Tiga Puluh Dua

21 2 0
                                    

Kelas pun terasa di penuhi oleh suara seorang guru dengan mata pelajaran yang akan di terangkannya. Guru tersebut menerangkan dengan gaya khasnya hingga hanya beberapa orang murid saja yang benar-benar memperhatikannya. Materi yang di terangkan oleh beliau kebanyakkan sedikit melenceng dari pelajaran yang beliau tekuni. Terkadang beliau curhat tentang anaknya yang di terima berkuliah di UGM dan ada juga anaknya yang bisa di PT. Semen Padang. Hingga pada akhirnya banyak yang menguap, ada yang tidur, ada yang mengusili temannya hingga ada yang makan permen karet di kelas. Gebby dan Anita hanya bisa bertopang dagu mendengarkan guru tersebut bercerita. Gebby mulai bosan lalu menyenggol tangan Anita dan memberi isyarat untuk keluar kelas dengan alasan buang air kecil ke toilet dan Anita pun setuju lalu tersenyum penuh arti.

"Buk, permisi keluar sebentar ya buk. Gebby kebelet banget nih buk" ucap Gebby dengan wajah yang cukup serius. Lalu guru tersebut menoleh ke arah Gebby lalu mengangguk paham.

"Engg... tapi ya buk Gebby bawa Anita boleh buk? Gebby takut sendirian di toilet" tambah Gebby sebelum keluar.

"Ya sudah Geb. Iya.. ibuk ijinin" jawab guru tersebut.

Gebby dan Anita dengan cepat jalan dengan langkah gontai lalu berbelok ke arah kanan kelas. Teman-teman yang lainnya hanya memperhatikan Gebby dan Anita dengan perasaan cemburu. Para murid laki-laki sengaja tidak di izinkan untuk keluar kelas karena lantaran kebanyakkan dari mereka akan menyerbu kantin sekolah dan tidak akan kembali ke kelas menjelang jam pulang sekolah tiba. Sebenarnya Gebby atau pun Anita bisa melewati kelas VIII.1 dan kelas VIII.2 itu merupakan jalan alternatif melewati kantin sekolah, ruangan multimedia, mushola, setelah itu baru toilet. Karena kebosanan di kelas Gebby dan Anita memilih untuk cuci mata alias melihat betapa lucunya saat melihat teman-teman yang sedang berjuang memperhatikan di jam rawan seperti saat sekarang ini. Gebby yang posisinya lebih dekat dengan jendela kelas hanya bisa tersenyum geli ketika melihat beberapa orang yang ia kenali ada yang menahan kantuk, menguap, curhat, bergosip, bermain game di handphone, dan bahkan ada yang tidur di lantai kelasnya dengan tas yang menjadi bantal untuk penyangga kepalanya. Gebby dan Anita melewati kelas IX.6 lalu kelas IX.5 saat menyeberang ke kelas IX.4 Gebby dan Anita di cegat oleh seorang guru yang cukup di kenal disiplin.

"Duh Nitaaa.. gimana nih? Ibuknya ngelihat kita. Takutnya nanti di kembaliin ke kelas. Gagal deh cuci matanya" ucap Gebby sambil memperlihatkan ketakutannya kepada Anita yang tertuju kepada guru tersebut.

"Haduh.. santai aja Geb. Kita coba aja dulu" ucap Anita Santai.

Guru tersebut menatap Gebby dan Anita penuh rasa penasaran lalu bertanya.

"Nak, mau kemana di jam pelajaran sekarang? Kalian nggak belajar? Atau guru yang mengajar kalian tidak datang?" Deretan pertanyaan tersebut membuat Gebby atau pun Anita hanya bisa terpana dan berusaha untuk menyembunyikan rasa takut mereka.

"Buk, kami ingin ke toilet buk. Kebetulan lewat sini buk" ucap Gebby lalu tersenyum.

"Benar banget buk. Dari pada keluar didalam kelas lebih baik di toilet buk" ucap Anita membela Gebby.

"Benar yang kalian ucapkan?" Selidik guru tersebut.

"Benar buk" ucap Gebby dan Anita serentak.

"Atau jangan-jangan kalian lagi ngintai seseorang?" Tanya guru tersebut.

"Nggak kok buk. Anita kan udah punya pacar buk.. ngapain cari yang baru Anita setia ya Nita yaaa" ucap Gebby sambil mengedipkan matanya kepada Anita yang berada di sebelah kirinya.

"Anita siapa pacarnya nih? Dan Gebby juga?"

Banyak murid di dalam kelas yang penasaran kenapa ada dua orang murid perempuan yang di tanyai sedemikian rupa seperti maling mangga yang tertangkap basah oleh pemiliknya. Namun saat berada di dalam kelas, ada seorang murid laki-laki yang mencuri-curi pandang ke arah Gebby lalu tersenyum penuh arti.

"Rahasia buk.. buk kami izin ke toilet dulu ya buk. Nanti bocor di sini kan bahaya buk" putus Gebby lalu Anita menyeret Gebby melewati kelas IX.4 dan beransur ke kelas IX.3 .

"Gebby gila! Masa di bongkar sih kalo nita udah punya pacar.." ucap Anita tidak terima.

"Lah, By kan nggak bilang nama Dio disana" jelas Gebby.

"Iya ya.." lalu Anita tersenyum dan menyeret Gebby melewati kelas IX.2.

"Anita, saat lewat kelas IX.1 kita lambat-lambat yaa jalannya." Permintaan Gebby kepada Anita.

Lalu Anita menggangguk setuju. Gebby masih di posisi yang sama sebelumnya, sementara itu Anita berada di sebelah kiri Gebby sambil menggandeng tangan sahabatnya itu. Saat Gebby melihat kedalam kelas hanya matanya yang mampu menjangkau jendela yang cukup tinggi itu. Mata Gebby sedang mencari seseorang yang sangat ingin ia temui untuk menghilangkan kerinduan yang tertanam di hatinya. Matanya terpaku saat seseorang yang ia cari ternyata sedang berada didepan kelas sedang menuliskan beberapa latihan Matematika yang telah ia kerjakan sebelumnya. Langkah yang diayunkan Gebby dan Anita perlahan terasa semakin melambat. Waktu yang berputar terasa seperti terhenti seketika Gebby pun merasa heran kenapa bisa terjadi hal demikian. Semua aktivitas murid di dalam kelas IX.1 seperti patung yang tiada bergerak. Sementara itu Anita yang berada di sebelah kiri Gebby pun juga tidak bergerak. Saat Gebby melihat ke arah orang yang ingin ia temui ia masih menuliskan hasil latihannya lalu berbalik badan dan terkejut ada sepasang mata yang berkedip melihat ke arahnya. Gebby yang menyadari keberadaannya di sadari oleh seseorang tersebut lalu mencubit pipinya dan menarik Anita menjauhi kelas IX.1 menuju toilet yang letaknya di sebelah mushola sekolah lalu waktu pun seketika kembali berdetik. Nafas Gebby masih menderu karena keterkejutannya.

"Fakhri.." ucap Gebby pelan.

"Gimana Geb? Udah senangkan ketemu sama sang gebetan yang akan jadi gebetan itu?" Tanya Anita.

Gebby telah banyak menceritakan beberapa kejadian saat Gebby mulai ada perasaan terhadap Fakhri. Anita mendengarkannya dengan baik. Gebby merasa Anita bisa dipercaya karena lantaran ia telah ada yang memilikinya, yakni Dio.

"Beneran deh, geregetan By. Takut By lama-lama kalo kayak Gini terus. Tapi Nita tau kan.. kalo Fakhri itu nggak mau pacaran. Lah, dia anak Abi dan Umi pasti islami banget keluarganya. Pasti dia nggak mau sama By Nita" keluh Gebby kepada Anita.

"Udaah.. percaya deh sama Nita By. Kalian pasti Jadian kok" ucap Anita meyakinkan Gebby. Lalu Anita merapikan jilbabnya. Sementara itu Gebby memasuki toilet dan menguncinya dari dalam. Tak beberapa lama Gebby keluar dengan wajah lega lalu memperbaiki jilbabnya.

"Yuk Nita kita balik ke kelas" ajak Gebby.

"Yuk.. Geb" ucap Anita.



GUGURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang