#23

6.6K 803 72
                                    

Ternyata banyak pembaca baru yang semangat buat vote dan komen, bikin aku jadi makin semangat juga buat revisi dan posting cerita ini huhu:( makasih semuanyaaaa:)))) oke, akhirnya aku mutusin untuk update lg karena nggak sabar buat nunggu tanggapan kalian hehehe

Tapi...... maaf kalo misalkan nggak sesuai sama ekspektasi yaa

Happy reading📖

✉✉✉

Perkataan Iqbaal malam itu benar-benar menusuk hatinya hingga dia tidak bisa tertidur dan menangis semalaman membuat matanya sembab juga wajah yang terlihat kusut tidak bergairah.

Pagi harinya saat sebelum berangkat sekolah dia meminta maaf pada Indah hingga membuat Fauzi sedikit kebingungan atas drama yang dilakukan istri dan anaknya di meja makan, membuat (Namakamu) memutuskan untuk menceritakan kronologi kejadian perihal pertengkaran kecilnya dengan Iqbaal.

"Pertengkaran dalam sebuah hubungan itu hal yang biasa, tinggal kalian yang menanggapinya gimana. Pertengkaran kecil sekalipun bisa menjadi besar kalau kalian berdua nggak bisa mengatasinya, begitu pula sebaliknya." jelas Indah pagi itu yang membuat (Namakamu) mengangguk mendengarnya. Fauzi juga ikut mengeluarkan kata bijak yang membuat dirinya tersadar bahwa dia salah memperlakukan Iqbaal seperti semalam, dia sadar bahwa dirinya terlalu kekanakan.

Hal yang sama dia dapati oleh Dianty, gadis itu nampak terkejut pada dirinya dengan wajah yang sembab begitu sampai di sekolah. Banyak pertanyaan yang gadis itu munculkan namun dia baru menjawab sekenanya membuat Dianty memutuskan untuk menghentikan segala pertanyaan yang ingin dia utarakan. Mungkin gadis itu merasa bahwa (Namakamu) butuh waktu untuk bercerita.

"Lo kenapa?" tanya Dianty begitu mereka tengah beristirahat di kantin sekolah.

(Namakamu) memperhatikan Dianty yang kini tengah sibuk membuka kotak bekalnya, dia menghembuskan napas sejenak merasa bahwa sudah siap kembali menceritakan perihal pertengkaran dirinya dengan Iqbaal.

"Gue.." (Namakamu) menggigit bibir bawahnya, mencoba untuk sebisa mungkin tidak menangis saat ini, "Dant, gue berantem sama Iqbaal." katanya sambil menundukkan kepala kala genangan di matanya kembali hadir.

Dianty mendesis seraya menepuk pelan pundak (Namakamu), melupakan sejenak rasa lapar di perutnya yang sejak tadi meronta minta diisi.

"Berantem kenapa?" tanya Dianty dengan raut wajah yang bersahabat, namun kerutannya terlihat begitu khawatir.

"Iqbaal marah sama gue," racau (Namakamu) disertai dengan isakan kecil membuat Dianty semakin panik saja. Pandangannya beralih kearah penjuru kantin, syukurnya tidak ada yang memperhatikan mereka berdua.

"Iya, tapi apa masalahnya?"

"Gue.. Semalem.." (Namakamu) kembali menceritakan kejadian semalam pada Dianty tanpa ada yang tertinggal sedikitpun, dan Dianty mendengarkannya dengan seksama kemudian menghembuskan napasnya begitu mendengar penjelasan (Namakamu).

"Dia bahkan nggak ngabarin gue, berarti dia marah sama gue, Dant."

Dianty terdiam sejenak, dia mencoba menyimak apa yang sudah diceritakan oleh teman sebangkunya ini, "Seharusnya lo jangan bersikap seenaknya kayak gitu, (Nam). Apalagi sama nyokap lo sendiri, gue setuju sama kata Iqbaal kalo apa yang lo lakuin ke nyokap lo itu nggak baik. Tapi, untungnya lo udah minta maaf juga kan, ke nyokap lo."

"Dan soal Iqbaal, mungkin dia marah karena dia merasa nggak dianggap sama lo. Dia nasehatin lo, udah ngebantu lo buat ngerjain tugas tapi lo malah bersikap seolah-olah nggak butuh dia."

[2] My Choice [IDR] ✔✔ (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang