#10

8.9K 823 4
                                    

Sedari tadi, Iqbaal sibuk berkutat dengan ponselnya sementara (Namakamu) masih menyandarkan kepalanya di pundak Iqbaal sesekali memainkan ponselnya atau memperhatikan kegiatan yang Iqbaal lakukan.

"Yaang, temen-temen aku ngajakin ketemuan." ucapan Iqbaal membuat (Namakamu) merubah posisinya, mengangkat kepalanya lalu memandang Iqbaal dengan wajah polosnya.

"Yaudah, kalo gitu anter aku pulang."

"Ih, jangan," Iqbaal mengacak puncak kepala gadisnya, "Kamu ikut aja, temenin aku ke sana."

Bibir (Namakamu) mengerucut lalu kembali menyandarkan kepalanya di pundak Iqbaal, "Malu tau aku."

Iqbaal terkekeh kemudian mencubit gemas hidung gadisnya, "Kamu kebanyakan malu, nanti jadinya malu-maluin." cibir Iqbaal. (Namakamu) meringis akibat cubitan Iqbaal namun setelahnya dia memberikan cengiran karena ucapan Iqbaal.

"Mau, ya?" ajak Iqbaal menatap gadisnya dengan penuh harap. (Namakamu) tersenyum dan menganggukkan kepalanya membuat Iqbaal tersenyum cerah. Mengecup singkat dahi sang gadis.

"Yaudah, yuk! Pamit sama yang lain."

"Lho, berangkat sekarang?" tanya (Namakamu) seraya kembali merubah posisi duduknya menjadi tegak, sementara Iqbaal sudah berdiri dari duduknya.

"Iya, sayang. Ayo!" ajak Iqbaal menarik kedua tangan gadisnya agar ikut berdiri dan berjalan menghampiri Bunda dan juga Tetehnya yang sibuk memasak di dapur.

"Bunda, Teteh, Ale nggak makan di rumah. Soalnya diajak ketemuan sama anak oxigen." ucap Iqbaal pada kedua perempuan itu.

Ody yang tengah memotong sayuran pun menghentikan kegiatannya, lalu menatap Iqbaal dengan sebal, "Kok mendadak, sih? Teteh kan mau makan siang sama (Namakamu)." rutuknya.

(Namakamu) tersenyum kecil, "Nanti, lain kali kita makan bareng ya, Teh."

"Beneran, ya?"

Iqbaal berdecak, "Teteh lebay banget, sih. (Namakamu) udah menetap di Jakarta, nggak bakal balik ke Bandung lagi. Jadi, kalian bisa ketemu kapan aja. Kalo perlu, makan pagi, siang sama malem barengan juga bisa." celetuk Iqbaal membuat Ody mencebikkan bibirnya dengan kesal.

Rike terkekeh pelan, "Yaudah, kalian berangkat sana, takut temen-temennya pada nunggu."

"Siap, Bund!" Iqbaal mencium punggung tangan Rike dan Ody bergantian begitu juga dengan (Namakamu).

"Assalamu'alaikum." ucap keduanya kemudian pergi meninggalkan Rike dan Ody dengan tangan Iqbaal yang merangkul pinggang (Namakamu) posesif.

Ody menatap punggung Iqbaal dan (Namakamu) yang perlahan menghilang dibalik pintu. Kemudian berdecak kagum, "Mereka masih awet aja, ya."

"Kamu doain mereka putus?"

Ody terkesiap kemudian refleks menggeleng, "Ya, enggak lah. Maksud aku, mereka tuh kayaknya bisa banget ngejaga hubungan mereka. Adem banget gitu, nggak ada ributnya sama sekali."

"Yang ngejalanin, kan, mereka. Makanya kamu nggak tau. Emangnya, setiap mereka ribut harus selalu ngasih tau ke kamu? Enggak, kan?"

Ody memberikan cengiran khasnya, "Iya juga, sih."

**

[2] My Choice [IDR] ✔✔ (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang