Dua Belas

26 3 0
                                    

Suara musik angkot saat sore itu cukup membuat telinga terasa sakit. Musiknya yang begitu keras dan para penumpang lainnya sibuk dengan aktivitas mereka dengan wajah penat dan letih di sore itu. Memainkan hanphone, mendengarkan musik dengan handsfree, dan bahkan ada yang tertidur karena kelelahan. Sementara itu Gebby dan Fakhri yang duduk di kursi serap hanya diam sambil bermenung menatap jauh ke luar pintu angkot. Mereka saling melirik hanya saja tidak mengisyaratkan apapun. Fakhri ingin berusaha membuka suaranya kepada Gebby tetapi selalu saja gagal karena ada penumpang yang menghentikan angkotnya. Sekarang mereka pindah ke kursi untuk enam orang yang di huni oleh empat orang termasuk mereka berdua.

"Gebby, gimana pelajaran tadi? Gebby paham nggak?" Akhirnya Fakhri membuka suaranya.

"Ya gitu deh, mata pelqjaran yang paling sulit itu Matematika dan Fisika. Mereka sama-sama sulit. Dan Bahasa Inggris juga sulit" jelas Gebby kepada Fakhri.

Fakhri hanya termangut-mangut tanda paham dengan ucapan Gebby. Fakhri mengerti kebanyakkan teman les yang satu kelas dengannya hanya menggunakan les sebagai waktu untuk hura-hura sehingga tidak serius belajar. Fakhri yang menyadari itu langsung menatap ke arah luar pintu lalu tersenyum miris dan menggelengkan kepalanya. Gebby hanya memperhatikan Fakhri sejenak lalu juga ikut menatap ke arah luar pintu angkot.

Hanya itu obrolan singkat mereka yang tidak terlalu bermakna bagi Fakhri. Itu hanyalah hal biasa antara Fakhri dan teman-temannya. Pada akhirnya tempat pemberhentian Gebby sudah mulai terlihat.

"Fakhri, By turun dulu ya. Udah mau sampe nih" ucap Gebby.

"Iya. Hati-hati ya turunnya Geb" Fakhri tersenyum.

"Iya Fakhri juga.." ucap Gebby
"Kirii..." ucap Gebby kepada supir angkot dengan suara yang agak keras lalu turun dan membayar ongkosnya. Fakhri masih harus di dalam angkot karena rumahnya cukup jauh. Saat angkot yang mereka naiki akan pergi Fakhri tersenyum kepada Gebby. Gebby membalas senyuman itu.

Entah mengapa desiran halus di dadanya mulai terasa. Apakah ini suka? Kagum? Cinta? Atau hanya pengguncang pikiran saja?
Dan akhirnya tenggelam di dalam tanda tanya..

***

Esok hari telah tiba.
Adzan pun berkumandang dengan lembutnya. Adzan subuh..
Gebby terbangun dan langsung mendudukkan tubuhnya lalu mengucek matanya. Pikirannya belum sepenuhnya pulih. Ia kumpulkan seluruh kesadarannya. Ia membangunkan adiknya Vio Laurentza. Mengambil handuk lalu mandi dan berwudhu untuk melaksanakan sholat subuh. Setelah selesai sholat subuh Gebby langsung memakai baju putih biru beserta jilbab putih. Ia mengambil tas sekolah merah maroon miliknya lalu bergegas keluar kamar dan memakai kaos kaki putih dan sepatu balet hitamnya. Sementara itu Vio masih sibuk menyiapkan mata pelajarannya.

"Oma, Gebby pergi sekolah dulu yaa" ucap Gebby sedikit bersorak.

"Kakak udah sarapan belum?" Balas Oma Gebby.

Gebby termemung ketika mengingat kalau ia belum makan apa pun pagi ini. Lalu ia bergegas mengambil gelas dan toples susu bubuk cokelat kesukaannya lalu menyeduh dan meminumnya. Oma Gebby keluar dari kamar sambil mengikat kain sarung ke pinggang.

"Lha cuma minum susu? Nggak makan nasi kamu kak?" Ucap Oma Gebby sedikit terkejut.

"Iya habis udah telat nih Oma.. By bawa nasi aja okee.." bujuk Gebby kepada Omanya.

Gebby beranjak ke dapur sambil mengambil kotak nasi dan mengisinya dengan nasi yang berada di Rice cooker.

"Udah nih Oma.." ucap Gebby sambil menutup kotak nasinya.

"Vio mana? Kok nggak kelihatan?" Tanya Oma.

"Masih di kamar oma. Dia lama banget. Malas nungguin dia lelet gitu" jelas Gebby.

"Oke deh, By berangkat dulu ya wassalamualaikum wr.wb" sambung Gebby sambil menyalami Omanya.

"Iya waalaikumusalam wr.wb hati-hati.." suara Oma sayup-sayup terdengar.

"Lho oma, mana kak Gebby?" Tanya Vio.

"Tuh kakak kamu udah duluan, kejar sana." Pinta Oma.

"Oke.. wassalamualaikum wr.wb" ucap Vio sambil menyalami omanya dan mengejar kakaknya.

***

Sementara itu di rumah yang berbeda, Fakhri telah selesai melaksanakan Sholat subuhnya. Ia telah rapi dengan pakaian putih birunya. Sebelum Abi Fakhri mengantar ke sekolah Fakhri sarapan sambil menggenggam sebuah buku Biologi di tangan kirinya.

"Fakhri.. makan dulu nak, baru belajar." Bujuk abinya Fakhri. Lalu Fakhri menaruh bukunya dan lanjut memakan sarapannya sampai habis tak tersisa.

"Abi, Ari mau ngambil tas dulu ya." Izin Fakhri kepada Abinya.

"Iya.. abi tunggu kamu di mobil, abi mau panasin mobil dulu." Jelas Abi Fakhri sedikit bersorak. Lalu memgambil kunci mobil dan menuju keluar rumah.

Fakhri keluar dari kamar menyandang tas hitam miliknya sambil menenteng sepatu hitam yang di dalamnya telah ada kaos kaki putih. Ia mencari Uminya yang sedang berada di dapur.

"Umi, Fakhri pergi sekolah dulu ya.. doain Fakhri biar dapat pelajarannya" ucap Fakhri kepada Uminya.

"Iya nak, belajar yang rajin ya. Jangan kecewain Umi" ucap Umi Fakhri lalu tersenyum dan mencium puncak kepala anak sulungnya itu.

"Oia Umi.. Fahmi dan Farhan nggak sekolah?" Tanya Fakhri.

"Iya Ari, mereka sama-sama masuk siang" jelas Umi Fakhri.

"Oo.. lalu Khairan gimana umi? Masih tidur kah?" Tanya Fakhri kembali.

"Iya Ari.. tuh di kamar" ucap Umi Fakhri sambil menunjuk kamar miliknya. Fakhri mengangguk lalu langsung menyalami Uminya.

"Umi, Ari pergi dulu yaa.. wassalamualaikum wr.wb" ucap Fakhri setengah bersorak lalu berjalan menuju teras.

Abi Fakhri yang sedang Asyik menyetel musik Minang di radio tipe mobilnya. Ia menyadari keberadaan putra sulungnya itu lalu menoleh ke kanan dan mengisyaratkan agar putranya menaiki mobil. Fakhri yang masih menenteng sepatunya itu tertawa geli dan berlarian kecil menaiki mobil. Lalu menuju sekolah.

-------------------------------------------------------------
Assalamualaikum teman-teman selamat membaca 😂 setelah sekian lama.. mood baru hadir lagi. Semoga kalian suka..

Jangan lupa vote and comment yah. Aku bukan siapa-siapa tanpa dukungan kalian.

Wassalamualaikum wr.wb

GUGURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang