Tiga Puluh Lima

14 3 0
                                    

Keesokan harinya Gebby telah sampai didepan pintu gerbang sekolah sambik menenteng buku yang ingin dipinjam oleh Fakhri. Gebby sengaja menenteng bukunya agar tidak kerepotan saat mengeluarkan buku dari dalam tasnya dan ini pertama kalinya Gebby ada keinginan untuk jalan didepan kelas Fakhri. Setelah sampai didepan perpustakaan ada seseorang yang memanggilnya dari belakang.

"Heeiii.. tunggu" sorak dari seseorang tersebut. Lalu Gebby berhenti dari jalannya menoleh kebelakang dan mencari pemilik dari suara itu.

Saat baru saja akan kembali melihat kedepan mata hitam milik Gebby membulat sempurna karena lantaran dikejutkan oleh Fakhri yang telah berdiri didepannya dengan keringat yang membajiri dahinya.

"Haaa.." desis Gebby pelan.

"Ngg... terkejut ya Geb?" Tanya Fakhri santai lalu terkekeh pelan.

"Iya terkejut, rasa mau copot jantung By" ucap Gebby kesal.

"Oia pesanan Ari mana?" Ucap Fakhri sambil mengelap keringat di dahinya.

"Jiee.. elah.. langsung tanyain buku aja. Tanyain kabar By kek gituu.." ucap Gebby dengan nada menggoda.

"Nggak penting pun tanyain kabar. Toh orangnya di depan Ari." Ucap Fakhri santai lalu melihat ada buku di tangan kanan Gebby.

"Nah itu bukunya kan?" Selidik Fakhri sambil menunjuk buku yang ia maksud.

"Nggak, ini bukan bukunya. Ya Allah nanya lagi. Iyaa ini bukunya.. rencana By sih tadi ingin nganterin langsung ke kelas Fakhri. Tapi orang yang minjam bukunya pun udah ada di depan By ya udah, nih bukunya" ucap Gebby sambil menyodorkan buku yang ia pegang kepada Fakhri.

"Gebby.. kan niatnya mau ngantar bukunya sampe kekelas Ari. Jadi anterin aja ke sana. Bareng sama Ari, gimana?" Tanya Fakhri yang sebenarnya ada unsur modus (modal dusta) juga sebenarnya.

"Hemm gitu ya, oke deh yuk." Ucap Gebby dengan mulusnya. Lalu berjalan lebih dahulu dan meninggalkan Fakhri yang masih sibuk melompat-lompat kegirangan dibelakangnya. Gebby yang merasa hanya berjalan sendirian lalu menoleh kebelakang.

"Fakhri, jadi nggak nih? Kalo nggak By langsung kekelas By aja." Ucap Gebby sedikit mengancam.

Karena takut rencananya gagal Fakhri pun berlarian kearah Gebby. Setiba disamping Gebby Fakhri hanya terkekeh pelan dan meminta maaf sementara Gebby hanya menampilkan wajah datarnya kepada Fakhri lalu mereka kembali berjalan menuju kelas IX. 1.

Setiba didepan kelas IX. 1 Fakhri berdiri dihadapan Gebby. Ia bermaksud untuk menghentikan langkah Gebby.

"Geb, bentar ya Ari naruh tas dulu" ucap Fakhri cepat lalu melepaskan sandangan tasnya sambil berlarian dan menaruhnya diatas meja dikelasnya. Beberapa orang teman sekelas Fakhri merasa tingkah laku ketua kelas mereka ini cukup aneh dan beda dari yang biasanya.

"Heh Anya, tuh ketua kita ngapain? Tumben banget tampangnya kayak gitu. Biasanya tuh orang datar aja saat masuk kelas" ucap Annisa.

"Benar juga ya Sa. Mungkin ada yang penting kali ya." Jawab Anya santai.

Fakhri bisa mendengar ucapan mereka dengan cukup jelas lalu kembali berlarian ke daun pintu kelas IX. 1.

Gebby ternyata duduk dilorong kelasnya menunggu Fakhri keluar dari kelas. Lalu Fakhri mendehem, Gebby pun mencari asal dari suara itu lalu tersenyum tipis.

"Maaf membuat Gebby menunggu." Ucap Fakhri.

"Okay, nggak apa-apa. Oia nih bukunya" ucap Gebby sambil menyodorkan buku Agama Islam miliknya.

Saat Gebby menyodorkan buku itu. Jantungnya seperti ingin melompat karena saking senangnya. Tetapi ia terus berusaha untuk menyembunyikan rasa senangnya dengan wajah datarnya.

"Oke terima kasih ya Geb." Ucap Fakhri.

"Iya sama-sama" jawab Gebby.

"Kalo gitu By kekelas dulu yaa" pamit Gebby.

"Oke." Jawab Fakhri singkat lalu tersenyum hingga terlihatlah lesung pipinya. Gebby sungguh menyukai senyumnya itu tetapi tidak berani mengakuinya. Fakhri terlihat berbeda dimatanya.

Baru saja beberapa langkah Gebby berjalan akan menuju kelasnya ia teringat suatu hal. Sementara itu Fakhri masih berdiri dibelakang Gebby.

"Fakhri" ucap Gebby lalu membalikkan badannya kebelakang.

"Iya Geb?" Jawab Fakhri.

"Bukunya kapan By ambil?" Tanya Gebby.

"Ngg.. nanti aja saat pulang yaa" ucap Fakhri santai.

"Okay ri" ucap Gebby.

***

Waktu pulang sekolah telah tiba. Fakhri keluar dari kelas setelah menyalimi guru yang mengajar pada jam terakhir. Fakhri langsung mencari dimana kelas Gebby. Ia langsung teringat bahwa kelas Gebby letaknya diujung sekolah. Fakhri tersenyum lalu menepuk jidatnya dan berlari ke kelas IX.7. Saat Fakhri baru saja sampai di depan kelas IX.6 Gebby baru saja keluar dari kelasnya melihat ke kiri lalu ke kanan. Matanya terhenti ketika melihat Fakhri dengan nafas memburu yang mulai reda berjalan mendekati Gebbg sambil menenteng buku milik Gebby. Ia tersenyum dan memperlambat langkahnya. Sekarang jarak mereka agak dekat, hanya sebatas lencang kanan.

"Hai Gebby, " ucap Fakhri lalu tersenyum manis hingga menampilkan lesung Pipinya.

"Hai Fakhri." Jawab Gebby lalu tersenyum.

"Ngg.. ini, buku yang Ari pinjam sama Gebby tadi. Eh.. maksudnya kemarin." Ucap Fakhri gugup.

"Hahaha.. iyaa okee.. ngapain sih buru-buru amat ngasihnya?" Tanya Gebby.

"Yaa, Ari takut dibilang nggak amanah aja" jelas Fakhri singkat. Gebby kagum dengan kejujuran Fakhri. Selama ini Gebby selalu disakiti oleh mantannya, tidak dihargai, dan bahkan cenderung rata-rata pembohong semua.

"Terima kasih ya" ucap Gebby tulus.

"Iyaa Geb. Oia kenapa Gebby yang minta terima kasih sih??" Ucap Fakhri lalu tertawa dan menggaruk kepala bagian belakangnya yang memang terasa gatal sekaligus mengatasi kegugupannya.

"Ya udah, yuk pulang." Ucap Gebby singkat lalu berjalan mendahului Fakhri. Fakhri yang sedari tadi diam menatap mata gadis itu lalu tersadar dan mengejarnya hingga bisa berjalan disebelahnya.

GUGURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang