#12

8.3K 817 28
                                    

Keduanya sudah masuk ke dalam mobil dengan sabuk pengaman yang sudah terpasang di tubuh mereka masing-masing. Namun, Iqbaal tidak juga menjalankan mobilnya padahal sudah lebih dari lima menit mereka ada di sini.

"Kok, nggak di jalanin mobilnya?! Katanya, mau pulang."

"Cerita!" ucap Iqbaal menoleh sekilas kearah gadisnya membuat dahi (Namakamu) mengernyit bingung.

"Cerita apa?"

Iqbaal menghembuskan napasnya, dia merubah posisi duduknya agar bisa menghadap (Namakamu) dan memandang penuh kearah gadis itu.

"Cerita yang tadi," ujarnya gemas.

"Yang tadi, yang mana?"

"Yang kamu melamun tadi! Aku tau, pasti ada yang kamu pikirin, kan? Muka kamu nggak bisa nyembunyiin itu dari aku." ucap Iqbaal membuat (Namakamu) paham apa yang sedari tadi Iqbaal maksud.

"Ah, itu.." Gadis itu terdiam sejenak, haruskah dia menceritakan apa yang dia pikirkan sejak tadi? Rasanya, akan sangat berebihan sekali. Juga terkesan seperti membesarkan masalah yang terbilang sepele.

"Aku cuma lagi mikir aja, kalo misalkan udah masuk sekolah bisa atau enggak sosialisasinya." alibi (Namakamu). Gadis itu melirik sekilas kearah Iqbaal disertai dengan senyuman tipisnya sebelum akhirnya mengalihkan pandangan kearah lain.

"Kamu gitu sekarang."

(Namakamu) kembali menoleh kearah Iqbaal kemudian memandang laki-laki itu dengan bingung, "Gitu gimana?"

"Tertutup." cetus Iqbaal dengan wajah datarnya membuat (Namakamu) sedikit gelagapan, tidak tahu harus berbicara apa.

"Ng-nggak gitu, Iqbaal. Aku cuma ngerasa ini hal yang sepele karena sikap berlebihan aku aja, nggak ada hal lain."

"Sama aja, intinya kamu tertutup!" cetus Iqbaal. Dia memilih untuk bersiap menjalankan mobilnya tanpa menoleh lagi kearah (Namakamu).

Sikap Iqbaal membuat (Namakamu) merasa amat sangat bersalah, apalagi pandangan Iqbaal hanya fokus pada jalan. Raut wajah laki-laki itu juga terlihat lebih muram dari pada yang sebelumnya.

"Baal,"

"Nggak usah ngomong sama aku sebelum kamu siap buat cerita!" pinta Iqbaal membuat (Namakamu) kembali membungkam bibirnya.

Gadis itu melirik ragu kearah Iqbaal yang sama sekali tidak mempedulikannya, pandangannya beralih kearah jalanan yang nampak lengang saat ini. Keadaannya begitu hening, sangat berbanding terbalik dengan suasana saat berangkat tadi.

Dan itu benar-benar membuat (Namakamu) tidak tahan, "Oke, aku bakalan cerita!" ucap (Namakamu).

Setelah mendengar ucapan (Namakamu), Iqbaal langsung menoleh disertai dengan senyuman manisnya. Tangannya terangkat untuk mengusap puncak kepala gadisnya.

"Tunggu bentar, ya." ucap Iqbaal, tak lama mobil yang dikendarai berhenti di sebuah taman luas namun sepi yang membuat (Namakamu) kembali bingung.

"Kok, ke sini?" (Namakamu) memandang Iqbaal dengan dahi yang mengerut.

"Katanya mau cerita, aku rasa nggak bakal enak kalo cerita di dalam mobil." jawab Iqbaal lalu mengisyaratkan gadisnya agar turun. (Namakamu) tersenyum seraya mengikuti perintah Iqbaal.

Siang menjelang sore hari seperti sekarang, tamannya masih terlihat sepi. Tapi, bukan berarti tidak ada pengunjung. Hanya saja, tidak seramai jika waktu menjelang sore hari.

Di sini juga tersedia banyak pedagang kaki lima, yang membuat (Namakamu) merasa ingin mencoba semua makanan yang di jual di sini.

"Kamu mau beli makanan atau minuman apa, gitu?" tawar Iqbaal seraya menggandeng tangan gadisnya semakin masuk ke dalam taman.

[2] My Choice [IDR] ✔✔ (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang