Jam tujuh pagi di rumah Wulan. "selamat pagi, sayang!" sapa Tiana. "pagi, Ma.." jawab Wulan lesu. "loh...anak Mama ko ngga semangat gitu sih?" Tiana meletakkan sepiring nasi goreng di depan Wulan. "ayo sarapan dulu, biar lebih semangat!" lanjutnya sambil membelai kepala anak gadisnya itu. "makasih ya, Ma.." Wulan tersenyum, lalu mulai memakan sarapannya. "nasi gorengnya diabisin ya..Mama spesial bikinin buat kamu loh ini.." jawab Tiana sambil balas tersenyum.
"selamat pagi, sayang...selamat pagi, anak gadis Papa!" Andika muncul dan langsung bergabung di meja makan. "pagi, Paa..." "pagi, Mas..." "Wulan, kamu sudah siap?flight kamu jam sepuluh kan?jangan sampai ada yang kelupaan. Dan jangan lupa juga, kamu harus jaga diri baik-baik di Medan nanti. Papa ngga mau sampe terjadi apa-apa sama kamu di sana.." "iiih Papa kebiasaan deh, kalo aku mau pergi jauh, pasti cerewet banget!" Wulan memotong.
"kamu ini, ini karna Papa sayang sekali sama kamu, jadi Papa harus pastikan kamu aman!" "iya, Papaku sayang..." jawab Wulan manja. "udah ayo dimakan dulu sarapannya..nanti malah pada terlambat loh.." Tiana menengahi. "mm... Ka Rahman mana ya, ko belom keliatan...katanya mau anter aku ke bandara?" Wulan celingukan. "ah, iya... Mbok, coba tolong panggilkan Rahman di kamarnya. Jangan-jangan dia lupa kalau harus antar adiknya ke bandara." "iya, Tuan." jawab si Mbok sambil langsung melakukan tugasnya.
Tak lama Rahman pun muncul. "selamat pagi, Pa.. Ma.." sapanya sopan. "selamat pagi adeknya Kakak..." kata Rahman sambil mengacak-ngacak rambut adiknya itu. "gimana nih, udah siap untuk bertualang?" lanjutnya. "iiih, Ka Rahman...apaan sih..." protes Wulan sambil merapikan rambutnya kembali. Rahman tertawa. "udah yuk, Lan..kalo kamu udah selesai sarapan, kita berangkat sekarang!" ajaknya. Wulan mengangguk, lalu segera menghabiskan orange juice nya. "ayo, Kak...aku udah selesai ko.." jawabnya sambil menggendong ransel.
"Pa.. Ma...aku pamit yaa.." Wulan mencium tangan Andika dan Tiana bergantian. "kamu ati-ati ya, sayang..jangan lupa selalu kasih kabar ke rumah!" Tiana mencium dan memeluk Wulan. "Adinda... Kakak pergi dulu yaa...nanti kita ketemu lagi, main lagi ya!" ia menciumi dan berkali-kali memeluk Adinda. "Mbok...aku pergi dulu yaa.." ia juga berpamitan pada si Mbok. "iya, Non..jaga diri ya, Non..i'm gonna miss you, Non!" jawab si Mbok sambil menangis haru. Selesai berpamitan, Rahman dan Wulan bersiap pergi menuju bandara.
"Kak Kia ngga ikut ya?" tanya Wulan memecah keheningan. "oh...iya...Kak Kia ada urusan keluarga, jadi dia titip salam aja buat kamu!" Rahman tersenyum. Wulan manggut-manggut paham. "Roman nganter ke bandara juga kan?" "iya, katanya langsung ketemu di bandara." Wulan terus memandangi handphone nya. "whatsapp gue ko belom dibaca juga sih sama Roman..apa Roman lupa ya kalo gue berangkat hari ini?" Wulan membatin. "kenapa sih, Lan..keliatannya kaya gelisah banget?" Rahman melirik ke arah Wulan. "eh....ngga apa-apa ko, Kak.." jawab Wulan cepat.
Jam sembilan lewat lima belas, mereka sudah sampai di bandara. "Wulan!" panggil Yasmin yang sudah lebih dulu menunggu di bandara. "hey, Yas...lo sama siapa?" wajah Wulan tampak sumringah. "gue bareng Karin...tuh..." jawab Yasmin sambil menunjuk ke arah Karin yang sedang menelepon. Karin melambaikan tangan bersemangat. "padahal kalian ngga usah repot-repot anter gue...nanti gue malah nangis pisah sama kalian.." Wulan menggenggam tangan Yasmin erat. "tuh kan, elo yang bikin gue jadi pengen nangis!" Yasmin langsung memeluk sahabatnya itu.
"Wulaaaaan..." Karin menghampiri dan langsung memeluk Wulan juga. "yang lain ijin ngga anter lo, mereka masih sibuk sama urusan masing-masing!" Karin menjelaskan. "iyaa...ngga apa-apa ko...gue ngga mau ngerepotin kalian.." wajah Wulan menyesal. "ngomong-ngomong, Roman mana?" tanya Yasmin sambil celingukan. Karin dan Wulan ikut celingukan. "Lan, udah setengah sepuluh loh, mendingan kamu check in sekarang.." Rahman mengingatkan. "duh...Roman mana sih.." Wulan menggigit bibirnya cemas.
"ayo, Lan.." Rahman mengajak adiknya itu menuju tempat check in. Yasmin dan Karin mengikuti dari belakang. Proses check in selesai. "kalo gitu...gue pamit ya..." kata Wulan sedih. Mereka bertiga berpelukan. "begitu sampe, lo jangan lupa ngabarin kita ya, Lan!" kata Karin. "iya, kita pokonya harus tetep komunikasi!" Yasmin menambahkan. Wulan mengangguk. "Kak, aku pamit yaa.." Wulan memeluk Rahman. "kamu harus jaga diri, selalu ngabarin Kakak ya!" "iyaa...semoga aja nanti aku dapet ijin pulang untuk ngehadirin acara tunangan Kakak bulan depan!" Rahman mengangguk sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Roman Picisan season 2 (fanfiction)
Fanfictionini hanya sekedar cerita (halu), untuk melanjutkan sebuah kisah cinta, karena Roman sudah tidak Picisan lagi.. ??