(Namakamu) masuk ke dalam rumah bersama si pemilik rumah di sebelahnya yang sejak mereka turun dari mobil selalu setia merangkul pinggangnya. Mereka mengucap salam, yang langsung dijawab dengan dua perempuan berhijab di dalam sana.
Rike menyambut (Namakamu) dan memeluk gadis itu, "Selamat, sayang. Akhirnya kamu lulus juga." ucap Rike kemudian menangkup gemas pipi gadis itu yang membuat (Namakamu) tersenyum, "Maaf, Bunda nggak bisa ikut nyaksiin."
"Nggak papa, Bund."
Pandangan (Namakamu) langsung beralih kearah Ody, mereka langsung berpelukan. "Happy graduation adik kesayangan yang harus Teteh akui kalo kamu semakin hari semakin cantik." kata Ody seraya mengeratkan pelukan mereka.
"Makasih, Teh."
"Yoi, bakal jadi anak UI dong kamu?" goda Ody membuat (Namakamu) tertawa renyah ketika Ody mengajaknya untuk ber-highfive.
"(Namakamu), ayo ikut aku!" ajak Iqbaal kemudian menarik (Namakamu) untuk menuju kamarnya meninggalkan Ody dan Rike yang kembali sibuk dengan aktivitas awalnya.
Iqbaal membuka pintu kamarnya, mempersilahkan sang gadis untuk masuk terlebih dahulu disusul dengan dia di belakang gadis itu. Balkon menjadi pilihan utama (Namakamu), pandangannya terpusat pada jalanan diarea komplek perumahan Iqbaal yang selalu sepi.
"Aku lupa bilang sesuatu sama kamu," ucap Iqbaal, wajahnya menoleh kearah sang gadis. "Kamu cantik, aku sampe pangling tadi." lanjut Iqbaal diakhiri dengan kekehan malu nya.
Iqbaal melihat wajah (Namakamu) yang memerah disertai dengan seulas senyuman tipis, tidak ada tanggapan lebih selain itu. Membuat Iqbaal memandang wajah sang gadis dengan intens.
Iqbaal menyadari suatu hal, kemurungan yang dipancarkan dari wajah sang gadis. Meski tidak terlalu kentara, tapi Iqbaal mampu melihat dan menyadarinya. Maka dari itu, Iqbaal langsung berjalan mendekat kemudian berdiri di samping sang gadis. Ikut memandang objek yang dipandangi oleh (Namakamu).
"Hari ini kamu lulus, berapapun nilainya yang penting kamu udah berusaha. Aku seneng kamu bisa keterima di Universitas Indonesia, nggak gampang untuk bisa ada di sana." Iqbaal menoleh kearah sang gadis yang rupanya tengah memandangnya, memunculkan senyuman tipis yang begitu lembut dan menenangkan perasaan (Namakamu) yang tengah kacau.
Kacau karena banyak hal yang timbul di pikirannya. Harusnya, dia bahagia karena hari ini adalah hari kelulusannya. Hari yang dia tunggu-tunggu sejak awal masuk SMA. Tapi, ada beberapa hal yang rupanya muncul dan merusak keindahan hatinya.
"Apa yang kamu pikirin? Aku perhatiin dari di perjalanan muka kamu agak murung." ujar Iqbaal dengan lembut membuat (Namakamu) menundukkan kepalanya sebentar sebelum akhirnya kembali terangkat, semilir angin lewat dengan lembut namun dapat menggerakan helaian rambut (Namakamu) yang menjuntai.
Memandang Iqbaal dengan tatapan sendunya, "Sedari awal aku emang nggak berharap bisa jadi siswa prestasi, aku nggak memaksakan diri untuk itu. Tapi, setelah ngeliat tadi aku ngerasa jadi anak yang gagal. Aku nggak bisa ajak Mama sama Papa buat berdiri di atas panggung untuk menyambut prestasi aku."
(Namakamu) menghembuskan napasnya, "Harusnya aku lebih sadar diri, aku ini pacar kamu. Sosok laki-laki yang nggak cuma ganteng dan berbakat aja tapi juga berprestasi, buktinya kamu bisa bawa pulang dua penghargaan sekaligus. Sedangkan aku?"
"Hei," Iqbaal menyibakkan helaian rambut (Namakamu) dengan lembut dan tatapan yang tak kalah teduh, "Aku nggak suka kalo kamu begitu, semua orang punya batas kemampuannya masing-masing. Orang-orang nggak tau gimana perjuangan kamu selama ini sampe akhirnya bisa masuk ke Universitas impian kamu, jangan pernah ngerendahin diri kamu sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] My Choice [IDR] ✔✔ (Revisi)
FanfictionKarena kamu adalah pilihanku sequel of LDR Rank # 649 in Fanfiction [30/10/2017] 75 in fanfiction [7 maret 2018]