3. Rain

34 4 0
                                    

Jangan tanya kepada ku tentang perasaan, karena semuanya telah lama mati.

~ Langit ~

Dari arah belakang terdengar suara langkah kaki yang semakin dekat.

" Ech....., tikus curut. Ngapain lho disitu, gak pulang lho ?? Atau lagi nungguin anak Bapak yang belom pulang ya....?? " canda Varen sambil menghampiri Viko.

" Udah dramanya " jawab Viko sambil menatap Varen.

" Lho kenapa....?? " tanya Varen bingung.

" Gue nungguin lho " sekali lagi jawaban Viko tidak mengenakkan.

" Gue pulang sama Canvi " jawab Varen dengan tangan melipat di dada.

" Canvi udah pulang tadi sama Reno, dia nitip lho ke gue "

" What....., apa..?? Canvi nitip gue ke lho, gila ya..., tuch orang emang aku paketan apa pakek di titip-titip segala " decak Varen di depan Viko yang membuat Viko menutup telinganya.

Viko memakai helm nya menunjukkan bahwa dia mau pulang.

" Lho mau pulang apa masih mau ngomel di sini, lho itu kalo mau ngomel nanti aja. Toh orangnya gak ada disini, buruan kalo mau ikut gue, entar keburu hujan " Viko pun men starter motornya.

Tanpa sepatah kata pun, dan tidak ada jalan lain lagi, Varen pun tunduk pada Viko.

Kurang 15 menit perjalanan ke rumah Canvi. Hujan pun mengguyur kota Kembang itu, tak tanggung-tanggung hujan kali ini beriringan dengan petir dan kilatnya, sehingga menjadi penghalang perjalanan mereka.

Reno meminggirkan motornya, mereka berteduh di halte dekat apotik. Sungguh suasana kali ini memang tidak menyenangkan.

" Vi..., kita berteduh di sini dulu ya ? " Reno turun dari motornya.

Canvi pun juga turun dari kawasaki mewah itu, mereka duduk di bangku pinggir paling pojok, karena banyak sekali orang-orang yang juga berteduh disana.

Melihat Canvi yang sepertinya kedinginan, Reno pun menghadap Canvi.

" Lho kedinginan Vi.. ? " tanya Reno pada Canvi.

" Enggak kok Ren..., gue masih kuat " ucap Canvi dengan nada tak beraturan karena kedinginan.

Gadis di sampingnya ini memang pandai sekali menutupi, menjadikan suasana yang gak baik menjadi baik-baik saja.

Reno mengambil Jaket di Ranselnya, dan menaruhnya ke bahu Canvi. Canvi yang merasa ada sesuatu yang menutupi tubuhnya, langsung mlihat ke arah samping.

" Makasih, Ren..." tulus Canvi.

" Santai aja ayang Canvi... " merasa ada yang salah dengan ucapannya, Reno mengulang kembali kalimatnya.

" Maksud gue, santai aja Vi..., kita kan sahabat. " ulang Reno dengan senyum yang sebenarnya tidak mewakili hatinya. Sahabat...!!!! bukan status itu yang Reno inginkan.

Canvi pun membalas senyuman Reno.

Hujan yang nya tak kunjung berhenti membuat mereka menunggu lama, dan membuat Canvi berdiri dari tempatnya menuju ke tiang dekat apotik.

TE ODIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang