Sejak selesai menghabiskan makan malamnya, Iqbaal selalu gusar tiap kali memandang ponsel yang tidak juga memunculkan notifikasi dari (Namakamu). Tadi, setelah acara promo di lokasi pertamanya selesai gadis itu bertemu dengan dua temannya yang rupanya hadir di acara tersebut.
(Namakamu) meminta Iqbaal untuk langsung pulang ke hotel sementara gadis itu ingin menghabiskan waktu bersama dua temannya. Awalnya Iqbaal tidak setuju, tapi gadis itu pandai meyakinkan Iqbaal membuat Iqbaal mau tidak mau setuju dengan syarat tidak boleh pulang larut, jangan lupa makan malam dan hubungi Iqbaal jika ingin pulang.
Namun, sampai pukul sepuluh sang gadis masih belum juga memberinya kabar. Menghampiri kamar gadis itu pun rasanya hanya akan membuang waktu saja mengingat dia tidak memiliki akses untuk masuk ke kamar gadisnya.
"Men, cewek gue udah pulang apa belum ya?"
Omen yang sedari tadi merebahkan tubuhnya langsung saja terduduk, "Lho, emang belum ngabarin lo?"
Iqbaal menggelengkan kepalanya, "Kalo dia udah ngabarin, gue nggak akan sekalut ini, Men."
Iqbaal menempelkan ponsel ke telinganya, namun panggilan tersebut diakhiri oleh operator tanpa sempat dijawab oleh gadisnya. Hal itu semakin membuat Iqbaal khawatir, dia takut gadisnya kenapa-napa meskipun gadis itu pergi bersama dua temannya. Dia tahu ini di Bandung, tempat di mana gadisnya pernah tinggal. Tapi, Iqbaal merasa bahwa keselamatan gadis itu adalah tanggung jawabnya. Dia menyesal, karena tidak ikut bergabung bersama sang gadis dan dua temannya.
"Cek kamarnya aja, minta kunci sama resepsionis." ucap Omen membuat Iqbaal merutuk karena tidak sempat memikirkan hal itu sejak tadi.
Saat Iqbaal hendak keluar kamar, ponselnya langsung berbunyi tanda ada panggilan masuk. Senyum Iqbaal langsung terbit begitu tau bahwa panggilan tersebut dari gadisnya.
"Sayang, kamu kemana aja? Udah pulang atau belum? Kenapa nggak ngasih kabar, sih?" ucap Iqbaal tanpa basa-basi, laki-laki itu bahkan tidak sempat menyapa gadisnya seperti yang biasa dia lakukan.
Terdengar ringisan di seberang sana membuat Iqbaal kebingungan, gadisnya seperti tengah menahan sakit. "Aku udah di kamar dari tadi, tapi.. kamu bisa ke sini, nggak?"
"Tunggu bentar." Iqbaal langsung keluar dari kamar setelah memberitahu pada Omen bahwa gadisnya sudah berada di kamarnya.
Iqbaal mengetuk kamar gadisnya yang langsung di buka, terlihat wajah sang gadis yang terlihat lesu sambil memegang perutnya seraya menahan sakit.
"Kamu kenapa?" tanya Iqbaal melihat sang gadis yang sudah kembali merebahkan tubuhnya diatas ranjang dengan posisi miring menghadap Iqbaal.
"Perut aku sakit banget, Baal." keluh (Namakamu) membuat Iqbaal membulatkan matanya, otaknya berpikir kira-kira apa yang menyebabkan sakit di perut gadisnya. Biasanya, jika perempuan mengalami hal seperti ini pasti karena tamu bulanannya, kan? Tetehnya selalu mengeluh kesakitan, gadisnya juga beberapa kali melakukan hal yang sama.
"Kamu halangan?" tanya Iqbaal ragu, entah mengapa dia merasa bahwa gadisnya kesakitan karena hal lain. Dan benar saja, sang gadis menggelengkan kepalanya sambil berdesis menahan sakit.
Iqbaal mengusap kening sang gadis yang berpeluh, ikatan rambutnya sudah berantakan karena (Namakamu) menggulingkan tubuhnya kesana kemari. Sesakit itu, kah?
"Kamu makan apa? Kenapa bisa sakit perut kayak gini?"
(Namakamu) memandang Iqbaal kemudian meringis, "Tapi, janji jangan marah."
"Tergantung, karena apa dulu."
(Namakamu) langsung merengek sambil mengeluh kesakitan membuat Iqbaal menghembuskan napasnya, baiklah lebih baik menuruti permintaan gadis itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/121047885-288-k114522.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] My Choice [IDR] ✔✔ (Revisi)
FanfictionKarena kamu adalah pilihanku sequel of LDR Rank # 649 in Fanfiction [30/10/2017] 75 in fanfiction [7 maret 2018]