19. Gitar itu..??

13 5 0
                                    

Karena hujan adalah moment, saat memory terpangpang indah meski dalam bayangan.💕

~ Pelangi ~

Kita memiliki dua kesamaan, yaitu sama-sama tidak mengakui perasaan yang ada. Dan yang kedua, sama-sama tidak bisa melupakan yang lalu.

~ Langit ~

" Gue udah bilang sama mama, malam ini gue tidur di sini ya Vi, Horor banget cuacanya. " Senyum Varen tanpa dosa.

Petir di sertai kilat melanda kota Kembang malam ini, di dalam kamar itu kini hanya tinggal dua orang gadis, yang kini sedang asyik makan mie Instan.

" Cika mah penakut banget pakek pulang apaan " sambung Varen lagi tak berhenti memakan mie instan nya.

Canvi sungguh tidak tertarik dengan obrolan Varen, menurutnya Cika yang penakut emang udah biasa, kalo orang di bilang penakut. Lach dia sendiri yang gak mau pulang karena cuacanya horor di bilang berani.., Varen emang begitu. Selalu saja ingin menang.

" Hemzz.. Habis ini kita novi yach..?" Kata Canvi mengangkat garpu yang di pegang nya.

" Gak ada makanan apa lagi gitu Vi, gue masih pengen nge mil " mohon Varen.

Canvi membulatkan matanya tepat ke atas, sementara pergerakan tangannya tepat mendarat di jidatnya.
" Punya tamu kayak lho itu Ren benar-benar merugikan tau gak, gue gak bisa bayangin kalo satu minggu ini badan lho tambah gendut.. Mooo " sambil menirukan bunyi sapi betina.

Namun yang di tuju justru menikmati pergulatan yang di lakukan Canvi.
Sudahlah, berbicara pada Varen saat dia sedang asyik pada satu objek gak akan di dengar. Canvi kini berdiri dari tempatnya, dia kini sedang menatap langit yang saat ini basah karena hujan, namun tetap saja pelangi tak akan datang saat malam.

Tirai itu belum Canvi tutup, sehingga hembusan angin malam dengan nyata ia rasakan, bisakah hujan kali ini mengerti tentang perasaannya.. Bisakah angin menyampaikan rasa ridunya pada langitnya... ?

" Ach itu hanya sebuah angan " pikir Canvi.

Lalu tiba-tiba saja suara petir itu menggelegar sangat jelas dalam pendengaran Canvi. Kilatan cahaya petir itu berhasil membuat keberanian Canvi untuk menatap langit tumbang.

" Varen... ! " Teriak Canvi berlari menuju tempat tidurnya.

Justru dalam ketakutan kali ini, Canvi tidak menemukan sosok Varen, mangkok dan gelas masih tertata manis di meja sana. Lalu mengapa subjek nya tidak ada.

Tiba-tiba suara cek rekan pintu yang lumayan keras membuat Canvi kaget kembali. Canvi menstabilkan kembali nafasnya yang saat ini tidak beraturan, dari arah pintu muncullah sosok itu.
" Ngapain lho liatin gue kayak gitu " Heran Varen sambil membersihkan mulutnya dengan tissue. Canvi tetap menatap bingung. " Vi.., ada apa sich . ? Jangan buat gue takut donk..? " Dan kini Varen yang di buat khawatir sama ekspresi Canvi.

Canvi tersadar dari lamunan.
" Lho dari mana aja sich, gue takut tau gak tadi petir kenceng banget."

" Gue dari toilet mau pipis terus gosok gigi. Katanya gak boleh makan lagi, biasa takut gendut." Bibir Bhawellz itu saat ini benar-benar mengembang.

" Budeg banget lho Ren, gak denger suara petir, suara gue yang juga teriak keras lho gak denger, terus Viko yang nyatain cintanya lho juga gak denger " Omel Canvi sambil mengingat kembali kejadian lalu dengan kepala sedikit melihat keatas. " Lho suka makan tahu bulat ya..?" sambungnya lagi.

Varen melotot dengan omelan Canvi, tapi semua yang diucapkan Canvi itu memang benar, ah masak Varen budek..? Makan tahu aja Varen jarang. Tidak-tidak manusia di Indonesia yang budek itu cuma satu, yaitu Setan Budeg.

TE ODIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang