Akhir-akhir ini nggak punya banyak waktu untuk buka wattpad, maaf karena udah ngaret banget, ngegantungin kalian semua....
Terimakasih sebelumnya buat kalian semua!(:Happy Reading!
(Namakamu) membuka pintu kamar Ody dengan gerakan pelan, takut jika pergerakannya membangunkan yang lain karena waktu sudah hampir dini hari. Dia menuruni anak tangga menuju dapur dan mengambil segelas air. Malam ini rasanya begitu gelisah hingga dia tidak bisa tertidur, obrolan sebelum makan malam tadi terus terputar diotaknya hingga membuatnya kalut.
Biasanya, jika kekalutannya sudah semakin parah akan dia luapkan dengan menangis. Tapi, tidak mungkin dia menangis di sini.
(Namakamu) mencengkram gelas di tangannya, meminumnya hingga tandas kemudian kembali menaiki tangga. Berharap setelah ini dia akan mengantuk kemudian tidur hingga melupakan kejadian yang sudah terjadi.
Langkahnya terhenti begitu dia sampai di anak tangga paling atas, matanya melihat keberadaan Iqbaal di pintu kamar laki-laki itu yang memang tidak jauh dengan pintu kamar milik Ody. (Namakamu) membuang muka begitu Iqbaal berjalan mendekat kearahnya, kemudian menyentak ketika Iqbaal menyentuh tangannya.
"Kamu marah karena insiden di meja makan tadi?"
(Namakamu) menggeleng tegas, "Udah malem, aku nggak mau kita jadi ngebangunin orang serumah karena ngeributin hal itu." ucapnya tanpa melihat kearah Iqbaal.
Iqbaal berdecak lalu menarik tangan (Namakamu) agar masuk ke dalam kamarnya, sedikit memaksa karena (Namakamu) yang terus memberontak.
"Get your hands of me!" (Namakamu) menatap Iqbaal dengan tajam kala Iqbaal menyudutkannya di balik pintu.
Iqbaal mundur beberapa langkah setelah mendengar sentakan (Namakamu), menatap gadisnya dengan fruatasi. "Kenapa, sih (Nam)? Harus banget kita ribut cuma karena masalah sepele kayak gini?"
(Namakamu) memandang Iqbaal tidak percaya, sepele katanya.
"Kamu udah buat aku ngerasa nggak enak hati sama keluarga kamu, karena tingkah kamu tadi."
"Aku begitu karena peduli sama kamu, nggak usah permasalahin hal sepele kayak gini."
"Sepele? Aku bahkan merasa nggak enak sama keluarga kamu, tapi kamu malah bilang kalo hal ini sepele? Apa keputusan kamu untuk lanjut kuliah di luar negeri adalah hal sepele juga?" tanya (Namakamu), menatap Iqbaal dengan raut wajah yang sulit di jelaskan.
"Aku tau ini hidup kamu. Tapi, apa nggak bisa sedikitpun kamu libatin aku dalam keputusan kamu itu?"
"Kamu minta aku buat terbuka sekecil apapun masalahnya, tapi kamu nggak ngelakuin hal itu sama aku." lanjut (Namakamu).
Iqbaal terdiam, dia tidak menyangka bahwa keputusannya ini justru malah membuat gadisnya merasa keberatan. Iqbaal pikir dengan membiarkan gadis itu tidak mengetahui kepergiannya dalam waktu dekat adalah hal yang baik, nyatanya perkiraan Iqbaal salah.
"Berarti kamu udah nggak peduli sama aku."
Iqbaal memandang gadisnya, "Kamu ngomong apa, sih? Aku sayang sama kamu, mana bisa aku nggak peduliin kamu."
Mata (Namakamu) berair begitu mendengar pernyataan Iqbaal, kepalanya menggeleng. "Kamu nggak sayang aku." lirihnya.
Iqbaal terkejut mendengar pernyataan gadisnya, dia mendekat kemudian menangkup kedua pipi sang gadis yang langsung di tepis dengan kasar.
"Aku minta maaf."
(Namakamu) menatap Iqbaal meski pandangannya memburam karena genangan air mata, "Sejak kapan kamu punya rencana buat kuliah di luar negeri?" tanya (Namakamu).
![](https://img.wattpad.com/cover/121047885-288-k114522.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] My Choice [IDR] ✔✔ (Revisi)
FanfictionKarena kamu adalah pilihanku sequel of LDR Rank # 649 in Fanfiction [30/10/2017] 75 in fanfiction [7 maret 2018]