Part 29 Peringatan Terakhir

2.8K 69 0
                                    

Roman dan Wulan sudah sampai di Fakultas Kedokteran. Wulan turun, lalu melepas helmnya. “makasih yaa…” katanya sambil tersenyum. Roman membalas senyumannya sambil mengangguk. “gue ke kelas ya… dadah!” Wulan melambaikan tangannya lalu berjalan meninggalkan Roman. “Lan….tunggu” kata Roman sambil memarkirkan motornya. Wulan menoleh. Roman bergegas menghampiri Wulan, langsung menggandeng tangan Wulan. “gue anter sampe kelas!” katanya. Wulan kaget, ia tersenyum lebar, hatinya sangat senang.

“Wulaaan!” Yasmin menyambut di pintu kelas. “Yaaaaaas…!” Wulan langsung menghambur memeluk sahabatnya itu. “Lo baik-baik aja kan?” Yasmin memastikan. Wulan mengangguk. “gue nitip Wulan ya Yas…” kata Roman. “iyaa, tenang aja!” Yasmin melirik Roman mengiyakan. Roman mengangguk, “thanks ya Yas…!kalo gitu gue langsung ya…” Roman pamit. “makasih ya, Man…!” kata Wulan. “okey!selamat belajar, bidadari…!” jawabnya sambil ngucek-ngucek kepala Wulan. Ia mengedipkan sebelah matanya, “gue jalan yaa!” Lalu ia melambaikan tangan dan berjalan pergi.

“lo beneran ngga kenapa-kenapa kan, Lan?” tanya Yasmin. Wulan terdiam. “Lan….” Yasmin merangkul sahabatnya itu, “semalem gue panik banget waktu Roman telpon gue…” Wulan menoleh. “emang Roman bilang apa?” “dia cuma minta gue telponin bokap lo dan bilang kalo lo nginep di rumah gue…” “terus?” “ya dia cuna bilang kalo lo abis kena musibah..” Wulan tertunduk. “gue ngga pengen nginget-nginget kejadian semalem lagi, Yas…gue takut!” jawabnya sedih. Yasmin memeluk Wulan. “ya udah lupain aja…yang penting sekarang lo baik-baik aja…!” Wulan balik memeluk Yasmin. “makasih ya, Yas…” bisiknya.

Perkuliahan hari itu selesai. “Lan…lo serius ngga apa-apa ditinggal sendiri?” “iya ngga apa…lo balik duluan aja gih..kasian tuh Nico udah nungguin!” Yasmin memeluk Wulan lagi “baek-baek yaa…gue duluan!dadah…!” Wulan mengangguk sambil melambaikan tangannya. Setelah Yasmin pergi, Wulan duduk di loby, menunggu si pacar menjemput. Ia melamun, sesekali bayangan kejadian semalam melintas di benaknya. Wulan menggeleng-gelengkan kepala mengusir bayangan itu. “hai, pacar!” sapa Roman sambil memegang bahu Wulan, membuyarkan lamunannya. Wulan kaget, ia menghindar sambil menjerit. Roman langsung menangkap tangan Wulan, “Lan…” panggilnya. Ia tak mengira Wulan akan sekaget itu.

Wulan baru sadar kalau itu Roman. “sori sori…gue lagi ngelamun tadi, jadi kaget!” jawabnya. Roman memandangi si pacar. Jelas sekali wajahnya menyiratkan ketakutan. “ya Allah, Lan…lo sampe ketakutan gini…maafin gue ya, Lan!” gumamnya dalam hati. Roman menggenggam tangan Wulan erat. Wulan menoleh, menatap Roman lekat. Roman tersenyum, “jangan takut, ada gue!” katanya meyakinkan. Wulan tersenyum sebisanya. “iyaa…” jawabnya pelan. “pulang yuk…” ajak Roman sambil berdiri. Ia mengulurkan tangannya pada Wulan, Wulan menyambut tangan Roman, lalu ikut berdiri. Mereka bergandengan tangan menuju motor.

Roman memakaikan helm ke kepala Wulan, lalu Wulan naik ke atas motor. Roman menoleh, mengambil tangan Wulan dan melingkarkannya ke perutnya. “pegangan yang kenceng!” bisiknya sambil tersenyum. Wulan mengangguk, ia mengeratkan pelukannya sambil menyenderkan kepalanya di punggung Roman. Roman tertegun sesaat, “gue ngga akan pernah biarin lo ketakutan lagi, Lan!” ia membatin, lalu melajukan motornya. “kita mau ke mana?” Wulan akhirnya bersuara. “gue mau ajak lo makan eskrim!” Roman menoleh, “mau kan?” ia memastikan. Wulan mengangguk cepat.

Di kedai eskrim. Mereka membeli semangkuk besar eskrim, terdiri dari dua scoop eskrim coklat, dua scoop eskrim vanila, dua scoop eskrim strawberry dan beberapa topping. “mmm….enak eskrimnya!” kata Wulan sambil memakan eskrimnya. “lo suka?” Wulan mengangguk sambil nyengir. “makan yang banyak!” Roman menyuapi Wulan eskrim. Wulan balik menyuapi, “lo juga harus makan ini!” Roman menoleh, hingga eskrimnya mengenai hidungnya. Wulan tertawa. Ia buru-buru mengambil tissue dan membersihkan hidung Roman. Roman menangkap tangan Wulan. Sesaat, mereka terpaku, saling menatap.

Roman tersenyum, ia menggenggam kedua tangan Wulan dengan erat.
bulan purnama…
teruslah engkau bersinar,
agar cantikmu selalu terpancar.
teruslah engkau tersenyum,
agar semesta tak henti terkagum.
bidadari…
teruslah engkau menari,
jangan biarkan bahagiamu dicuri.
teruslah engkau di hati,
jangan biarkan cinta ini berhenti.
Wulan balik menggenggam tangan Roman. Matanya berkaca-kaca. “makasih yaa….” ucapnya lirih. Roman mengangguk. Setelah menghabiskan eskrimnya, mereka pulang.

Sesampainya di rumah Wulan, mereka dikagetkan dengan kehadiran seseorang di sana. Wulan dan Roman melepas helm berbarengan, mereka saling tatap setelah melihat sebuah mobil Mercy hitam yang parkir di situ. “Devon!” kata mereka kompak. Wulan bergegas masuk ke dalam rumah. “sayang….!” sambut Tiana sambil memeluk anak kesayangannya itu. “kamu baik-baik aja kan?” Wulan tercekat. “iyaa…aku baik-baik aja ko, Ma…” “Devon udah ceritain semuanya sama Mama!” Wulan langsung melirik ke arah Devon. “emang, Devon cerita apa sama Mama? tanya Wulan sinis. Devon tertunduk.

“jalanan ke tempat itu memang rawan, sayang…untung aja kalian semua bisa selamat.” Wulan mengernyit. “i…iya…untung kita bisa selamat…untungnya Roman lewat, ja…jadi ada yang bantu saya ngelawan para penjahat itu.” Devon mengarang cerita. “ya udah Tante, aku kan udah liat Wulan, ternyata dia baik-baik aja…saya pamit pulang dulu Tante!” Devon berpamitan. “oh iya Von, makasih yaa…” “yuk, Lan…gue pamit!” Devon buru-buru meninggalkan Wulan. Wulan mengejar Devon. Tapi langkahnya terhenti. Roman memberi isyarat padanya untuk masuk ke rumah. Wulan mengangguk. Roman menyalakan motornya, lalu melambaikan tangan dan pergi.

“apa-apaan sih si Rompis…pake ngikutin gue segala!” Devon melirik spion mobilnya. Devon memacu mobilnya lebih cepat, tapi Roman tetap mengejarnya. “minggir!” kata Roman saat berhasil mengimbangi mobil Devon. Devon membuka kaca mobilnya, “lo pikir lo siapa, nyuruh gue minggir segala?!” Devon menambah kecepatan mobilnya. Roman tancap gas, akhirnya berhasil mendahului mobil Devon. Ia membanting stir, menghentikan motornya tepat di depan mobil Devon. Devon menginjak rem sedalam mungkin, mobil berhenti. Devon turun dari mobil.

“heh, Rompis! mau lo apa sih??” tanya Devon menantang. “urusan lo sama gue belom kelar!” serang Roman. “semalem lo kabur ke mana??” “kabur??siapa yang kabur??” Devon mengelak. “gue peringatin lo ya Von!denger baik-baik!mulai detik ini, lo ngga usah sok-sokan deketin Wulan, dengan alasan apapun!” Devon mengangkat sebelah alisnya, “maksud lo apa?hah?” Roman meremas kerah baju Devon, “kalo lo masih berani deketin Wulan, gue bakal bocorin tentang kejadian semalem ke Om Andika!” Devon terdiam, ia takut kalo sampai Andika tau yang sebenarnya. “lepas!!” Devon menghempaskan tangan Roman, lalu merapikan kerah bajunya.

“lo pikir gue takut?” Devon menutupi ketakutannya. “aduin aja, biar sekalian semua orang tau…biar Wulan semakin trauma!” gertaknya. Roman mendadak terdiam. Ia langsung teringat Wulan yang sangat ketakutan. “denger ya, Von!sampe sekali lagi lo bikin Wulan ketakutan dan dalam bahaya…..gue ngga akan lepasin lo!” kata Roman tegas. Matanya menatap Devon tajam. Devon tersenyum licik. Ia berbalik, masuk ke mobil, lalu melajukan mobilnya meninggalkan Roman.

Malam hari, Wulan sedang di kamar, mendengarkan si pacar yang sedang siaran. “okey guys, buat lo semua yang mau share cerita tentang pengalaman yang bikin lo sadar arti pasangan lo…kita tunggu teleponnya!” suara Hugo terdengar di radio. “ada penelfon, ya dengan siapa?” “halo, gue Wuri!” Roman kaget. “oh haii Wurii…thanks banget loh, lo salah satu pendengar setia kita yaa!” Hugo tertawa, “okey, silakan lo ceritain pengalaman lo Wuri..” lanjutnya. “gue…baru-baru ini ngalamin musibah…yang bikin gue trauma banget!” kata Wulan terbata.

Roman ikut tegang. Ia tau persis Wulan masih takut mengingat kejadian semalam. “saat gue ninggalin cowo gue karna kesalahpahaman gue…dia malah selalu ada buat ngelindungin gue!” Roman termangu. “di situ gue sadar…betapa berartinya dia buat gue…dan gue juga sadar, cinta dia buat gue begitu besar…” Roman tersenyum. Kepalanya manggut-manggut. “kalo seandainya cowo lo lagi dengerin acara ini….apa yang mau lo ungkapin sama dia?” tanya Gibran. Wulan tersenyum mendengar pertanyaan pacarnya itu. “gue cuma mau bilang kalo gue sayaaaaang banget sama dia…dan gue….ngga akan pernah ngelepasin dia!” Roman dan Wulan sama-sama tersenyum.

“okey guys, sekarang kita udah di penghujung acara…seperti biasa, bakal ada sebuah puisi keren dari Gibran….silakan”
jangan tunggu malam datang,
tuk sekedar katakan sayang.
jangan tunggu pagi buta,
tuk sekedar nyatakan cinta.
kita tak pernah tau waktu di depan,
maka lakukan sekarang
selagi masih ada kesempatan.
“sampai di sini jumpa kita…gue Hugo dan rekan gue…” “Gibran…” “kita pamit undur diri, see you next time!” Malam itu Roman dan Wulan sangat bahagia. Keduanya semakin sadar cinta mereka tumbuh semakin besar.

Roman Picisan season 2 (fanfiction) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang