Tiga Puluh Satu

22 3 0
                                    

"Hahahhaa... gitu aja sedih.." ucap Fira sambil memberikan selembar tisu kepada Gebby.

"Gimana nggak akan sedih Fir? Anita demam. Nggak biasa ah.. harus duduk sendirian didepan" sanggah Gebby lalu menerima selembar tisu yang diberikan oleh Fira.

"Hadeuh.. malu tuh. Dilihatin orang.. nanti mereka ngira aku yang buatmu nangis Geb.." Fira berusaha membujuk Gebby agar berhenti menangis.

"Iyaa.. iyaa..." suara serak Gebby terdengar oleh Fira.

Fira hanya terkekeh pelan lalu mengeluarkan sebungkus risoles dari balik saku rok birunya. Gebby hanya melihat apa yang di keluarkan Fira.

"Aaa.. makasih banyak Firaaa.." ucap Gebby sambil mengambil risoles itu pada tangan Fira dan memakannya dengan lahap.

Fira terkejut lalu mengedipkan matanya dan merebut kembali riaolesnya.

"Handeuh malah dimakan. Aku juga mau makan Geb." Ucap Fira sambil tertawa.

"Tapi Fira baik, rajin menabung, dan tidak sombong" puji Gebby yang membuat lubang hidung Fira semakin kembang kempis bangga.

Gebby sangat mengetahui sifat Fira yang cukup senang apabila di puji. Lalu wajah Fira kembali serius.

"Mu sedang kibulin aku ya Geb?" Ucap Fira tiba-tiba.

"Halah... sok serius nih." Ucap Gebby sambil menoel dagu Fira.

"Udah ah. Bawa sini tuh risolesnya" ucap Gebby sambil menjulurkan tangannya ke tangan Fira yang memegang risoles.

"Nggak mau" Fira memasukkan semua risoles itu kedalam mulut dan mengunyahnya dengan bangga.

"Iiiih... dimakan lagi. Nggak kenyang nih" komentar Gebby.

"Sama.." ucap Fira setelah menelan risolesnya lalu tertawa.

Lalu Gebby memajukan bibirnya dan melipat kedua tangannya di depan dada.

Tanpa mereka sadari sedari tadi Fakhri memperhatikan mereka dari jauh dan tersenyum kecil. Ia semakin senang melihat Gebby dengan wajah yang menggemaskan. Namun ia tidak tahu apakah ini cinta, suka, atau hanya sekedar kagum. Fakhri berusaha keras memikirkan itu dan hingga pada akhirnya menyerah lalu masuk ke dalam kelasnya.

GUGURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang