue nggamau lo kedinginan!” Wulan tersipu. Ia menggandeng lengan Roman dan menyandarkan kepalanya ke bahu Roman. “kalo gini, lo juga jadi ngga kedinginan kan!” Roman tersenyum.
Mobil melaju di bawah guyuran hujan. Langit mulai gelap, sesekali ada kilat yang mengejutkan Wulan. Roman mengemudi dengan sangat hati-hati. Tapi saat di jalanan yang agak sepi, mobil tiba-tiba mati. “aduh…kenapa nih mobil?” Wulan panik. “nggatau nih…tiba-tiba mati.” Roman mengecek dari dalam. “bensin masih ada ko!” katanya bingung. “lo tunggu di sini ya, gue cek dulu keluar!” Roman keluar dari mobil, memeriksa mesin. “ya Allah…ada-ada aja…mana hujan lagi!” Wulan jadi cemas.
Roman masuk lagi ke dalam mobil. Rambut dan bajunya basah kena hujan. “kayanya ada bagian mesin yang mati…kita harus cari bengkel!” Roman menerangkan. “aduh ini lo basah gini, nanti sakit!” Wulan menggosok-gosok rambut Roman dengan tissue. “jadi gimana dong?” tanya Wulan. “lo tunggu gue di sini, kunci pintunya, jangan dibuka sebelum gue balik!” “lo mau ke mana?” Wulan buru-buru menahan tangan Roman. “gue mau coba tanya ke penduduk, bengkel terdekat!” Roman menggenggam tangan Wulan, “gue ngga akan lama ko!” ia meyakinkan. Wulan mengangguk. Roman keluar lagi, Wulan buru-buru mengunci pintu.
Kira-kira lima belas menit, Roman sudah kembali. Wulan membuka kunci mobil, Roman masuk. “Lan…kata penduduk sini, bengkel kemungkinan tutup karna ini hari Minggu dan udah lewat jam enam.” “jadi?” Wulan menunggu kepastian. “di deket sini ada penginapan, kita terpaksa nginep di sini..besok pagi kita cari bengkel!” “hah??nginep di sini??” Wulan shock. “sekarang mending lo kabarin nyokap lo dulu, biar ngga hawatir!” Wulan langsung mengambil handphone nya, menelepon Tiana.
“halo, Ma” “halo, Wulan, kamu di mana, Sayang?” tanya Tiana cemas. “aku masih di daerah Lembang, Ma. Mobilnya mogok!” “astaga, jadi sekarang kamu masih di Lembang?” Tiana kaget. “iya, Ma…mobilnya tiba-tiba mogok, dan di sini ngga ada bengkel. Kayanya aku terpaksa harus nginep deh, Ma…” “ya ampun, Wulan…apa ngga bisa diusahakan pulang hari ini, Nak?” Tiana makin cemas. “ngga bisa, Ma…Roman udah cari-cari bengkel tapi ngga ada..Mama ngga usah hawatir, aku bisa jaga diri ko!” Wulan meyakinkan Tiana.
“ya sudah, Sayang…kamu dan Roman hati-hati ya…nanti biar Mama yang kasitau Papa. Mama percaya sama kamu, Wulan!” Tiana berpesan. “iya, Ma, assalamu alaikum!” “waalaikum salam!” telepon ditutup. “ayo, Lan!” Roman mengajak Wulan turun dari mobil. Roman mengunci mobil, lalu menggandeng Wulan berlari ke penginapan terdekat. “maaf, Mas, sisa satu kamar aja di sini.” Resepsionis penginapan memberitau Roman. Roman berpikir sejenak, lalu memutuskan, “iya, Mas nggapapa, saya ambil kamarnya.” Roman membayar biaya sewa, lalu menerima kunci.
Roman mengajak Wulan masuk ke kamar. Ia mengambil handuk, “keringin dulu kepala lo, biar ngga pusing!” katanya sambil menyerahkan handuk. “lo di sini aja ya, nanti gue beliin makanan!” Roman tersenyum. Ia berjalan keluar, “jangan lupa kunci pintunya!” Roman mengingatkan. Wulan mengangguk. Tak lama Roman kembali, membawa makanan untuk si pacar. “ini gue beliin makanan yang ada deket sini, ngga apa ya..lo makan, jangan sampe lo sakit!ada minuman juga.” Lalu Roman berjalan keluar lagi.
Wulan menahan tangan Roman. “lo mau ke mana lagi?” ia menatap Roman. “gue di luar aja!” Wulan menggeleng. “lo kan bisa tidur di sofa situ…ngga usah di luar!” Wulan meminta Roman tinggal. Roman menggenggam tangan si pacar, ditatapnya Wulan lekat. “lo di sini aja, istirahat…gue biar tidur di mushola aja!” “tapi…” “Lan…gue bisa aja tidur di sofa situ…tapi gue ngga mau!” Roman mengusap kepala Wulan, “gue nggamau orang-orang nilai lo yang engga-engga karna sekamar sama gue!” “tapi kan kita ngga ngapa-ngapain!” “iya…tapi alangkah lebih baiknya kalo kita menghindari penilaian negatif orang-orang!” kata Roman bijak.
“pikiran dan omongan orang itu kaya kuda yang dipasang kekang. Pilihan kita adalah, mengendalikan kekang itu…atau melepaskannya.” Roman tersenyum. Wulan merasa sangat terharu. Ia memeluk Roman erat. “gue banggaaa banget sama lo!” ucapnya lirih. Roman mengecup kepala Wulan. Wulan melepas jaketnya, “nih lo pake, di luar pasti dingin!” ia menyerahkan jaket pada Roman. Roman mengambil jaketnya, memakaikannya lagi pada Wulan. “lo pake aja…biar lo bisa tidur nyenyak, anggap aja gue bareng di sini jagain lo!” Wulan tersenyum. “inget, kunci pintunya!” lalu Roman keluar kamar.
Keesokan hari. Pagi-pagi sekali mereka sudah mencari bengkel. Setelah mobil hidup kembali, mereka langsung kembali ke Jakarta. Kira-kira jam satu siang, mereka sudah sampai di rumah Wulan. “assalamu alaikum!” mereka memberi salam bersamaan. Ternyata Andika dan Tiana sudah menunggu di ruang tengah. Mereka mencium tangan Andika dan Tania bergantian. “Ma..ini ketannya…nanti aku minta si Mbok buat ngangetin ya.” Wulan menyerahkan bungkusan ketan Lembang pada Tiana. “iya, makasih ya, Sayang.”
Roman dan Wulan sangat kikuk. Andika memandangi mereka dengan judes. “bagaimana bisa kalian tidak pulang semalam?” tanyanya galak. “maaf, Om, kemarin tiba-tiba mobilnya mogok, jadi..” “ah, kamu pintar sekali cari alasan!” Andika memotong omongan Roman. “saya kecewa sama kamu, Roman!kamu tidak bisa pegang kepercayaan saya!” Roman tertunduk. “tapi, Pa…” “diam kamu, Wulan!sana kamu masuk kamar!” Andika benar-benar marah. “laki-laki dan perempuan berduaan di luar kota, bermalam…apa kata orang??” “tapi aku sama Roman ngga ngapa-ngapain, Pa!” Wulan coba menjelaskan. “Papa bilang kamu diam, Wulan!” Andika membentak. Roman menahan tangan Wulan. Ia berisyarat supaya Wulan diam.
“saya minta maaf, Om..” kata Roman sopan. “ah, sudahlah..kamu pulang saja sana!” Andika malah mengusir Roman. “Maa…” Wulan merajuk, minta pembelaan dari Tiana. “sudahlah, Mas..mereka kan ke Bandung karna aku juga!” Tiana menenangkan Andika. “Roman, sebaiknya kamu pulang dulu aja…istirahat!” Tiana mengangguk pada Roman. “kalo gitu saya pamit, Om, Tante..” Roman mencium tangan Andika dan Tiana, “assalamu alaikum!” “waalaikum salam” jawab mereka. “terima kasih ya, Roman!” Tiana tersenyum. “sama-sama Tante.” Roman menatap Wulan dan tersenyum, lalu melangkah pergi.
Wulan masuk kamar. Ia merasa tidak enak pada Roman. Ia mengambil handphone nya, mulai mengetik pesan. “pacar…maafin Papa yaa, Papa emang gitu orangnya..lo jangan ambil hati!” “iyaa, gue paham ko…bokap lo kaya gitu kan karna sayang banget sama lo!” “jadi lo ngga marah?” “ya engga lah…kalo gue jadi bokap lo, gue juga pasti bersikap sama!” Wulan tersenyum haru. “lo emang pacar idaman banget, Man!gue beruntung banget bisa jadi pacar lo!” katanya dalam hati. “tapi…gue nanti bakal jelasin sama Papa, biar Papa ngga salah paham gini sama lo!” “ngga usah!” “kenapa??” Wulan jadi heran.
“lo lupa ya…matahari ngga pernah ngomong kalo dia bersinar, dan langit pun ngga pernah ribut kalo dia tinggi!” Wulan tertegun. Memorinya kembali ke masa lalu, saat ia sudah salah sangka pada Roman, sampai-sampai dirinya memutuskan hubungan sepihak. Ia tersenyum malu. “iyaa…gue inget ko!makasih ya, Man..!ya udah, sekarang lo istirahat gih…pasti cape banget abis ujan-ujanan dan nyetir bolak balik!” “iya nanti, gue mau ngerjain tugas dulu sedikit…abis itu gue mau mandi…baru deh tidur!lo juga istirahat sana…” “nggamau ah…gue mau nungguin lo kelar…baru deh istirahat bareng!”
“bagiku, kamu adalah permata…
kan selalu kujaga tanpa kau minta,
kan selalu jadi yang paling kucinta.
bagiku, kamu adalah mutiara…
nama baikmu kan selalu kupelihara,
karna selamanya kamu yang paling berharga.”
Wulan tersenyum bahagia. “I love you, Roman Arbani….selamanya…” Roman tersenyum bahagia, “I love you more, Wulandari….selamanya”
KAMU SEDANG MEMBACA
Roman Picisan season 2 (fanfiction)
Fanfikceini hanya sekedar cerita (halu), untuk melanjutkan sebuah kisah cinta, karena Roman sudah tidak Picisan lagi.. ??