#18

7.1K 792 64
                                    

(Namakamu) menghembuskan napasnya dengan sebal, sudah sejak hampir satu minggu Iqbaal pergi ke luar kota karena ada urusan filmnya. Dan sudah dua hari ini laki-laki itu tidak membalas pesannya sama sekali. Dia mengerti, Iqbaal memiliki kesibukan di luar sana. Namun, Iqbaal tidak pernah mengabaikan pesannya sesibuk apapun laki-laki itu. Dan, dia tidak terbiasa dengan keadaan seperti ini.

Ditambah lagi, banyak beredar foto Iqbaal bersama lawan mainnya di Instagram. Dia sudah tau sejak dulu jika ini adalah resiko yang harus dia terima. Kadang, dia merasa bosan ketika banyak tagged di akun Instagramnya. Namun, foto tersebut tidak berkaitan dengan dirinya.

Suka aneh memang, bahkan foto Resta pun ada di tagged akun instagramnya.

Hari ini hari Jum'at, satu sekolah khususnya perempuan diwajibkan untuk mengenakan hijab. (Namakamu) membenarkan rambutnya yang sedikit keluar dari hijabnya kemudian berjalan masuk kedalam kelas.

Matanya menatap Dianty yang kini tengah fokus membaca sebuah buku tebal yang membuat (Namakamu) meringis melihatnya. Dianty memang gemar membaca, apalagi yang sudah bersangkutan dengan Fiksi.

"Baca apa, Dant?" tanya (Namakamu) usai terduduk di kursi miliknya.

Dianty mengalihkan pandangan dari buku, "Novel. Ini seru banget, lho. Lo harus baca! Biar baper bareng-bareng sama gue." ucap Dianty dengan antusias.

(Namakamu) meringis, dia tidak pernah membaca sebuah Fiksi dalam bentuk buku. Menurutnya, itu sangat membosankan. Apalagi jika isinya lebih dari 500 halaman.

"Gue nggak suka baca novel."

Dianty menghembuskan napasnya, memandang (Namakamu) dengan datar, "Ini seru, tau! Itung-itung ngisi waktu luang. Apalagi kalo misalkan nggak dapet kabar dari doi, dari pada gue nethink mending baca buku." celetuk Dianty membuat (Namakamu) yang semula meringis kini menatap lurus dengan tatapan kosongnya.

Benar juga! Dari pada dia berpikiran yang tidak-tidak tentang Iqbaal, lebih baik dia menyibukkan diri sambil menunggu kabar dari Iqbaal.

"Yaudah, kalo lo udah selesai baca gue pinjem, ya."

Dianty tersenyum dan mengangguk antusias, "Gue tinggal satu bab lagi, kok. Hari ini bakal gue selesaiin bacanya."

(Namakamu) menganggukkan kepalanya dan kembali termenung. Hingga akhirnya, suara Dianty kembali membuyarkan lamunannya.

"Lo udah ngerjain Matematika yang 70 soal itu, belum?"

(Namakamu) melotot karena dia baru ingat perihal tugas itu, "Yaampun gue lupa!" jerit (Namakamu) histeris.

"Santai, sih sebenernya. Masih ada waktu tiga hari juga."

(Namakamu) merengut, "Susah nggak?"

"Lumayan, gue udah ngerjain sih beberapa nomor."

"Ck! Gue belum sama sekali, nih."

"Santai sayangku, masih lama waktunya." Dianty terkekeh melihat ekspresi (Namakamu) yang terlihat sedikit bingung.

(Namakamu) berdecak kemudian melirik Dianty sekilas, "3 hari lo bilang lama, Dant? Sekali kedip juga udah langsung lewat!" rutuk (Namakamu) sambil mengerucutkan bibirnya.

Ini yang dia tidak suka, mengapa dirinya harus lemah di bidang Matematika? Tidak terlalu buruk sebenarnya, hanya saja Nilai Matematikanya itu sangat pas-pasan. Masih kurang dari target pencapaiannya.

**

Sepulang sekolah, (Namakamu) langsung masuk kedalam kamar usai menemui Indah yang tengah menonton televisi di ruang keluarga.  Rencananya, dia ingin membaca novel selama seharian ini. Namun, lebih baik dia mengerjakan tugas Matematika nya dulu. Karena jika tidak begitu, dia takut lupa. Mengingat kebiasan pelupanya yang memang sudah melekat pada dirinya.

[2] My Choice [IDR] ✔✔ (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang