Part 63 Sahabat Baru

2.2K 57 0
                                    

“lo mau cerita sama gue?” Wulan menghampiri Bella dan merangkulnya. Bella menoleh. “mmm…Kakak juga mau ko jadi temen curhat kalian!” Kia nimbrung. Wulan dan Bella sama-sama menoleh. “makasih ya, kalian baik banget!” ucap Bella lirih. Kia melirik jam di handphonenya. “ini udah malem, mungkin sebaiknya kita istirahat dulu aja, besok kita ngobrol lagi!” ia mengingatkan. Wulan dan Bella menurut, mereka bertiga pergi tidur.

Jam delapan pagi. Semua sudah ada di ruang makan, hendak sarapan. “gimana semalem?” bisik Roman saat sama-sama mengambil orange juice. “apanya yang gimana?” Wulan melirik si pacar. “istirahat lo lah…” “oh…enak ko tidurnya…gue, Bella, Ka Kia…kita tidur nyenyak banget!” jawab Wulan sambil senyum. “Alhamdulilah, sukur deh kalo gitu!” Roman balas tersenyum. “lo gimana?” Wulan balik bertanya. “gue juga tidurnya nyenyak ko..tadi pagi bangun udah seger lagi ni badan!” jawab Roman semangat. Mereka sama-sama kembali ke meja makan.

“oya, Man…hari ini gue ngga ikut ke tempat lomba ya…” Roman mengernyit. Sejenak ia berpikir. “oh, iya ngga apa-apa ko…lo temenin Bella aja!” Wulan terbelalak. “ko lo tau sih gue mau nemenin Bella?” tanyanya kaget. “ya taulah…apa sih yang ngga gue tau tentang lo?” Roman mengedipkan sebelah matanya. Wulan tersipu. Bella jadi merasa tak enak melihat kemesraan mereka berdua. “Man…sori ya, gara-gara gue, Wulan jadi ngga nemenin lo…” katanya menyesal. “ya ampun, Bell, santay aja lagi, ikut gue ke tempat lomba juga pasti Wulan bosen, mending nemeni lo nikmatin Bali!”

“Roman, ayo kita berangkat sekarang, supaya ngga terlambat!” ajak Kia. “oh iya, Ka..” Roman buru-buru menghabiskan orange juice nya. “Lan, Bell, gue duluan ya!” ia pamit. Bergegas menggendong ranselnya, lalu menghampiri Wulan. “kalo ada apa-apa, cepet kabarin gue!” katanya sambil ngucek-ngucek kepala Wulan. “iyaa…Semangat ya!” Wulan tersenyum sambil melambaikan tangan. Roman balas melambaikan tangan, lalu beranjak pergi.

“Man, kamu ngga apa-apa nunggu di tempat lomba terus?” tanya Kia pada Rahman. “oh, ngga ko, abis aku juga bingung mau ke mana sendirian..” jawab Rahman kaku. “hari ini kan kita cuma sampe jam dua, abis itu kita main ke Bedugul aja!” tiba-tiba Bima nimbrung. Rahman mengalihkan pandangannya ke luar, melihat jalanan. “wah boleh juga tuh!” Kia setuju. “kamu mau kan, Man?” Kia menepuk pundak Rahman. Rahman menoleh, “oh, iya…boleh juga!” katanya setuju.

Roman hanya diam, sedaritadi ia memperhatikan ketiga orang yang bersamanya di dalam mobil. “hmm…cinta segitiga lagi nih!” ia membatin. Ia mengeluarkan handphone dari sakunya, mulai mengetik pesan. “pacar, lagi di mana?nanti siang gue beres jam duaan, rencana mau main ke Bedugul, mau ikut ngga?” Tak lama ada pesan masuk, dari Wulan. “gue masih di hotel, lagi ngobrol sama Bella di pinggir kolam. Mauuuuuu dong!awas aja kalo berani ke Bedugul tanpa gue!” Roman tersenyum membaca pesan dari si pacar. “dasar!” gumamnya.

Sementara itu di hotel. “jadi…sekarang lo suka sama Devon?” tanya Wulan kaget. Bella termenung, tatapannya menerawang. “iya…gue juga ngga sadar, seiring waktu, ternyata gue jatuh cinta sama Devon!” jawabnya lirih. Wulan mengusap-usap punggung Bella. “gue ngerti…” katanya menguatkan. “gue yang bodoh, pake mikir kalo Devon itu suka sama gue…padahal engga!” Bella tertawa kecewa. “mungkin, di dalam lubuk hatinya, dia masih ngarepin lo, Lan!” Bella menatap Wulan tajam.

Wulan terbelalak. “hah??ngaco!ya enggalah, Bell!” jawabnya cepat. “kalo menurut gue, Devon itu sebenernya ada rasa juga sama lo!” Wulan melanjutkan. Giliran Bella mengernyit. “ko lo bisa mikir gitu?” “Bell…dulu kan Devon pernah suka sama lo…” Wulan tersenyum meyakinkan. Bella menghela nafas panjang. “itu masa lalu, Lan!” katanya putus asa. “oyah, dari kemaren, apa Devon ngga nyariin lo?” Bella menggeleng. “hp gue sengaja gue matiin!” “ya ampun, Bell…Devon pasti nyariin lo, dia pasti hawatir sama lo!” Wulan menggenggam tangan Bella, “coba lo aktifin hp lo sekarang!” pintanya.

Bella mengeluarkan handphone dari tasnya. Ia mengaktifkan handphone nya menuruti usul Wulan. Matanya terbelalak. Ia memeriksa notif di handphone nya dengan serius. “gimana?” tanya Wulan. Bella menoleh, memandang Wulan. “lo bener, Lan…dari semalem Devon nelpon gue berkali-kali, dan dia juga whatsapp gue sebanyak ini…” Bella menunjukkan handphone nya pada Wulan. Wulan tersenyum. “betul kan kata gue, Devon itu care lagi sama lo!”

Bella memandangi handphone nya. “udah, lo kabarin Devon gih, bilang kalo lo baik-baik aja!” Bella menggeleng perlahan. “gue ngga yakin, Lan…” jawabnya lesu. Tak lama handphone nya berbunyi. Bella langsung menatap Wulan tegang. “Devon!” “ya udah jawab!” Bella malah memandangi handphone nya ragu. Wulan mengambil handphone dari tangan Bella. “halo, Von…” ia menjawab telpon dari Devon. “Wulan?!” suara Devon terdengar kaget. “iya, Bella lagi bareng sama gue!”

“astaga…semaleman gue panik nyariin dia tau ngga sih?!” kata Devon cemas. “sekarang mana Bella nya, gue mau ngomong sama dia!” Wulan menyodorkan handphone pada Bella. Bella menggeleng, lalu buru-buru pergi menghindar. “kayanya kalo lo mau ngomong sama Bella, mendingan lo ke sini deh!” “okey, okey, gue ke tempat lo…lo nginep di mana?” “gue di Kuta Lagoon..” “ya udah, lo pliss tahan Bella di sana, gue ke sana sekarang!” telpon pun ditutup.

Jam dua belas. Devon sampai di Kuta Lagoon. Ia langsung menuju kolam renang, seperti petunjuk Wulan. Bella menyadari kedatangan Devon. Ia berusaha pergi menghindar, tapi Wulan menahan tangannya. “Lan, lepasin gue!” Bella meronta. “Bell…lo harus tetep di sini…masalah lo sama Devon harus selesai sekarang, lo jangan lari lagi!” Wulan berusaha menenangkan. Bella terdiam. Ia kembali duduk. “Lan, Bell…” sapa Devon. “duduk, Von..” Wulan mempersilakan.

Devon dan Bella sama-sama diam. Wulan celingukan, bolak-balik memandangi Devon dan Bella. “kalo gitu, gue ke kamar dulu deh, biar kalian bebas ngobrolnya..” Wulan memecah suasana. Bella langsung menahan tangan Wulan. Merek berdua saling tatap. Bella menggeleng, matanya berisyarat, meminta Wulan tetap tinggal. Wulan kembali duduk. “jadi…siapa yang mau mulai?” tanyanya memastikan. Devon dan Bella saling tatap. “gue!” jawab Devon tiba-tiba.

“Bell…gue datang ke sini, mau minta maaf sama lo..gue sama sekali ngga bermaksud bikin lo sakit hati ato ngerasa dimainin…” Devon mulai menjelaskan. “selama ini gue peduli sama lo, semua itu tulus gue lakuin, karena…gue ngerasa lo deket sama gue…lo kaya sahabat buat gue…” Bella masih menatap Devon lekat. Matanya mulai berkaca-kaca. “gue ngerti ko, Von…semua ini bukan salah lo!” Bella memotong. “emang gue yang kepedean!” ia bangkit berdiri. “lo ngga usah ngerasa salah sama gue!” Bella berlari pergi.

“Bell…Bella…tunggu!” Devon buru-buru mengejar Bella. Wulan tetap duduk di tempatnya sambil memandangi mereka berdua. “kalian harus bisa beresin masalah kalian sendiri!” gumamnya dalam hati. “Bell!” Devon berhasil menyusul Bella. Ia berdiri tepat di depan Bella, memaksanya berhenti. “gue belom selesai ngomong, lo harus dengerin gue dulu!” Devon memegang bahu Bella, meyakinkan. Bella mendongak, menatap Devon. “lo mau ngomong apa lagi sih?” kata Bella malas.

“semalem lo ngilang tanpa kabar…gue hawatir banget tau!lo nggatau kan gue nyariin lo kaya apa?” kata Devon serius. Bella termangu. “gue baru sadar, ternyata gue bukan sekedar peduli sama lo…tapi….gue juga sayang sama lo!” Air mata Bella menetes. Matanya mengerjap, masih tak percaya pada apa yang baru saja didengarnya. “engga, engga…lo ngga perlu ngehibur gue kaya gini!” Bella menggelemg cepat. “buat apa lo bohongin gue??” Bella sudah putus asa.

Devon memegang wajah Bella dengan kedua tangannya. “Bell…gue serius…gue baru sadar kalo ternyata lo itu penting buat gue…” mereka saling tatap lekat. “gue suka sama lo, Bell…gue sayang sama lo!” Devon meyakinkan lagi. Bella menggenggam tangan Devon yang masih menempel di pipinya. “gue juga suka sama lo, Von…sayang sama lo…” jawab Bella lirih. Devon tersenyum. Ia menyeka air mata Bella, lalu memeluk tubuhnya erat. Bella juga memeluk Devon, dan mulai terisak.

Wulan tersenyum lega. Ia buru-buru menghampiri mereka berdua. “nah, gitu dong…” katanya sambil tersenyum. Bella melepas pelukannya, lalu menoleh. Ia menghambur memeluk Wulan erat. “thanks ya, Lan…lo udah jadi sahabat baru buat gue…” bisiknya. “iya, Bell…gue juga seneng ko bisa jadi sahabat lo sekarang!” jawabnya sambil balik memeluk Bella erat. “gue boleh ikut peluk kalian ngga?” tanya Devon iseng. Wulan dan Bella sama-sama menoleh. Mereka kompak mengacungkan tinju ke arah Devon. Mereka bertiga sama-sama tertawa.

“by the way…Roman sama Ka Rahman langsung ke Bedugul selesai lomba…kalian mau ikut gue nyusulin ke sana ngga?” Devon dan Bella saling pandang. “ayo!” jawab mereka kompak. “cieeeeeh kompak!” Wulan tertawa jail. Tiba-tiba ia melihat jam tangannya dan terbelalak. “udah setengah dua…kita harus buru-buru nih!” pekik Wulan. Mereka bertiga saling pandang. “ayo!” Wulan mendahului mereka ke loby. Devon menggandeng tangan Bella, masih sambil malu-malu mereka bergandengan tangan berjalan ke loby.

Jam dua lewat lima belas, mereka bertiga sudah sampai di tempat lomba. “Lan!” panggil Roman sambil melambaikan tangan. “itu di sana, yuk!” Wulan mengajak Bella dan Devon menghampiri Roman. “kita ngga telat kan?” tanya Wulan nyengir. Roman tidak menjawab. Pandangannya fokus pada Devon. “lo ko bisa ada di sini?” tanyanya serius. Devon mendekat ke hadapan Roman. Wajahnya tak kalah serius. Mereka berdua saling menatap tajam. Wulan dan Bella saling pandang, suasana jadi tegang.

“Man…biar gue jelasin..” Wulan mencoba menjelaskan, tapi Roman memintanya diam. Devon melangkah maju, semakin dekat dengan Roman. Wulan mulai panik. Seketika Devon mengangkat tinjunya, Wulan dan Bella sama-sama menjerit. Tapi jeritan mereka langsung terhenti. Ternyata Devon malah memeluk Roman. “sekarang kita temen kan, Bro!” katanya sambil menepuk-nepuk punggung Roman. “iya, kita temen!” Roman juga menepuk-nepuk punggung Devon. Mereka berdua tertawa senang.

“jadi….kalian udah…” “iya, kita udah temenan sekarang!” Roman memotong pertanyaan Wulan. “iiiih…Romaaaaan!!” Wulan memukul lengan Roman. “jantung gue ampir copot tau tadi!!!” Wulan protes. “iya, jantung gue juga!” Bella mengelus-elus dadanya. “iya soriii…” Devon mengusap-usap punggung Bella. “selamat ya, Bell…sekarang lo udah nemuin tambatan hati lo…semoga kalian langgeng ya!” Roman memberi selamat pada Devon dan Bella. “thanks ya!” jawab mereka kompak.

“Man…Wulan udah sampe?” tiba-tiba Rahman menghampiri. “loh, Devon?!” ia kaget melihat Devon berdiri di hadapannya. “Ka Rahman…” Devon mengangguk memberi salam. “kalian janjian?” “engga ko, Ka…kebetulan saya juga lagi liburan di sini, dan ngga sengaja ketemu…” jawab Devon cepat. Rahman manggut-manggut. “Ka Kia sama Ka Bima udah beres, Ka?” tanya Roman. “udah, udah…makanya Kakak nyusulin kalian ke sini. Kita ke mobil yuk, udah pada nunggu di sana!” ajak Rahman. Mereka semua berjalan ke mobil. Lalu Mobil melaju menuju Bedugul.

Sekitar jam empat, mereka sampai di Bedugul. “sejuk banget udaranya…” Wulan merentangkan kedua tangannya, menikmati udara Bedugul. “Lan, barang-barang lo udah di dalem tas semua kan?” tanya Roman sambil menggendong Ransel milik Wulan. “iya, udah ko…” Wulan mengangguk sambil tersenyum. “ayo kita masuk!” ajak Kia pada semua. Setelah melihat-lihat sejenak, mereka memutuskan untuk langsung bermain water sport di sana.

“naik jetski seru nih…” Roman menepuk bahu Devon. Devon terdiam sesaat. “okey, siapa takut!” jawabnya. “Von…emang lo bisa?” bisik Bella ragu. Devon mendelik. “bisalah…” “tapi lo kan biasa nyetir mobil?” Bella masih ragu. “jadi menurut lo, gue ngga bisa nyetirin jetski?” Devon menatap Bella tajam. “bu…bukan gitu maksud gue…” Bella gelagapan. “nyetir jetski sama nyetir motor beda ko, Bell…lo tenang aja!” Roman menengahi. “iya, kalopun jatoh, lo jatohnya ke air!” Wulan merangkul sahabat barunya itu, meyakinkan.

Mereka berempat sama-sama membeli tiket, lalu berganti pakaian. Setelah siap, mereka langsung ke tempat jetski. Sebelum mulai, mereka masing-masing diberi pelampung badan. “sini biar sama gue!” Roman membantu Wulan mengikat tali pelampungnya. “perhatian banget sih pacar gue!?” bisik Wulan menggoda Roman. “soalnya gue tau….lo kan ngga bisa berenang!” jawab Roman sambil mencolek hidung Wulan. Wulan memanyunkan bibirnya. Roman tersenyum. “ya gue nggamau lo sampe kenapa-kenapa!” Roman menggandeng tangan Wulan, menuntunnya menaiki jetski.

Roman dan Wulan berboncengan di satu jetski, Devon dan Bella di jetski yang lain. Sementara mereka berputar tak terlalu jauh, pemanasan dulu. “Ka Rahman…ayo main jetski juga!” teriak Wulan semangat. Rahman dan Kia melambaikan tangan pada mereka. “kamu mau main jetski sama aku?” Rahman memberanikan diri mengajak Kia. “aku ngga bisa berenang…” jawab Kia malu. “ngga apa-apa, kan pakai pelampung…lagian ada aku yang jagain kamu!” kata Rahman lagi. Kia memandang Rahman. “pengen nyobain sih…ayo deh!” jawabnya. “ayo…” Rahman dan Kia menuju loket.

Saat hendak menaiki jetski, ada yang menarik tangan Kia. Kia hampir terjatuh, tapi Rahman sigap menangkap tubuh Kia. “astaga, Bim, kamu apa-apaan sih, ko narik tangan Kia kaya gitu?” Rahman kaget. “Kia itu ngga bisa berenang, jadi dia ngga boleh main jetski, terlalu bahaya!” jawab Bima ketus. “ini pake pengaman ko, tenang aja!” Rahman coba menjelaskan. “pokonya ngga boleh!” Bima menarik tangan Kia untuk menjauh dari danau. “Bim, lepas…. Bim…lepasin aku!” Kia meronta.

“kamu ngga denger, Kia minta lepasin tangannya!” Rahman menghampiri. “kamu ngga usah ikut campur, saya lebih tau Kia!” suara Bima meninggi. “okey, tapi tolong lepasin tangan Kia…kamu jangan kasar sama perempuan!” Rahman berusaha tetap tenang. Akhirnya Bima melepaskan tangan Kia. “kamu kenapa sih, Bim?ko jadi kasar gini…” Kia menatap Bima serius. “aku ngga suka ya, kamu sekarang berubah!” kata Bima tak kalah serius. “berubah?apa yang berubah?” “sejak ada Rahman, kamu berubah!” suasana menjadi tegang.

“aku ngga ngerti maksud kamu, Bim…kamu terlalu mengada-ngada!” Kia mengakhiri pembicaraan. Ia menarik tangan Rahman kembali ke tempat jetski. Sementara Bima terpaku di sana, memandangi Kia dan Rahman yang tetap bermain jetski. “kamu ngga apa-apa kan?” Rahman memastikan. Kia mengangguk lemah. “aku ngga apa-apa ko…udah, ayo kita main jetski…” ia tersenyum seadanya. Rahman berusaha mengerti. “iya, ayo…” jawabnya sambil senyum. Lalu mereka mulai main jetski, bergabung dengan yang lain.

Roman memacu jetskinya cukup kencang. Wulan memeluknya erat. Devon dan Rahman ikutan memacu jetski dengan kencang, mereka balapan di air. Saat hendak berbelok, Roman sangat kaget, dia tidak sadar bahwa Ka Rahman ada begitu dekat di belakangnya. Spontan, Roman membanting setir, dan jetski yang dinaikinya terbalik. Wulan terlempar dari jetski, sempat tenggelam beberapa saat. “Roman…tolongin gue…tolongin gue…!” ia menjerit-jerit histeris.

Roman langsung berenang menghampiri si pacar. Ia menangkap tubuh Wulan dengan sigap. “Lan…lo ngga apa-apa kan?” tanyanya cemas. Wulan masih menjerit-jerit tak karuan. “Lan…lo udah aman…gue udah pegang lo kenceng…lo tenang ya!” Wulan seketika diam. Ia langsung memeluk Roman erat. “Man…gue takut…” kata Wulan panik. “iya, iya…lo ngga usah takut, ada gue…gue ngga mungkin lepasin lo…lo aman sama gue!” Roman terus menenangkan Wulan. Setelah cukup tenang, ia membawa Wulan mendekat ke jetski mereka.

“ayo naik, Lan…” Roman membantu Wulan naik ke atas jetski. “Lan, kamu ngga apa-apa kan?” Rahman juga ikut panik. “iya, aku ngga apa-apa, Ka…” Wulan meyakinkan Rahman supaya tidak cemas. “kita udahan aja yuk...mataharinya mulai ke bawah!” ajak Bella. “iya, kita udahan aja yuk!” kata Kia setuju. Yang lain juga setuju. Akhirnya mereka semua menepi. Setelah itu mereka berganti pakaian, dan duduk-duduk di pinggir danau.

“Lan…maafin gue yaa…” Roman masih menyesal. Wulan menoleh, memandangi si pacar. “gue ngga apa-apa ko..lagian kan tadi ngga sengaja…” Wulan tersenyum. “tapi lo beneran ngga apa-apa kan?” Roman menggenggam tangan Wulan. “iya beneran!” Wulan meyakinkan. “gue malah seneng..pengalaman baru buat gue…dan gue makin yakin, kalo lo itu sayang banget sama gue!” bisik Wulan. “dasar, marshmelow!” Roman ngucek-ngucek kepala Wulan.

Wulan merengut, “iiih…ko marshmelow sihh??” ia protes. “iyaa…abisnya pipi lu empuk, kaya marshmelow!” jawab Roman sambil menekan-nekan pipi Wulan dengan telunjuknya. Wulan mendelik, lalu menangkap tangan Roman, dan memeluknya erat. Ia menyandarkan kepalanya di bahu si pacar, sambil memandang ke arah danau. Senja di danau Beratan memang sangat cantik. Mereka semua menikmati pemandangan yang luar biasa indah di sana. Setelah matahari terbenam, mereka melanjutkan perjalanan ke Jimbaran untuk makan malam.

Di jimbaran, mereka duduk di dua meja terpisah. Rahman, Kia dan Bima duduk satu meja. Roman, Wulan, Devon dan Bella di meja lainnya. “Wulan, Roman…thanks banget ya, liburan gue kali ini jadi seru banget!” Bella tersenyum tulus. “iya, gue juga mau bilang makasih sama kalian. Berkat kalian, gue sama Bella bisa nikmatin liburan ini dengan lebih sempurna!” Devon menggenggam tangan Bella. Mereka saling pandang dan sama-sama tersenyum. “iya, sama-sama…gue juga seneng banget ko bisa bareng kalian!” Wulan dan Roman ikut tersenyum.

Sedang asik makan, tiba-tiba seorang pengamen menghampiri mereka. “selamat malam, selamat menikmati makan malam romantis anda, ditemani alunan musik penuh cinta.” Si Bapak pengamen mulai memainkan biolanya. Suasana di sana jadi sangat romantis. Tiba-tiba Roman mengambil tangan Wulan, menggandengnya erat di bawah meja. Wulan menoleh, mereka saling tatap. “I love you, marshmelow!” bisik Roman di telinga Wulan. Keduanya tersenyum bahagia. Selesai makan, mereka semua kembali ke hotel.

Roman Picisan season 2 (fanfiction) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang