#9

9.7K 791 7
                                    

Iqbaal mengetuk pintu utama rumah gadisnya, sambil menunggu dia mencoba untuk merapihkan penampilannya kembali seperti menyisir rambutnya atau membenarkan kerah kemeja yang dikenakannya.

Pintu terbuka, muncul Indah yang juga diiringi dengan senyuman manisnya.

"Eh, Iqbaal. Mau main, ya?"

Iqbaal mencium punggung tangan Indah, "Iya, tante."

"(Namakamu) nya masih siap-siap, nunggu di dalem aja yuk!" ajak Indah seraya membuka pintu rumahnya dengan lebar, mempersilahkan Iqbaal untuk masuk ke dalam rumahnya.

Iqbaal menggeleng sopan, "Nggak usah, tante. Saya nunggu di sini aja."

"Lho, jangan begitu. Masa tamu nunggunya di luar? Nggak enak sama tetangga yang lain."

Iqbaal terkekeh, tak lama dari itu (Namakamu) datang dengan kemeja putih yang lengannya sengaja digulung hingga sesiku, celana jeans hitam dan juga sepatu berwarna putih. Tas selempang hitam yang bertengger di lengannya serta rambut lurus se-dada yang sengaja digerai, membuat kesan manis gadis itu kian bertambah menurut Iqbaal.

Iqbaal tersenyum kearah (Namakamu) kemudian beralih menatap Indah, "Iqbaal sama (Namakamu) pergi dulu, tante. Titip salam buat om Fauzi." ucap Iqbaal kembali mencium punggung tangan Indah begitu juga dengan (Namakamu).

"Pergi dulu, ma. Assalamu'alaikum "

"Assalamualaikum, tante."

"Waalaikumussalam, hati-hati, ya. Have fun kalian!"

(Namakamu) tersenyum setelah masuk ke dalam mobil milik Iqbaal, dia merubah posisi duduknya setelah Iqbaal berhasil menjalankan mobilnya.

"Mau langsung ke rumah? Beli sesuatu dulu buat keluarga kamu, ya!" pinta (Namakamu) membuat Iqbaal mengangguk nurut.

"Mau beli apa?" tanya Iqbaal.

(Namakamu) bergumam pelan, "Keluarga kamu sukanya apa, sih? Aku takut, kalo beli asal nanti ternyata mereka nggak suka."

Iqbaal tertawa lalu mencubit gemas hidung gadisnya sebentar, "Keluarga aku suka banget sama roti atau brownies gitu."

(Namakamu) berguman pelan, "Yaudah, beli itu aja."

Iqbaal mengangguk lalu melajukan gas mobilnya kala melihat jalanan sudah mulai lengang, ponselnya berdering tanda ada panggilan masuk membuat (Namakamu) menoleh kearah Iqbaal yang terlihat nampak kesibukan mengambil ponselnya.

"Kamu yang angkat, yaang!" suruh Iqbaal seraya menyodorkan ponsel tersebut.

(Namakamu) menerimanya, lalu melihat bahwa Ody lah yang menelpon Iqbaal, "Dari Teteh."

"Halo, Teh." sapa (Namakamu) setelah mengangkat panggilannya, dia memutuskan untuk meloudspeaker panggilan agar Iqbaal juga dapat mendengarnya.

"Lho, (Namakamu) udah sama Iqbaal? Kamu mau ke rumah, kan?" tanya Ody dengan antusias membuat (Namakamu) tersenyum geli.

"Iya, Teh. Ini lagi di jalan." (Namakamu) memandang Iqbaal yang rupanya nampak fokus dengan jalanan. Di sebrang sana, terdengar Ody yang nampak antusias begitu mendengar bahwa (Namakamu) akan bermain ke rumahnya.

[2] My Choice [IDR] ✔✔ (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang