Dua Puluh

24 2 0
                                    

"Saya ada tugas untuk kalian.." ucap ibuk Ginting tegas.

"Tugas apa buk?" Tanya Nanda.

"Kalian dapat tugas dari ibuk Linda Akbar LKS halaman 12 dan lalu kalian akan menjadi pelaksana kultum minggu ini" jelas ibu Ginting. Seketika kelas IX.7 mulai terdengar suara bisikan-bisikan.

"Tolong diam ya.. ibuk tidak mau mendengar suara bisik-bisik itu." Ucap ibuk Ginting mengingatkan.

"Iya buk" jawab murid kelas IX.7 serempak. Lalu ibuk Ginting meninggalkan ruangan kelas IX.7 dan melesat keluar kelas. Saat ibuk Ginting telah melewati kelas VIII.2 seisi kelas IX.7 mulai riuh. Mereka mulai membicarakan tentang persiapan kultum yang akan di laksanakan besok harinya.

"Nah, langsung aja kita mulai pemilihan yang akan tampil besok." Ucap Nanda dari depan kelas.

Nanda merupakan seorang wanita yang cukup tomboy. Karena dari kecil ia tinggal di pinggir pantai dan sering bermain dengan anak laki-laki itulah kenapa ia cukup tomboy. Namun Nanda selalu bisa meraih rangking 1 sejak kelas VII SMP.

"Oke Nanda." Jawab sebagian murid kelas IX.7.

Nanda langsung menulis di papan tulis dengan menggunakan spidol hitam kelas.

Protokol :

Kalam ilahi dan sari tilawah :

Pidato :

Nasyid :

Doa :

Setelah selesai menulis Nanda kembali melihat ke arah teman-temannya.

"Nah, siapa yang mau jadi protokol?" Tanya Nanda kepada teman-temannya.

"Destri aja Nanda... kan suaranya kerad tuh" ucap Rivandi menghadap ke Destri sambil mengedip-ngedipkan matanya dengan nakal. Sontak Destri langsung mengambil buku tulisnya lalu di gulung dan di pukulkan ke punggung Rivandi.

"Aduuuh Destri.. sakiit.. ampun.. ampun" ucap Rivandi memohon dengan wajah ketakutan dan kesakitan yang di buat-buat sambil mengangkat kedua tangannya.

"Jangan kedip-kedip orang napa?" Ucap Destri tak mau kalah.

Nanda yang merasa hal itu telah cukup biasa ia lihat lalu menepuk jidatnya. Destri dan Rivandi memang selalu bertengkar dalam masalah sepele dan Nanda memaklumi itu.

"Oke, Ivan betul. Destri jadi protokol ya Destri" ucap Nanda menyetujui ucapan Rivandi lalu meminta persetujuan dari Destri.

"Oke Nanda" suara Destri melemah lalu menatap tajam ke arah Rivandi.

"Udah ah, kalian brantem mulu.." ucap Gebby sambil mengipas-ngipas wajahnya.

"Gebby ngapain niih??" Tanya Rivandi mengejek.

"Apaan sih nggak jelas banget" ucap Gebby tak mau kalah menatap tajam ke arah Rivandi. Saat sedang sengitnya Gebby dengan Rivandi, Nanda pun menengahi pertengkaran mereka.

"Eep... eeep... udah.. kalian ini heh. Kita rapatin inj untuk besok. Kalian mau nilai kita di kurangi trus buat malu kelas kita?" Ucap Nanda.

"Iya.. Nanda maaf.. By nyesal" ucap Gebby sambil menunduk. Sementara itu Rivandi hanya menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi yang ia duduki dengan santainya.

"Oke.. kita lanjut ke kalam ilahi dan sari tilawah. Siapa yang bisa?" Tanya Nanda kembali.

"Rivandi?" Sambung Nanda dan melihat Rivandi dengan tatapan jahil. Rivandi spontan langsung mendongakkan kepalanya dan melihat ke arah Nanda yang berada di depan kelas.

GUGURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang