EMPAT PULUH LIMA

26 2 2
                                    

Tak terasa jumlah penumpang menyusut dan kini tinggalah hanya Gebby dan Fakhri meskipun mereka duduk bersebelahan tetapi memperhatikan jalan raya dalam dunia mereka masing-masing. Gebby melihat jalan raya seperti membayangkan antara hubungannya dan Rio yang kandas tanpa alasan itu. Tiba-tiba air mata Gebby mengalir begitu saja. Tanpa sengaja Fakhri melihat mata Gebby yang telah sembab dan air mata menghiasi pipinya. Saat Gebby tersadar dari lamunannya ia langsung menunduk saat mengetahui Fakhri memperhatikannya terang-terangan. Lalu tangan kanan Fakhri bergerak begitu saja mengangkat dagu Gebby dan mengelap air mata Gebby dengan tangannya dan tersenyum hhingg terlihat lesung pipi di pipi kanannya. Gebby terkejut melihat Fakhri memperlakukannya dengan begitu manisnya Gebby pun ikut tersenyum hingga memperlihatkan dua lesung pipi kecil di sudut bawah bibir kananya.

"jangan nangis By. Nanti cantiknya hilang lho" goda Fakhri.

"huuh.. jangan bilang cantik. By nggak suka" ucap Gebby kesal. Karena gemas akhirnya Fakhri menyubit pipi kanan Gebby dengan gemas.

"aaa.. sakiit.. cukup waktu SD aja di cubit gini." ucap Gebby kesal.

"hahaha.. jangan nangis lagi okee. Janji ya" ucap Fakhri dengan senyum manisnya lalu terlihat lesung pipi di pipi kanannya.

"oke Ari. By janji" ucap Gebby sungguh-sungguh.

Lalu mereka tertawa bersama. Tanpa di sadari rumah tempat Gebby tinggal mulai terlihat lalu meminta supir untuk menepikan Angkotnya ke bibir jalan.

"Gebby duluan ya Ari. Hati-hati yaa" ucap Gebby lalu tersenyum.

"oke By" balas Fakhri lalu tersenyum.

Gebby turun dari Angkot dan membayar ongkosnya lalu melambaikan tangan kanannya kepada Fakhri sambil tersenyum. Fakhri juga melambaikan tangannya lalu tersenyum kepada Gebby. Kemudian Angkot melaju perlahan dan meninggalkan Gebby.

***

Keesokan harinya,

Gebby telah sampai di sekolah. Ia  seraya membuka kedua daun pintu kelasnya dan masuk perlahan kedalam sambil menaruh kotak bekal yang ia bawa ke laci meja dan tas ranselnya pada kursi yang selalu ia duduki di kelas. Setelah menaruh semua yang ia bawa kedalam kelas. Ia menduduki lantai lorong berkeramik di depan kelasnya sambil menikmati udara pagi yang cukup segar di lingkungan sekolahnya ini.

Kabut di pagi hari menari-nari di atas lapangan beton dan berumput di SMP Negeri 26 Padang. Udara yang seharusnya terasa dingin hari ini malah menjadi hangat karena percikan sinar mentari ikut menghangati beberapa bagian lingkungan sekolah hingga terlihatlah silau pada beberapa jendela. Gebby menarik pelan nafasnya lalu perlahan meluruskan kakinya dan menyandarkan tubuhnya pada sebuah tonggak yang berada tepat di sebelah kirinya. Tak terasa beberapa orang murid mulai berdatangan dengan menggendong tas rasel yang bisa di bilang tidak kecil ukurannya. Ada juga beberapa bagian dari mereka yang menenteng buku cetak dengan lapisnya yang cukup tebal. Tanpa Gebby sadari Anita telah berlutut berada di samping kananya sambil menatap Gebby bingung.

"buaaaaaar" kejut Anita sambil memegang lengan kanan Gebby.

"waaaaaa" sontak Gebby berteriak karena terkejut dan melihat ke samping kanannya.

"ahahahaha.. ngapain sih?? Melamun? masih kepagian nih" Anita tertawa lalu bertanya sambil menjawab pertanyaanya sendiri.

"iih Nita, ngapain sih? Kaget By. " ucap Gebby kesal.

"ya.. habis By melamun sih" bela Anita lalu duduk di sebelah kanan Gebby.

"kalo ngomong dan ketawa sendiri nanti di kirain gila lagi" jelas Gebby.

"iya ya" ucap Anita lalu tertawa lepas.

"udah taruh dulu tas dalam kelas. Nanti di kirain cabut lagi" ucap Gebby mengingatkan.

GUGURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang