Delapan

55 3 0
                                    

Hari yang di tunggu Gebby dan Fira telah tiba. Sepulang sekolah mereka langsung pergi untuk mendaftar ke tempat les tersebut. Setiba di tempat les yang yang berlogo huruf G yang bentuknya segi tiga siku-siku dan dua orang yang berdiri sejajar berdampingan saling bahu membahu tersebut. Gebby dan Fira melakukan administrasi serta memberikan uang cash kepada receptionis yang melayani mereka. Gebby dan Fira mendapatkan baju, buku untuk les, kwitansi bukti uang telah di terima dan kartu tanda siswa yang les disana. Lalu mereka di beri tahukan bahwa jadwal lesnya sepulang sekolah 3 kali dalam seminggu dan agar dapat mematuhi peraturan yang berlaku pada tempat les tersebut. Gebby dan Fira termangut-mangut lalu bersalaman dengan receptionis dan mengucapkan terima kasih.

"Alhamdulillah.. udah selesai Geb. Yuk pulang" ajak Fira kepada Gebby.

"Yuk," jawab Gebby tanpa pikir panjang.

Lalu mereka menaiki angkot dan menuju rumah masing-masing.

***

Satu minggu kemudian Gebby dan Fira telah berada di ruangan les yang telah ditentukan oleh petugas tempat les tersebut. Gebby dan Fira memilih duduk di kursi paling belakang di kelas tersebut.

"Fira.." panggil Gebby.

"Hemm.." Fira yang sedang memakai bedak berhenti seketika lalu melihat Gebby sambil menaikkan alis matanya.

"Kira-kira les ini asyik nggak Fir? Gurunya galak nggak? Apakah by akan mudah paham dengan pelajarannya?" Pertanyaan bertubi-tubi Gebby kepada Fira.

Fira menoleh ke arah Gebby sambil menatap Gebby penuh pengertian.

"Geeeb.. les ini asyik lho.. kita dapat teman baru dan berasal dari sekolah yang berbeda-beda pula, trus di sini tuh yaaa gurunya baiik dan ramah pastinya. Kalo soal yang terakhir.. Ra nggak bisa jawab" jelas Fira panjang lebar dengan seriusnya dan berakhir dengan senyum jahil kepada Gebby. Gebby menatap Fira penuh dengan tanda tanya lalu tak menghiraukan Fira. Gebby mengeluarkan buku les dari tas dan membacanya.

"Halah.. di cuekin lagi.. hadeeh.." ucap Fira sambil kembali menggunakan spons bedaknya.

"Udah ah.. bedak mulu.. udah putih tuh mungka sama bedak" Ucap Gebby
Sambi nunjuk wajah Fira dengan tangan kananya.

"By.. wajar dong kalo Ra bedakkan, Kan kita cewek. Nah kalo cowok ganteng lewat kita nggak ada persiapan apa-apa tampang lugu dan cupu siapa yang mau Byy..?" Jelas Fira Panjang lebar kepada Gebby yang wajahnya telah terlihat kurang senang dari tadi. Gebby hanya mengangguk lugu dan membuat wajahnya sepolos mungkin.

Karena Gebby menyadari kalau Fira sedang menujukan pembicaraannya kepada Gebby.
"Untung aja nih anak teman By.. kalau nggak mungkin udah By tinggalin dan pindah ke kelas lain." Ucap Gebby di dalam hati.

Gebby mulai mengerjakan beberapa soal yang terdapat di dalam buku les. Sementara itu Fira memasukkan kotak bedaknya kedalam tasnya. Tak beberapa lama kemudian masuklah tiga orang anak laki-laki seumuran dengan mereka. Gebby dan Fira sontak mengangkat kepalanya atas kedatangan mereka. Karena mereka bertiga satu SMP dengan Gebby dan Fira. Hanya saja Gebby dan Fira kurang akrab dengan ketiga teman lelakinya tersebut.

"Assalamualaikum.." ucap Adit yang di iringi oleh dua orang temannya yang tak lain adalah Fakhri dan Aji. Mereka memilih duduk di belqkang dan bersebrangan dengan Gebby dan Fira. Gebby dan Fira saling berpandangan lalu mengalihkan perhatian ke tiga lelaki yang wajahnya tidak asing tersebut.

Fakhri, merupakan ketua osis dan juga sekaligus juara umum di tempat mereka menimba ilmu. Ia sangat jutek, perfectsionis, keras kepala, jujur dan cuek. Juteknya akan hilang apabila ia sedang menyapa Guru bahkan terkesan sangat ramah dan penyayang. Ya.. demikianlah Fakhri yang menjadi anak kesayangan Guru di sekolah kami. Beberapa murid yang nakal pernah mencoba untuk menjahili Fakhri dengan menuangkan minyak kayu putih di tempat duduk Fakhri dan bahkan di tempeli bekas kunyahan permen karet pada kursinya. Tanpa di sadari fakhri ia langsung saja menduduki kursi itu. Saat ingin berdiri kursinya telah menempel di bokong Fakhri. Akhirnya dengan berat hati Fakhri meninta izin keluar untuk masalah yang di hadapinya. Gurunya pun merasa heran.

"Fakhri.. kenapa kamu membawa kursi itu keluar?" Tanya guru yang mengajar.

"Saya tidak sadar menduduki permen karet buk. Ada yang ngerjain saya, lalu tangan saya juga bau minyak kayu putih. Pasti ada yang sengaja melakukannya buk" jelas Fakhri panjang lebar. Fakhri sangat kesal dan akhirnya ia langsung pergi ke mushola sekolah untuk meminjam kain sarung dan mengganti celananya dengan kain sarung lalu mencoba untuk melepaskan celananya dari kursi tersebut. Sehingga pada akhirnya terlepas juga. Fahkri kembali ke kelas dengan perasaan kacau.

***

***

Assalamualaikum teman-teman 😂

gimana nih cerita kali ini? Semoga kalian suka yaa.. jangan lupa di vote and comment. Aku butuh kritik dan daran dari kalian para pembaca😊 sekian..

Wassalamualaikum..

GUGURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang