Lima

69 2 0
                                    

Gebby memperhatikan lembaran brosur yang ada di tangannya. Lalu duduk dan menyandarkan tubuhnya pada sebuah sofa berwarna merah marun dan membaca brosur yang selama ini sering ia jadikan pengganti kertas origami atau bahkan di lempar ke tong sampah di depan kelas. Entah kenapa hatinya tergerak untuk menyimpan brosur itu. Tanpa ia sadari wanita paruh baya yang tak asing baginya duduk di sebelahnya dengan tatapan heran. Yang tak lain adalah ibu Elvi

"Kak, kok wajahnya serius gitu? Apa itu?" Tanya ibu Elvi sambil menunjuk kertas brosur yang sedang berada di tangan Gebby.

"Ini brosur les ma.. ma, boleh nggak by les di sini? By juga ingin ngerasain les di luar itu gimana rasanya. Trus gurunya juga kayak gimana? Mudah di mengerti cara menerangkannya atau nggak?" Berjejer penjelasan Gebby membuat ibu Elvi termangut-mangut lalu Gebby menyerahkan kertas brosurnya kepada ibu Elvi.

Saat Gebby membaca brosur itu ia merasa harga yang terdapat di brosur itu cukup mahal. Yang timbul di ingatannya hanyalah, "apakah mama mau mengizinkan aku untuk les di sana? " tetapi Gebby berusaha untuk tidak memperlihatkan ke khawatirannya kepada ibu yang begitu menyayanginya.

"Oke nih kak.. mama setuju kalo kakak les di sini. Alhamdulillah akhirnya ada juga kemauan kakak untuk les.. bersyukur mama kak" ucap ibu Elvi tersenyum lalu menepuk pundak anak sulungnya tersebut. Sementara itu Gebby terpana melihat tanggapan atau reaksi yang di berikan oleh ibunya. Mata hitam legam Gebby berbinar-binar.

"Wow.. ini sungguh di luar dugaan" ucap Gebby di dalam hati.

"Nah sekarang mama mau nanya.. kapan kakak daftar lesnya? Biar mama siapin uang untuk daftarnya"
Sambung ibu Elvi kepada anak sulungnya.

"Hemm.. minggu depan ma.. soalnya lesnya bakalan mulai tiga minggu lagi." Jelas Gebby kepada ibu Elvi.

"Oke deh.. kak, kan mama udah lesin kakak ni.. jangan lupa belajar yang rajin ya nak. Mama nggak ingin kakak seperti mama.. cuma tamat SMA. Kalo dapat anak mama itu lebih dari mama. Pasti bangga mama dan papa apabila kakak berhasil meraih lebih dari kami" ucap ibu Elvi sambil mendekatkan diri ke pada Gebby lalu merangkul Gebby. Gebby pun jatuh kedalam pelukan sang ibu lalu menangis. Lalu sang ibu membalas pelukan anak sulungnya tersebut.

***

Pukul 07.00 WIB

Gebby melihat jam yang berada di handphone miliknya. Ia memasuki gerbang sekolah yang masih terlihat sepi. Gebby telah cukup terbiasa dengan suasana dingin penuh kabut di sekolah tempat ia belajar tiga tahun ini. Cahaya mentari pagi terasa begitu hangat di pipi hingga menyilaukan sepasang mata hitam legam milik Gebby. Gebby berjalan menyusuri lorong sekolah yang masih sepi. keluarlah seorang gadis dari kelas 8.1 yang kelasnya terdapat di depankelas 9.7. Gadis itu sibuk memperbaiki jilbabnya yang kusut. Lalu masuk kembali ke dalam kelas.

"Waah.. Asya, pagi-pagi masih dandan nih?" Gebby memasuki kelas 8.1 dan mengagetkan Asya yang sedang bercermin di tempat duduknya. Sontak jantung Asya serasa mau copot karena terkejut Gebby melihatnya sedang bercermin.

"Hehehe kak Gebby.. baru datang kak?" Tanya Asya yang sedang memasang peniti di bawah dagunya.

"Iya nih dek.. kakak baru datang. Temani ke kelas dooong" ucap Gebby setengah memohon dan memasang wajah memelas. Asya melihat memohon itu lalu tertawa.

"Kak eby.. kelas kakak di sebelah kelas aku" jawab Asya lalu berdiri dan mencubit pipi chubby milik Gebby dengan gemas.

"Adooow.. sakit Dek" ucap Gebby meringis kesakitan lalu mengusap pipinya yang merah karena di cubit Asya. Lalu Asya menggandeng Gebby dan mengantarnya ke kelasnya.

***

Setiba di pintu kelas ia buka pintu kelasnya lalu mengucapkan salam dan memasuki kelasnya. Asya mengikuti Gebby dari belakang lalu berjalan lurus dan menduduki meja guru. Sementara itu Gebby berbelok ke sebelah kiri dan duduk di kursi paling depan di kelompok 3. Ia membuka resleting tasnya lalu mengeluarkan sebuah novel dan di bacanya.

"Kak eby.. emangnya nyaman duduk di depan kak? Iiish aku mah nggak nyaman" Asya bertanya sekaligus menjawab pertanyaanya sendiri. Entah kenapa bagi Asya lebih menyenangkan duduk di belakang dari pada di depan. Gebby melihat adik kelasnya itu dengan tatapan aneh.

"Dek, kalo kita duduk di belakang pasti bakalan nggak konsentrasi." Jelas Gebby kepada Asya singkat. Lalu Asya tersenyum malu dan memainkan jemarinya.

"hehehe iya juga yah kah" Asya mengakui kesalahannya. Lalu berdiri dan mendekati meja Gebby.

"Kak Asya ke kelas dulu ya.. soalnyaa tadi Asya melihat Dina udah datang" pamit Asya kepada Gebby.

"Oke dek" ucap Gebby lalu tersenyum kepada Arsya.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Assalamualaikum teman-teman

Kali ini aku nyajiin ceritanya segini dulu yah😅 soalnya bentar lagi mau UTS dan banyak lagi tugas kuliah yang berjejer sedemikian rupa. maaf kalo untuk RASA di dalam ceritanya nggak dapat aku agak kesulitan di sana. Ini semua berdasarkan imajinasi dan cerita nyata langsung dari aku sendiri sebagai penulis. Semoga kalian suka ya sama ceritanya😅😂😊.

Wassalamualaikum..

Padang, 09 Oktober 2017
Senin

GUGURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang