#43

6.3K 781 103
                                    

(Namakamu) merebahkan tubuhnya diatas ranjang dengan mata yang terpejam, tidak peduli jika seragam sekolah masih melekat di tubuhnya serta rambut yang mulai keluar dari jilbab yang dikenakannya. Jum'at ini dia merasa amat sangat kelelahan, padahal kegiatannya di sekolah tidak berbeda jauh dari Jum'at biasanya. Hanya ada tambahan praktek rohani.

Ponselnya berdering membuat mata (Namakamu) terbuka lalu merogoh saku seragam untuk mengambil ponselnya, rupanya panggilan video tersebut datang dari Iqbaal membuat (Namakamu) segera mengangkatnya.

"Hai," sapa (Namakamu) dengan pelan sambil melambaikan tangannya dengan lelah, membuat Iqbaal yang terlihat sudah tampan di seberang sana terkekeh renyah melihatnya.

"Hai, belum siap-siap?" tanya Iqbaal.

(Namakamu) menggelengkan kepalanya, "Belum, kamu udah?"

"Udah, ini mau jalan ke rumah kamu." ucap Iqbaal membuat (Namakamu) menoleh kearah jam yang menempel di dinding kamarnya, sudah pukul 4 rupanya.

"Kamu jadi ikut atau enggak?" tanya Iqbaal membuat (Namakamu) terkesiap dan langsung mengerucutkan bibirnya, tentu saja dia ikut. Kapan lagi bisa pergi ke Bandung disaat dirinya sibuk sekolah seperti ini? Apalagi, perginya bersama Iqbaal.

"Iya, ikut. Yaudah, aku siap-siap dulu."

Sambungan mereka terputus, hal itu membuat (Namakamu) langsung masuk ke dalam walk in closetnya untuk bersiap. Tidak membutuhkan waktu lama, dia sudah keluar dari walk in closet dengan wajah yang lebih segar dan pakaian sederhananya.

Hanya sebuah dress ketat berwarna putih sepanjang lututnya ditambah aksen kotak susu berwarna navy, dibalut dengan sweater crop berwarna putih dan juga sepatu dengan warna yang senada.

Rambutnya hanya di cepol biasa dengan ditambahi bandana agar terlihat lebih rapih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rambutnya hanya di cepol biasa dengan ditambahi bandana agar terlihat lebih rapih. Untuk urusan make up, seperti biasa. Hanya natural saja.

Merasa sudah rapih, (Namakamu) langsung menyelempangkan tas kecil yang cukup untuk meletakkan dompet, powerbank, charger, kartu-kartu penting, bedak dan lipstick. Dia menggeret koper mininya yang cukup untuk menyimpan barang kebutuhannya selama dua hari tiga malam di sana. Kemudian keluar dari kamarnya.

Di ruang tamu, rupanya sudah ada Iqbaal yang terlihat tengah berbincang dengan Indah. Menyadari kehadirannya, mereka berdua langsung menoleh dan menyunggingkan senyuman kecil.

"Iqbaal izin ajak (Namakamu) nya, Tante."

"Iya, Baal." Indah tersenyum seraya menganggukkan kepalanya, matanya beralih kearah sang anak. "Kamu jangan bikin keributan di sana, jangan ngerepotin Iqbaal sama yang lain."

Senyum yang mengembang di bibir (Namakamu) hilang setelah mendengar ucapan Indah, berganti dengan bibir yang mengerucut. "Kesannya aku kayak pembuat onar."

Indah terkekeh sementara Iqbaal hanya menahan tawanya, "Yaudah, Tante. Iqbaal sama (Namakamu) pamit dulu udah sore, kalo kelamaan nanti kemaleman sampe Bandungnya."

[2] My Choice [IDR] ✔✔ (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang