#4

11.8K 1K 31
                                    

(Namakamu) menarik napas kala memandang sendu kamar tercintanya, dindingnya sudah nampak bersih dari tempelan foto-foto yang sebelumnya ada karena dia simpan di dalam kopernya. Berencana untuk kembali menempel foto tersebut di kamarnya yang ada di Jakarta.

Pandangannya beralih kearah jendela kamar yang langsung menunjukkan pemandangan taman belakang, membuatnya berpikir dan penasaran bagimana pemandangan kamarnya di Jakarta?

(Namakamu) menarik napas kemudian mengambil slingbag yang tergeletak lemah diatas ranjang yang sudah tertutupi kain, kemudian melangkah keluar kamar sambil membawa dua koper miliknya. Kedua orang tuanya sudah menunggu bersama dengan Syifa dan Andini.

Sampai di ruang keluarga, Andini dan Syifa langsung memeluknya sambil menangis, membuat (Namakamu) tersenyum namun tak bisa dipungkiri bahwa hatinya merasa sedih. Rasanya sulit untuk meninggalkan dua sahabatnya ini.

"Gue bakal kangen banget sama lo, (Nam)." lirih Andini dalam pelukannya. (Namakamu) mengangguk, dia juga pasti akan merindukan Andini dan juga Syifa meski terkadang keduanya suka bersikap menyebalkan.

(Namakamu) melepas pelukannya, "Kalian akur-akur, ya. Kalo berantem terus, nggak kebayang bakal kayak apa kedepannya." ujar (Namakamu) diakhiri dengan kekehannya, mencoba untuk menghibur dua temannya yang masih sibuk terisak. Sayangnya, hal itu tidak berhasil.

(Namakamu) tersenyum kecil, "Nanti kalo gue nggak sibuk, pasti bakal gue usahain buat mampir ke Bandung. Atau, kalian boleh main ke Jakarta. Pintu rumah gue bakal selalu terbuka buat kalian."

"Janji, bakal kenalin gue sama Iqbaal." ucap Syifa membuat (Namakamu) tertawa renyah.

Gadis itu menganggukkan kepalanya, "Janji! Gue bakal ngenalin kalian ke Iqbaal."

Mereka kembali berpelukan sebentar kemudian harus terpaksa dilepas karena dia beserta kedua orang tuanya harus segera pergi ke Jakarta.

"Baik-baik di sini, salam buat anak-anak kelas ya."

Andini dan Syifa mengangguk, "Hati-hati! Kabarin kita kalo udah sampe di Jakarta."

(Namakamu) mengangguk kemudian dengan berat hati berjalan masuk ke dalam mobil, melambaikan tangannya kearah Syifa dan Andini yang kini saling merangkul untuk menguatkan diri satu sama lain.

(Namakamu) menarik napas panjang lalu dia hembuskan, memilih untuk mengalihkan pandangan kearah jendela sekaligus mencoba melupakan perasaan sedih yang masih jelas menyelimuti hatinya.

"Maaf, karena kerjaan papa kamu jadi harus pisah sama sahabat-sahabat kamu."

(Namakamu) memandang Fauzi yang melihat dirinya melalui kaca yang menggantung di mobil, dia tersenyum kecil, "Nggak masalah, mereka pasti ngerti. Lagian, Jakarta-Bandung itu nggak jauh. Aku sama Iqbaal aja bisa kok berhubungan jarak jauh."

(Namakamu) mengeluarkan senyuman cerianya setelah berucap karena tersadar bahwa sebentar lagi dia dan Iqbaal tidak akan menjalani hubungan berjarak yang menyebalkan.

"Syukurlah, papa seneng kalo kamu nggak keberatan."

"Eh, iya! Jadi, nanti kamu nggak bakalan berhubungan jarak jauh lagi ya, sama Iqbaal?" goda Indah membuat (Namakamu) terkesiap lalu tersenyum malu.

[2] My Choice [IDR] ✔✔ (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang