#34

6K 765 32
                                    

Hai semuanya, aku kembali... Cepet kan? Nggak ngaret kayak biasanya kan? Ekekek:))

Happy reading📖

✉✉✉

Bencana besar bagi Iqbaal ketika melihat sang gadis kini tengah mengerucutkan bibirnya, harusnya dia tidak perlu khawatir karena alasan perubahan gadisnya bukan karena dirinya. Hanya saja, Iqbaal tidak menyukai bagaimana ekspresi sang gadis yang begitu tidak enak di lihat.

"Kamu kenapa, sih?" tanya Iqbaal dengan lembut, harus begitu. Karena jika nadanya salah sedikit, sang gadis akan tersinggung dan menunjukkan kemurkaannya. Mungkin saat ini Iqbaal terdengar seperti melebih-lebihkan.

(Namakamu) melirik Iqbaal, saat ini mereka tengah berada di rumah Iqbaal bersama dengan Aldi dan Kiki. Hanya berkumpul usai melakukan latihan terkhir sebelum mereka konser yang akan di laksanakan pada esok hari.

"Tadi Syifa nelpon katanya nggak bisa ikut nonton konser kalian. Gila nggak? Konsernya udah besok, dan mereka baru ngabarin hari ini." sungut (Namakamu) dengan mata yang berkaca-kaca, mengeluarkan kekesalannya yang sejak tadi dia tahan karena tidak bisa mengamuk di depan kedua sahabatnya.

Padahal, tiga tiket sudah ada di tangan yang sengaja dia beli dengan uangnya sendiri di Minggu lalu. Sekalipun Iqbaal memaksa untuk memberikannya secara cuma-cuma, tapi dia tidak mau menerimanya karena dia ingin menjelema menjadi penggemar CJR yang seutuhnya.

"Terus, tiketnya gimana?"

(Namakamu) menggeleng, mengambil bantal sofa yang ada di dekatnya kemudian dipeluknya dengan erat. Kiki dan Aldi kini sibuk duduk di lantai yang beralaskan karpet bulu sambil memainkan PS milik Iqbaal.

"Nggak tau, aku nggak mood."

"Tapi kamu tetep dateng, kan?" tanya Iqbaal.

(Namakamu) mengangkat kedua bahunya, "Nggak tau."

Iqbaal menghembuskan napasnya kasar. Baik, sepertinya untuk saat ini Iqbaal harus membiarkan sang gadis menenangkan pikirannya terlebih dahulu. Karena jika dia tetap memaksa membahasnya saat ini juga, gadis itu akan mengamuk dan membatalkan kehadirannya di konser CJR. Iqbaal tidak ingin hal itu terjadi.

"Aku ke kamar kamu, ya." ucap (Namakamu) pada Iqbaal kemudian bangkit meninggalkan ruang keluarga. Iqbaal membiarkannya saja, mungkin sang gadis membutuhkan waktu sendiri dan beristirahat di sana.

"Lho, (Namakamu) mana?" tanya Kiki dan Aldi bersamaan yang rupanya sudah selesai dengan kegiatan mereka.

Iqbaal menyandarkan punggungnya di sandaran sofa, "Di kamar gue, ngantuk mungkin."

Keduanya hanya membulatkan mulut tanpa bersuara, Kiki melirik jam yang melingkar di tangannya. "Gue pulang, ya. Udah sore."

"Iya, gue juga." timpal Aldi yang langsung diangguki oleh Iqbaal. Dia mengantar kedua laki-laki itu hingga keambang pintu dan memastikan keberadaannya sudah tidak terlihat lagi di sekitar rumahnya.

Setelahnya, Iqbaal langsung beranjak menuju kamarnya. Dia penasaran, apa yang dilakukan sang gadis di dalam sana. Bibirnya mengulas senyum begitu melihat sang gadis yang tengah merebahkan tubuh di atas ranjangnya dengan posisi membelakangi Iqbaal juga selimut yang menutupi sebagian tubuhnya. Iqbaal tahu gadis itu tidak tertidur, karena sesekali dia bergerak membenarkan posisinya.

"(Nam)," Iqbaal terduduk di belakang (Namakamu) lalu mengusap rambut gadis itu dengan lembut.

(Namakamu) membalikkan badannya kemudian langsung memeluk Iqbaal, "Bang Kiki sama Aldi udah pulang?"

Iqbaal membalas pelukan sang gadis, "Udah, makanya aku ke sini. Kamu nginep aja, ya?"

"Terserah." ucap (Namakamu) kemudian melepaskan dekapannya, kembali merebahkan tubuh dengan posisi membelakangi Iqbaal.

[2] My Choice [IDR] ✔✔ (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang