Hari yang di tunggu-tunggu pun telah tiba. Terpal berwarna biru muda telah terbentang luas di pekarangan sekolah. Masing-masing terpal itu terdapat tulisan yang bertuliskan nama kelas tersebut dan hanya di duduki oleh murid yang berasal dari kelas tersebut pula. Sebuah meja dan alasmeja untuk kultum telah di siapkan beserta kursinya. Baju seragam muslim berwarna biru tua menggunakan rok biru senada dengan warna baju di padukan dengan jilbab putih berserta anak jilbabnya berwarna putih, kaos kaki putih beserta sepatu hitam. Kelas IX.1 telah terlebih dahulu membentangkan terpalnya di depan meja tersebut. Sementara itu terpal milik kelas IX.7 berada di sebelah kanan terpal IX.1 di sebelah kiri terpal IX.1 terdapat terpal kelas VIII.1. Letaknya sungguh tidak beraturan. Kebanyakkan kelas berebutan untuk duduk di paling depan dan paling dekat dengan meja kultum.
Destri, Nindi, Rivandi, Gebby, Fauzan, Nanda, dan Dio telah bersiap-siap di belakang ruangan piket sekolah yang sangat bersebelahan dengan ruangan guru. Di sana terdapat sofa yang hanya bisa menampung tiga orang. Gebby, Nanda, dan Nindi menduduki sofa itu sementara Rivandi menduduki lengan sofa bagian kiri dan Fauzan menduduki lengan sofa bagian kanan. Dio menyandarkan dirinya pada sebuah dinding yang berada di belakangnya sambil menghafal doa yang akan di bacanya. Sementara itu Destri mondar-mandir dengan gelisahnya. Tubuhnya gemetar dan ia terlihat gugup sekali.
"Udah lah Destri, nggak usah mondar-mandir napa? Aku gelisah juga kalo liatin kamu mondar-mandir gini" ucap Rivandi meminta Destri untuk berhenti mondar-mandir di depan teman-teman yang lainnya agar tidak panik ataupun gugup saat tampil nanti. Lalu Destri merasa itu benar dan ia berhenti dari mondar mandirnya lalu merosot turun ke lantai sambil membaca susunan acara kultum hari ini.
Tak beberapa lama kemudian ibuk Ginting yang sedang berada di ruangan kesiswaan langsung keluar lalu berdiri di ambang pintu ruangannya dan menanyakan dimana protokol dari acara kultum pagi ini yang duduk di sofa Gebby, Nanda, Nindi, Fauzan dan Rivandi mereka melihat lurus ke depan secara bersamaan sambil menunjuk Destri yang sedang membaca susunan acara kultum hari ini. Destri langsung melirik ibuk Ginting dan berdiri dari duduknya.
"Ada apa buk?" Tanya Destri.
"Begini nak, pengarahan kuktum hari ini ibuk Kasmiati ya. Beliau mau mengumumkan jumlah uang infaq minggu lalu" ucap ibuk Ginting sambil tertawa dan memperlihatkan senyumnya yang cukup mengembang beserta gigi graham kanannya yang telah ompong itu.
Destri paham atas apa yang telah di ucapkan oleh ibuk Ginting. Lalu ibuk Ginting meminta Destri untuk membuka susunan acara pada pagi hari ini. Ia memegang microfon dengan tangan yang sedikit gemetar. Tali dari microfon itu cukup panjang sehingga terpaksa harus terinjak-injak saat Destri akan mulai membuka acaranya. Gebby dan yang lainnya maju berdiri di belakang kursi dan meja untuk kultum. Seluruh mata melihat ke depan tepatnya yang berada di belakang meja kultum itu. Destri mengucapkan bismillah dan memulai acaranya.
***
"Assalamu'alaikum warrohmattullahi wabarrokatuh" seru Destri lantang.
"Wa'alaikumusalam warrohmattullahi wabarrokatuh" jawab para peserta kultum.
"Alhamdulillah.. alhamdulillahirrobbil 'alamin.. washolatu wassalamu'ala asrofil ambiyai war musalin.. wa'ala ahlihi wa'ashabihi rasulillahi ajmain.. amma ba'du..
Terutama dan utama sekali marilah kita ucapkan puji syukur kita kehadirat Allah subhana wata 'ala yang telah melimpahkan karunianya kepada kita semua. Sehingga kita masih di berikan rahmat dan karunianya kepada kita semua. Salawat beriringan salam tidak lupa kita hadiahkan kepada junjungan umat Islam sedunia yakni Nabi besar Muhammad salallahu 'alaihi wassalam yang telah membawa kita dari alam jahiliah hingga ke alam penuh cahaya ilmu seperti saat sekarang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUGUR
RomancePada masa itu aku terlalu buta oleh cinta. Hingga aku menyadari bahwa terlalu tinggi angan ku menggapainya. Akankah dia ada di sini sekali lagi?? Copyrigth 2017 Gebby Gabriella