"ROMAN!!" jerit Wulan tiba-tiba. Nafasnya terengah, wajahnya panik. "Lan.." panggil Roman lembut sambil menggenggam erat tangan Wulan. Wulan buru-buru menoleh. "Maaan..." ia langsung memeluk pria di sampingnya itu sambil terisak. "loh...kok nangis?kenapa sih?" Roman mengecup puncak kepala Wulan. "lo pasti mimpi buruk ya?" tanyanya lagi. Wulan mengangguk. Roman tersenyum. Ia memegang pipi Wulan dengan kedua tangannya, lalu meniup mata Wulan perlahan. "udah, jangan nangis lagi yaa.." bujuknya. Wulan mengangguk lagi.
Wulan mengeratkan genggaman tangannya. "lo ngga akan ninggalin gue kan?" tanyanya sambil menatap Roman lekat. Roman mengernyit. "kok nanyanya gitu sih?" "abis di mimpi gue tadi lo ninggalin gue..." jawabnya sedih. "ciyeeeh yang takut ditinggal sama gue..." bisik Roman jail. "iiih, Romaaan!" Wulan memukul lengan Roman. "gue serius tau!!" katanya ngambek. Roman tertawa. "abis lo serius banget sih...kan cuma mimpi.." katanya ngeles. Wulan melipat tangannya di depan dada, wajahnya cemberut. "Lan..." panggil Roman. Wulan malah buang muka ke arah berlawanan. "ngambek yaa?" tanya Roman polos. "ngga tau!" jawab Wulan galak. "jangan ngambek dong...nanti pipinya meletus loh!" Roman menusuk pipi Wulan dengan telunjuknya.
"Roman!" bentak Wulan galak. "ngga lucu tau!" matanya mendelik. "iya deh sorii..." Roman menyenggol lengan Wulan. Keduanya saling tatap. "maafin gue yaa, bidadari..." rayu Roman sambil mengedipkan sebelah mata. Wulan memanyunkan bibirnya. "pliiiiss..." Roman masih memohon. "okey, gue bakal maapin lo, asal lo janji sama gue.." "lo pengen gue janji apa sih?" "lo harus janji, ngga akan pernah ninggalin gue!" Wulan mengacungkan kelingkingnya. Roman menatap wanita di hadapannya itu beberapa saat. Dengan lembut digenggamnya tangan Wulan. "tanpa lo minta pun, gue udah janji sama diri gue sendiri, ngga akan pernah ninggalin lo!" katanya mantap.
Wulan terkesima. Ia menatap Roman haru. "bener yaa..gue pegang janji lo!" katanya senang. "iyaa..tapi jangan nangis lagi dong..." Roman ngucek-ngucek kepala Wulan mesra. Wulan buru-buru menyeka air matanya. "gue udah ngga nangis kok..." katanya ngeles. Roman tersenyum. "mana bisa sih gue ninggalin lo, Lan?" gumamnya dalam hati. Tak berapa lama pesawat mendarat di bandara Jakarta. "sekarang kita ke mana?" tanya Wulan sambil memandangi jam tangannya. "udah jam segini..." lanjutnya. Ia menggigit bibirnya, berpikir. "kita cari taxi dulu!" ajak Roman sambil menggandeng tangan Wulan. Mereka berdua berjalan keluar.
Keduanya sudah berada dalam taxi. "lo yakin mau bilang sama Papa?" tanya Wulan ragu. "Lan..jujur itu adalah pilihan terbaik..gue siap kok kalo harus kena pukul bokap lo lagi.." Roman nyengir. "NGACO!!" Wulan langsung merengut. "ya gue ngga mau kalo sampe Papa marah lagi sama lo...lo kan ngga salah.." terang Wulan. "iya, iya, becanda, Lan...serius amat sih?!" Roman tertawa. "udah, pokonya lo tenang aja, serahin semua sama gue..!" Roman mengedipkan sebelah matanya. Wulan terdiam, wajahnya masih tampak tegang. Roman menggenggam tangan Wulan. Keduanya saling tatap. Roman tersenyum meyakinkan. Wulan menghela nafas panjang, lalu mengangguk dan tersenyum juga. Hatinya sudah lebih tenang.
Jam dua belas lewat, taxi sampai di depan rumah Wulan. Mereka berdua turun. Sambil bergandengan mereka memasuki halaman. Belum sempat mengetuk pintu, tiba-tiba Andika keluar mendapati mereka. "Assalamu alaikum, Om.." "Papa?!" seru Wulan kaget. "waalaikum salam!" jawab Andika datar. "maaf, Om..tadi..." "Wulan, ayo masuk!" Andika memotong ucapan Roman. Suasana jadi semakin tegang. "Pa..aku sama Roman.." "Wulan, Papa bilang masuk!" Andika mengulangi perintahnya. Roman menatap Wulan, lalu mengangguk berisyarat. "ya udah, gue masuk dulu ya.." Wulan pamitan, lalu berjalan masuk ke dalam rumah.
Di dalam rumah, Wulan berbenah, lalu diam di kamar. Hatinya sama sekali tak tenang. "aduuuh...Papa marah ngga ya sama Roman??" Wulan mondar-mandir di depan cermin. "Roman kok belom ngabarin gue ya?" tanyanya sambil memeriksa handphonenya. Tok tok tok. Tiba-tiba suara ketukan pintu mengagetkannya. Wulan mengatur nafasnya, lalu membukakan pintu. "Mama?!" panggilnya lega. "ini mama bawain susu hangat buat kamu.." Tiana masuk ke dalam kamar dan meletakkan gelas di meja. "makasih ya, Ma.." "jangan lupa diminum, supaya tidurnya nyenyak.." jawab Tiana sambil membelai kepala Wulan. Wulan mengangguk. Wajahnya tampak cemas. "ngga usah dipikirin, cepet istirahat ya, sayang.." Tiana tersenyum, lalu pamit keluar kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Roman Picisan season 2 (fanfiction)
Fanficini hanya sekedar cerita (halu), untuk melanjutkan sebuah kisah cinta, karena Roman sudah tidak Picisan lagi.. ??