Jam makan siang, di kantin rumah sakit. Beep beep. Handphone Wulan berbunyi. Ia buru-buru menyimpan sendoknya dan memeriksa pesan yang masuk. Wajahnya tampak sedih. "kenapa sih?" tanya Yasmin sambil menyenggol sikut sahabatnya itu. Wulan menaruh handphonenya ke dalam saku. "ngga apa-apa kok!" jawabnya sambil menggeleng. "boong banget! Kenapa sih??" Yasmin menyelidik. Wulan mendengus. "Roman ngga bisa jemput gue, ada lembur soalnya." jawabnya sedih. "yaelah...gitu doang sedih..harusnya lo seneng lah, Roman giat kerja kan demi masa depan kalian berdua!"
Wulan terdiam. Lalu senyum-senyum sendiri. "yah..sekarang malah senyum-senyum sendiri..pasti lagi ngebayangin lo nikah sama Roman kan?" goda Yasmin. "ngaco! enggalah..." Wulan langsung ngelak. "udah-udah, buruan makan lagi!" lanjutnya mengalihkan pembicaraan. "mulai sekarang, gue harus bisa lebih ngertiin Roman..dia kan serius kerja, gue mana bisa nuntut waktu dia terus buat gue? Iya..gue harus jadi calon istri yang baik, gue harus dukung Roman!" Wulan membatin. Lagi-lagi ia tersenyum. Yasmin ikutan senyum sambil geleng-geleng kepala melihat tingkah Wulan.
Jam sembilan malam. "akhirnya beres juga!" seru Roman sambil meregangkan otot-ototnya yang pegal. "iya nih...kelar juga!" seru Sofie, rekan satu team Roman. "jam sembilan, langsung balik yuk!" ajak Roman. "langsung balik nih?emang lo ngga laper, Man?" Roman langsung memegangi perutnya. "lumayan sih.." jawabnya sambil nyengir. "ya udah, kita makan dulu aja yuk..deket sini ada tempat makan enak, murah..yuk!" ajak Sofie. Roman terdiam, berpikir sejenak. "ya udah deh ayo..tapi jangan lama-lama ya, udah malem nih.." akhirnya Roman setuju. Mereka berdua pun berboncengan menuju cafe yang dimaksud.
Sesampainya di cafe, Roman memarkirkan motor, lalu mereka bergegas masuk. Roman mengambil handphonenya, hendak menelepon. Tapi tiba-tiba Sofie merebut handphone dari tangan Roman. "Eh, Sof..balikin handphone gue!" seru Roman kaget. Sofie berlari, dekat pintu ia membalikkan badan. "ambil nih kalo bisa!" tantangnya sambil berjalan mundur dan menggoda Roman. Roman berjalan cepat, hendak mengejar Sofie. Tiba-tiba, buk! Sofie menabrak orang yang berjalan keluar cafe. "Sof!" dengan sigap Roman membantu Sofie berdiri. "maaf, maaf...saya ngga sengaja, Pak.." ucap Sofie pada seorang bapak yang baru saja ditabraknya. "Roman??" panggil bapak itu. Roman dan Sofie sontak mendongak. "Om Andika!" seru Roman kaget.
"kamu sedang apa di sini?" tanya Andika sambil bolak-balik melirik Sofie. "mm..ini Om..mm..saya baru selesai meliput, kebetulan tadi belum sempet makan malam.." jawab Roman terbata. "oh, begitu.." suara Andika tampak dingin. "kalau begitu saya duluan, mari.." lanjutnya sambil berlalu pergi. "iya, Om..hati-hati di jalan.." jawab Roman dengan suara tertahan. Ia memandangi Andika hingga hilang di balik mobil. "haduh...bisa kasus nih!" ia mengacak-ngacak rambutnya frustasi. "ayo, Man...udah laper nih!" Sofie menarik tangan Roman tak sabar. Roman tersadar, kakinya ikut melangkah masuk, tapi pikirannya masih dipenuhi kekhawatiran.
"yang tadi itu siapa sih, Man?" tanya Sofie kepo. Roman tampak melamun, tak menggubris pertanyaan Sofie. "Man!" panggil Sofie agak keras. Roman mengerjap. "handphone gue dong, Sof.." pintanya tiba-tiba. Sofie menyerahkan handphone Roman. "yah...mati lagi!" lagi-lagi Roman ngacak-ngacak rambutnya. "kenapa sih, Man?lo perlu ngehubungin orang?lo bisa pake handphone gue...nih.." Sofie menyodorkan handphonenya. Roman menggeleng. "gue ngga selera makan nih, gue tunggu di luar aja ya.." katanya lesu. "iiih...ngga bisa!kalo lo ngga makan, gue juga ngga makan.. ayo,pulang aja!" Sofie berdiri, lalu menarik tangan Roman. Mereka berdua keluar dari cafe, dan bergegas pulang.
Mereka sampai di kost Sofie. Sofie turun dari motor. "sori ya, gara-gara gue, lo ngga jadi makan malem.." kata Roman sambil mengambil helm dari tangan Sofie. Sofie tersenyum. "santay ajalah, tinggal masak mie...udah biasa buat anak kost kaya gue!" jawabnya sambil tertawa. "Sofie!" tiba-tiba sebuah suara mengagetkan mereka. Keduanya menoleh. Seorang laki-laki menghampiri mereka dengan wajah marah. "oh..jadi ini selingkuhan lo??" Laki-laki itu mencengkeram lengan Sofie dengan kasar. Tatapannya sangat tajam pada Roman. "wah, kayanya lo salah paham nih.." kata Roman berusaha tenang. "buaya kaya lo mana mungkin ngaku sih??" laki-laki itu menunjuk wajah Roman. Roman menurunkan standar motor, hendak turun dari motor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Roman Picisan season 2 (fanfiction)
Fiksi Penggemarini hanya sekedar cerita (halu), untuk melanjutkan sebuah kisah cinta, karena Roman sudah tidak Picisan lagi.. ??