#5

11.5K 975 16
                                    

Indah berjalan keluar dari kamar sedikit tergesa, "(Namakamu), kalo mau makan siang kamu delivery atau ajak Iqbaal makan di luar aja ya. Bahan makanannya udah abis buat bikin sarapan tadi." seru Indah seraya menghampiri sang anak yang nampak asik memainkan ponselnya.

"(Namakamu), denger nggak apa yang mama bilang?!"

(Namakamu) memandang Indah dengan gemas, "Denger mama, siniin uangnya!" pinta (Namakamu) seraya menadahkan tangannya.

Indah tersenyum seraya menggelengkan kepala lalu memberikan beberapa lembar uang untuk sang anak, "Jangan beli yang aneh-aneh! Mama pergi dulu, Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam." (Namakamu) menjenjangkan lehernya untuk melihat tubuh Indah yang semakin lama semakin menghilang di balik pintu utama rumahnya, kemudian dia kembali berselancar di sosial medianya. Membuka Instagram.

Menyukai beberapa postingan sebelum akhirnya bell rumah berbunyi tanda ada tamu, dia yakin jika itu Iqbaal. Maka dengan cepat dia berlari dan membuka pintu utamanya.

Senyumnya nampak sumringah begitu melihat sosok laki-laki yang amat sangat dia rindukan kini berdiri di hadapannya dengan senyuman manis dan juga seragam sekolah yang masih melekat di tubuhnya.

"I miss you." (Namakamu) langsung menubrukkan tubuhnya ke dalam pelukan Iqbaal hingga dia dapat mendengar kekehan dari laki-laki itu kemudian balasan atas pelukannya.

"I miss you, too."

Mereka masih di posisi seperti itu sebelum akhirnya terlepas, (Namakamu) memandang Iqbaal dengan lekat dari atas sampai bawah, "Belum pulang ke rumah, ya? Nakal!"

Iqbaal tersenyum geli, "Habis kangen berat, makanya langsung ke sini."

(Namakamu) tersenyum salah tingkah lalu langsung mengajak Iqbaal untuk masuk ke dalam rumahnya, membawa laki-laki itu menuju ruang tengah dan menyuruhnya untuk terduduk di sana sementara dia membuatkan minum.

"Lain kali jangan kayak gini, harusnya kamu pulang dulu. Kalo nanti Teh Ody, Ayah Herry sama Bunda Rike nyariin gimana?" omel (Namakamu) seraya meletakkan dua gelas minuman di atas meja kecil yang tersedia.

Iqbaal tersenyum geli kemudian menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa, "Bunda tau kalo aku pulang cepet, jadi nggak bakal nyariin. Aku juga udah bilang sama bunda kalo nggak langsung pulang. Santai aja, sih."

Iqbaal memandang penjuru rumah milik gadisnya, terlihat rapih dan nyaman. Namun, nampak sepi.

"Sepi banget, pada kemana?"

"Mama lagi belanja bulanan, kalo ART emang belum ada."

Iqbaal menganggukkan kepalanya dengan paham.

"Gimana Jakarta?" tanya Iqbaal, merubah posisinya menghadap sang gadis dengan siku yang bertopang pada lengan sofa.

(Namakamu) menggeleng, "Baru hari kedua, belum keluar dari rumah. Jadi, nggak tau kayak gimana." jelas (Namakamu) dengan polosnya membuat Iqbaal tertawa renyah.

"Mau aku ajak keliling Jakarta? Udah banyak yang berubah, lho."

(Namakamu) berguman pelan seraya berpikir, "Kapan-kapan aja, mager."

[2] My Choice [IDR] ✔✔ (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang