Dua Puluh Enam

19 2 0
                                    

Baru saja akan memasuki masjid tangan Gebby di kejat oleh seseorang dari belakang.

"Assalamualaikum.. eh.." ucap Gebby terhenti ketika akan mengetuk pintu masjid.

"Geb.. yuk jajan dulu lapar nih" ucap Tari sabil menarik halus tangan Gebby ke luar dari masjid.

"Taar.. By belum tarok tas." Jelas Gebby sambil menghentikan langkah kakinya yang membuat Tari juga ikut berhenti menariknya dan melihat Tari secara intens.

"Ish Gebby.. galak banget tuh tampang" ucap Tari sambil mencubit pipi Gebby.

"Aaaa... lepasiin Taaar.." Gebby meringgis kesakitan sambil memegangi pipinya yang telah merah merona di cubit oleh Tari. Sementara itu Tari tertawa renyah sambil memegangi perutnya.

Gebby pun menanuh tasnya di dalam masjid sambil memasukkan uang kertas ke dalam saku baju gamisnya dan berlarian ke luar masjid menghampiri Tari.

"Mau belanja kemana kita Tar?" Tanya Gebby sambil membenarkan jilbabnya.

"Yuk ke tempat ibuk Rija aja." Ucap Tari sambil menggosok kedua tangannya lalu di daratkan ke pipinya dan tersenyum seakan menyembunyikan sesuatu.

"Halah.. pasti mau mejengin Rudi kan? Anaknya ibuk Rija. Udaah ngaku ajaa.. Tari.. udah berapa lama kita temanan? Kita temanan udah lebih dari 5 tahun tau.." ucap Gebby sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Iyaa.. iyaa.. nih aku ngaku Geb. Aku ingin lihatin Rudi. Ya, habis dia cakep. Bayangin aja deh ada pria tinggi, tampan, alis matanya.." Gebby memutus ucapan Tari.

"Alis tebal seperti shincan itu?" Ucap Gebby sambil menaik turunkan alis matanya lalu tertawa dan memegangi perutnya. Tari pun mulai kesal dan menyeret Gebby agar ikut pergi ke warung terdekat bersamanya.

***

Hari senin pun telah kembali mengisi hari-hari yang cukup menghipnotis diri orang yang mengalaminya. Senin, merupakan hari terpadat dengan upacara bendera. Bel masuk hari senin 07.15. Terlalu pagi bukan? Kebanyakkan guru berkata agar murid-murid tidak terlambat datang kesekolah dan bisa sarapan terlebih dahulu di kantin untuk mengganjal perut-perut yang lapar itu agar tidak pingsan saat upacara bendera berlangsung. Setiap sekolah selalu bemberkakukan upacara bendera karena itulah bentuk kita menghargai jasa para pahlawan kita yang telah memperjuangkan negara Indonesia ini.

Gebby mendaratkan pantatnya ke kursi kelasnya yang baru saja ia datangi. Ada sedikit keringat mengaliri kening putih tanpa jerawat itu dan sang empunya hanya bisa menyerkanya dengan punggung tangannya. Dengan nafas ngos-ngosan Gebby masih berusaha melepas sandangan tasnya yang belum ia lepaskan dan mengambil botol air minum lalu membuka tutup botol berwarna orange miliknya dan mendaratkan ujung botol ke bibirnya. Tak lama kemudian saat sedang asyik minum air dari botol tersebut Anita berlarian dari luar sambil menenteng topi berwarna senada dengan rok biru tua yang memang di pakai hari ini di tangan sebelah kanannya dan menenteng kotak bekalnya di sebelah kiri lalu menghentakkannya di depan meja milik Gebby yang sedang asyik meminum air dari botol yang ia bawa. Sontak terkejut dan hampir menyemprotkan air yang ia minum terhadap Anita. Tetapi untung saja Gebby menghadapkan badannya ke kanan jalan luang tempat perlintasan guru menerangkan lebih luas jadi Gebby menyemburkan air yang ia minum ke arah kanan. Seketika Anita tertawa lalu menyerka keringatnya dengan punggung tangannya dan memasukkan kotak nasi yang ia bawa ke dalam laci meja miliknya. Dan menaruh tasnya yang berada di belakang punggunya itu di kursi yang berada tepat di sebelah kiri Gebby.

"Gimana by? Ada keselek?" Tanya Anita sambil tertawa renyah saat mengingat ekspresi Gebby saat menyemprotkan air yang ia minum tadi karena saking terkejutnya.

"Ih Nita, kebiasaan nih datang telat dan selalu ngagetin." Ucap Gebby sambil mengelap sisa air yang terdapat di bawah bibirnya.

"Hadeuh Gebby.. biar hari nggak monoton terus yaa.. coba cari pacar gitu. Biar ada yang ngajak pergi sekolah bareng, pulang bareng, dan nggak kayak gini nih.." ucap Anita sambil mencubit hidung Gebby.

"Aaaa... aaduh.. Nitaaa.." ucap Gebby sambil meringgis kesakitan. Lalu Anita melepaskan cubitannya dan tertawa kembali.

"Jadi jerawatnya nggak tumbuh di hidung mulu" ucap Anita sambil tertawa dan memegangi perutnya.

"Apa harus punya pacar dulu ya Nita?" Tanya Gebby sambil memegangi hidungnya yang masih merah karena ulah Anita.

"Iya Gebby.. biar nggak kesepian, emang mau kesepian? Nita jalan sama Dio masa Gebby cuma jadi obat nyamuk di antara kami? Kan kasihan Gebby jadi tukang Fotografer kami nantinya" Anita mengoceh panjang lebar sambil berdecak pinggang di depan meja milik Gebby.

"Oia Nita by baru ingat soal Rio. By belum jawab pernyataannya. Apa perlu by terima aja Rionya?" Ucap Gebby masih meragukan Rio.

"Coba aja dulu.. mana tau cocok kan?" Bujuk Anita kepada Gebby.

"Boleh juga" ucap Gebby menyetujui.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Assalamualaikum teman-teman 😂 gimana kabar kalian? Setelah sekian lama aku nggak muncul 😊 semoga baik yaaa...

Jangan lupa vote and comment yaa 😊
Wassalamualaikum wr wb


GUGURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang