#16

7.3K 729 39
                                    

(Namakamu) memijit keningnya kala seorang guru tengah menjelaskan sebuah rumus di pelajaran Matematika. Sebenarnya bukanlah hal yang sulit, namun sedari dulu dia tidak menyukai pelajaran membosankan itu.

Ini bukan ulangan harian, namun suasana kelas terlihat begitu tegang tanpa ada yang berani untuk mengeluarkan suaranya meski hanya untuk meminjam penghapus. Guru Matematika mereka memang terkenal galak, namun terkadang asyik untuk diajak bercanda. Di setiap menerangkan materi, selalu diselipkan hal-hal lucu agar muridnya tidak terlalu stress. Namun tetap saja, Matematika tetaplah Matematika. Memusingkan.

"Anjir, kapan kelarnya sih?!" desis Dianty yang terduduk di sebelah (Namakamu).

(Namakamu) mengalihkan pandangan kearah Dianty yang terlihat gelisah, dia pikir hanya dia yang malas dengan pelajaran membosankan ini. Rupanya, Dianty pun merasakan hal yang sama.

"Masih ada 25 menit lagi." ucap (Namakamu) seraya meringis menatap ekspresi wajah Dianty.

"Ya Tuhan, gue udah bete. Kenapa rasanya lama banget, coba?"

(Namakamu) tidak menggubris, dia kembali menatap kearah papan tulis sesekali menunduk karena dia harus menuliskan rumus yang tertera di papan tulis.

"Ada yang bisa maju ke depan?" sang guru menatap para muridnya.

(Namakamu) dan Dianty menggeleng pasrah, terlalu malas untuk bergerak.

Salah satu teman dari mereka pun memberanikan diri untuk maju, kemudian mengerjakan soal yang ada di papan tulis dengan cepat. (Namakamu) dan Dianty sampai berdecak kagum.

"Dia manusia apa robot, sih?" celetukan Dianty membuat (Namakamu) refleks tertawa. Suara tawa (Namakamu) mengundang tatapan seluruh anak kelas di karenakan keadaan kelas tengah hening.

"Kamu kenapa ketawa?" tegur sang guru, "Ngobrol, ya?!"

(Namakamu) menggeleng takut, "Enggak bu, maaf." kali ini perlakuan (Namakamu) dimaafkan, kemudian kembali menatap kearah papan tulis. Mengecek jawaban soal yang dia beri tadi.

Guru itu tersenyum puas, "Baik, jawabannya benar." ucap guru tersebut kemudian memilih terduduk di kursi kebesarannya. Membuka buku cetak sebelum akhirnya kembali menatap seluruh murid yang ada di kelas.

"Kalian kerjakan buku cetak dari halaman 14 sampai 43, pilihan gandanya saja."

Dianty mendelik begitu pula dengan (Namakamu), keduanya membuka buku cetak dan mengeluh setelah melihat soal Matematika yang tertera di sana. Memang hanya pilihan ganda, namun jika dijumlahkan keseluruhannya ada 70 soal.

Kring..
Bel pertanda jam pelajaran berganti membuat semua murid dapat bernafas lega, akhirnya mereka dapat terbebas dari jam neraka di sekolah.

"Karena waktu sudah habis, kalian bisa mengerjakannya di Rumah dan kumpulkan minggu depan." ucap guru tersebut kemudian membereskan seluruh barang bawaannya lalu pamit meninggalkan kelas.

(Namakamu) menyandarkan tubuhnya disandaran kursi, menghembuskan nafas lelahnya akibat 2 jam pelajaran Matematika yang begitu menguras tenaga dan pikirannya.

"Jam selanjutnya apaan?" tanyanya pada Dianty.

Dianty yang tengah menopang dagu pun mengalihkan pandangannya kearah (Namakamu), "PKN, 2 jam." jawabnya.

(Namakamu) memutar posisi badannya menghadap belakang, membuka tasnya dan mengambil buku pelajaran selanjutnya yaitu PKN. Selama 2 jam. Pelajaran membosankan seteah Matematika menurutnya.

Selesai mengambil buku, ternyata guru PKN itu langsung memasuki kelas dengan sebuah senyuman. Senyum mencurigakan.

Pandangan guru tersebut beralih pada papan tulis yang penuh dengan rumus Matematika. Menggelengkan kepalanya dan meringis menatap rumus tersebut.

[2] My Choice [IDR] ✔✔ (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang