Sudah sekitar tiga hari kejadian malam itu terlewat, Iqbaal merasa harinya hampa apalagi ketika berada di rumah. Sang Kakak yang biasa sering menjahilinya berubah menjadi diam, bahkan hanya berkumpul di saat jam makan. Selebihnya, Ody terlihat sibuk sendiri dengan pekerjaannya. (Namakamu) pun sama, sudah jelas jika gadis itu tengah marah padanya. Gadis itu bahkan bersikap menghindarinya.
Bahkan untuk sekedar mengirim pesan pun rasanya canggung.
"Baal, sendirian aja." sapaan itu membuat Iqbaal menoleh, terlihat seorang gadis berkulit putih dengan rambut sebahunya datang dan duduk di samping Iqbaal disertai dengan senyuman manisnya.
Iqbaal tersenyum tipis, "Emang lagi pengen sendiri aja." ucap Iqbaal seadanya.
Zidny menaikkan sebelah alisnya, namun wajahnya masih terlihat lugu. "Gue ganggu, nggak?"
Iqbaal ingin berkata bahwa keberadaan gadis itu sedikit mengusik ketenangannya, namun tidak mungkin dia mengatakan hal itu secara gamblang dihadapan gadis baik seperti Zidny. Akhirnya, Iqbaal hanya bisa menggelengkan kepalanya saja.
"Denger-denger, lo bakal ambil kuliah di luar negeri. Itu, bener?" tanya Zidny dengan hati-hati.
Wajah Iqbaal yang mula sudah murung berubah menjadi masam setelah mendengar pertanyaan Zidny. Bicara mengenai kelanjutan pendidikannya sama saja membuat Iqbaal kembali mengingat argumentasi antara dirinya dengan sang kekasih malam itu.
"Iya." jawab Iqbaal singkat.
Zidny membasahi area bibirnya begitu mendengar jawaban singkat yang Iqbaal keluarkan, dia menyadari ada hal tidak baik yang terjadi dengan Iqbaal.
"Lo murung banget akhir-akhir ini, ada masalah?"
Iqbaal menghembuskan napas mendengar pertanyaan Zidny, sejujurnya dia enggan menceritakan masalah hubungannya dengan siapapun. Tapi, Ody yang biasanya bisa dia ajak diskusi mengenai hubungannya pun mendiaminya tanpa sebab. Membuat Iqbaal kelimpungan sendiri.
Biasanya, dia selalu mencurahkan isi hatinya pada Rike. Tapi, entah mengapa kali ini dia tidak ingin. Pokok permasalahan antara dirinya dengan (Namakamu) merupakan hal sensitif jika dibicarakan dengan Rike.
"Cuma sedikit kesalah pahaman aja, sih."
"Sama (Namakamu)?" tanya Zidny yang dijawab anggukan pelan oleh Iqbaal.
"(Namakamu) ngerasa gue terlalu menyepelekan hubungan kita, padahal gue nggak pernah berpikiran kayak gitu."
"Kenapa dia bisa ngomong begitu?"
Iqbaal menghembuskan napasnya dengan kasar, mendangakkan wajah dan memandang langit yang terlihat cerah.
"Gue terlambat ngasih tau ke dia kalo gue punya rencana buat kuliah di luar negeri."
Zidny tersenyum tipis, "Pantes." gumamnya.
Iqbaal menoleh kearag Zidny setelah mendengar gumaman gadis itu, "Tapi, kan gue perginya masih lama. Lagi pula, gue tetep bakal kasih tau dia. Cuma nggak secepet ini,"
Zidny tersenyum lembut, "Baal, sebagai pacar, kadang cewek merasa nggak dihargai kalo cowoknya menganggap santai hal sebesar itu. Keputusan lo buat pergi ke luar negeri bukan hal kecil, kuliah itu bukan cuma sebulan dua bulan terus lo bisa balik setelahnya. Wajar (Namakamu) kecewa, gue pun bakal ngelakuin hal yang sama kalo misalkan ada di posisi cewek lo. Ya, tapi ini opini gue sebagai cewek aja sih."
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] My Choice [IDR] ✔✔ (Revisi)
FanfictionKarena kamu adalah pilihanku sequel of LDR Rank # 649 in Fanfiction [30/10/2017] 75 in fanfiction [7 maret 2018]