Part 89 Yes I Do

2.2K 63 8
                                    

"Lan! buruan dong!" panggil Yasmin tergesa. Tak berapa lama Wulan keluar dari kamar. Memakai celana jeans bermotif sobek-sobek dan kemeja putih polos, wajahnya tampak lesu. "lo ngga sakit kan?" Yasmin buru-buru menempelkan punggung tangannya ke kening Wulan. "apaan sih, Yas?!" Wulan menepis tangan Yasmin lemah. "abisnya, muka lo pucet banget tau, Lan.." "masa sih??perasaan lo aja kali ah..." Wulan melengos. Yasmin mengikuti dari belakang. "lo kenapa sih?masih mikirin Roman??" tanyanya menyelidik. "menurut lo???" jawab Wulan sinis. Yasmin tertawa. "kok malah ketawa sih??" Wulan melirik sahabatnya itu sambil cemberut.

"terus..gue harus nangis gitu??" "Yasmin!" Wulan memukul lengan Yasmin protes. "besok itu nikahannya Kak Rahman...masa lo sebagai adiknya malah galau gini??" Yasmin merangkul Wulan. "lo sendiri kan yang udah janji bakal nunggu??ya lo buktiin lah..." lanjutnya menasehati. Wulan menghela nafas panjang. Sesaat ia menerawang. "iya juga sih.." gumamnya pelan. "woy!buruan kali..." tiba-tiba teriakan Sam mengagetkan mereka. Keduanya langsung menoleh ke gerbang. Mobil jeep Sam sudah nongkrong di sana. Karin melambaikan tangan penuh semangat. Mereka berdua langsung berlari. "soriii...udah daritadi ya?" tanya Yasmin terengah. "engga kok, baru satu jam lah..." goda Karin. Mereka semua tertawa.

Sepanjang jalan, Sam memperhatikan Wulan lewat spion tengah. "Lan..hepi dong..kan Kakak lo mau nikah...masa cemberut gitu?!" katanya setengah berteriak. Wulan langsung menatap spion tengah. Keduanya beradu pandang di sana. "engga cemberut kok!" elaknya sambil salah tingkah. "kalo nanti Roman muncul, biar gue tonjok!bisa-bisanya bikin sahabat gue galau berkepanjangan gini!" Karin malah sewot. "enak aja lo, berani tonjok Roman, yang di sebelah gue bakal ngamuk!" Yasmin menepuk pundak Karin sambil tertawa. "peace, Lan...peace!" Karin buru-buru mengacungkan dua jarinya sambil nyengir. Sam ikut tertawa. "apaan sih kalian??" Wulan cuma geleng-geleng sambil tersenyum kecut.

Ia mengalihkan pandang ke langit. "lo di mana sih, Man?lagi ngapain?udah makan belom?sampe kapan lo ngilang tanpa kabar gini?" Wulan membatin. "besok Kak Rahman nikah...harusnya lo ada di sini dampingin gue, berbagi kebahagiaan sama gue...tapi untuk ngehubungin lo aja gue ngga bisa!" mata Wulan mulai basah. Ia buru-buru menyeka air matanya. "lo harus kuat, gue yakin lo bisa!" tiba-tiba Yasmin menggenggam tangan Wulan dan tersenyum menguatkan. Wulan mengangguk. "thanks ya, Yas!" katanya sambil tersenyum. Sam masih sesekali melirik ke spion tengah. Dia juga khawatir pada Wulan. "maksud lo apa sih, Man?? anak orang lo giniin, keterlaluan!!" ia membatin.

Tak berapa lama mereka sampai di sebuah butik. Rahman dan yang lain sudah menunggu di sana. Siang itu, mereka mencoba baju untuk pesta besok. "gimana, Lan, udah pas?" tanya Kia sambil menghampiri. Wulan tak menjawab. Tatapannya tampak kosong, ternyata ia melamun. "Lan.." Kia berbisik sambil merangkul calon adiknya itu. Wulan terperanjat. "eh..mm..sori Kak..." katanya gelagapan. Kia tersenyum. Ia menatap Wulan dari balik cermin. "jodoh itu, akan datang di waktu yang tepat! sabar yaa..semua akan indah tepat pada waktunya!" kata Kia bijak. Sesaat Wulan tertegun. Entah mengapa, ucapan Kia seperti mengurangi kesedihannya. "makasih ya, Kak.." akhirnya Wulan tersenyum.

Malam hari di kamar, Wulan duduk di atas kasur sambil memeluk Rori. Tiba-tiba ia mengambil handphonenya dan menelepon seseorang. "nomor yang anda panggil sedang tidak aktif atau di luar jangkauan." suara operator terdengar dari sebrang telepon. Wulan mendengus. "Roman ngga bisa dihubungi, Mamak sama Bapak juga sama...sebenernya kalian kenapa sih??" Wulan tampak kecewa. Ia melempar handphonenya ke kasur, lalu menghadapkan Rori ke wajahnya. "gue harus gimana??" tanyanya pasrah. Beberapa saat Wulan menatap Rori. Perlahan, air matanya menetes. "gue kangen banget sama lo, Man!" bisiknya sambil memeluk erat Rori. "gue kangen..!" ulangnya dengan suara bergetar. Malam itu, ia menangis, sampai tertidur.

"Lan...bangun, Lan.." seseorang berbisik dengan lembut di telinga Wulan. Perlahan Wulan membuka matanya. Beberapa kali ia mengerjap lalu membelalak. Lelaki di hadapannya tersenyum hangat. "Roman!" jeritnya sambil terduduk. Keduanya saling tatap dalam diam. Tiba-tiba air mata menetes di pipi Wulan. "tuh kan, masih aja cengeng!" kata Roman sambil menyeka air mata Wulan. Wulan bergeming. Rasa rindunya pada sosok Roman terlalu menjadi. "semalem pasti nangis juga kan?liat tuh, mata lo sembab..apa kata orang nanti, kakaknya nikah, adiknya malah sedih?!" "itu kan gara-gara lo!" "loh kok gue?" "iya..lo yang bikin gue nangis semaleman!" Roman terdiam. Keduanya saling tatap lagi. "gue kangen banget tau sama lo!" ucap Wulan polos.

Roman Picisan season 2 (fanfiction) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang